The Power Of Renata

52 10 1
                                    

Araf menghentikan kegiatannya saat merasa ada yang berjalan di belakangnya berulang kali. Ia menghela napasnya lelah karena sudah tidak tahan dengan perasaan takut dan campur aduk setelah kejadian bersama Renata di belakang sekolah.

"Dia ngikut?" Gumam Araf.

Melanjutkan kegiatan membaca buku, Araf berusaha mengacuhkan perasaannya. Ia tidak mau ambil pusing dan membiarkan apa yang sedari tadi melewati dirinya dengan bulu kuduk merinding.

Namun, saat hendak menoleh kesamping, ia di kejutkan dengan sosok yang ada diatas pohon waktu itu berdiri di sudut kamarnya. Ia dengan refleks menjatuhkan buku yang ada di tangannya dengan tubuh membeku.

"Mungkin gue halusinasi." Cicit Araf ketakutan.

Memejamkan matanya, Araf berusaha berpikiran positif. Ia meyakinkan dirinya sendiri kalau apa yang di lihatnya itu adalah sebuah halusinasi dirinya karena sudah mulai mengantuk.

"Gue halu-"

Araf tidak jadi melanjutkan perkataannya karena sosok tadi malah sekarang berdiri tepat di depannya. Ia menahan napasnya sendiri karena wajah sosok itu benar-benar sangat menyeramkan.

"Ikut saya.." Ucap sosok itu.

Tentu saja, mendengar perkataan itu Araf langsung menggelengkan kepalanya. Ia berusaha mempertahankan kesadarannya agar tidak pingsan.

"Kenapa sama dia kamu mau..?" Tanya nya kembali.

"Si-si-siapa?" Tanya Araf tergagap ketakutan.

"Gadis aneh itu.."

Mendengar gadis aneh, Araf langsung teringat dengan Renata. Ia malah mengedip-ngedipkan matanya saat wajah aneh milik gadis itu terlintas di benaknya.

"Karna dia cantik." Ucap Araf tanpa sadar.

"Saya lebih cantik." Ucap sosok itu.

"Tapi dia gak ngambang."

Setelah mengatakan itu, Araf memberanikan diri bergerak dan berdiri secara perlahan menjauhi sosok itu. Ia berjalan ke arah pintu kamarnya untuk lari tetapi perkataan sosok yang masih membelakanginya kembali berbicara.

"Kamu bisa mendapatkan apapun kalau kamu ikut saya.." Ucapnya.

Merasa direndahkan, Araf menatap tajam sosok itu. Rasa takut yang awalnya ia rasakan kini berubah menjadi emosi yang memuncak.

"Gue gak butuh karna gue udah punya semuanya. Terlebih, gue selalu bersyukur dengan apa yang gue miliki saat ini." Ucap Araf dingin.

Membuka pintu, Araf terdiam sebentar. Ia memejamkan matanya dan tersenyum miring sebelum melangkah.

"Dia memang aneh tapi dia gak pernah merendahkan siapapun. Sekarang lo bisa pergi dan jangan ikuti gue lagi, atau.. Lo akan gue usir secara paksa dengan cara apapun." Ucap Araf kembali.

Setelah mengatakan itu, Araf menutup pintu dengan kuat. Ia langsung menutup telinganya karena sosok yang ada di dalam kamarnya berteriak histeris sambil menangis.

***

Renata bersenandung riang sambil memasang masker di wajahnya. Ia akan melakukan ritual malamnya sebelum tidur dengan memanjakan kulit wajahnya agar terlihat sehat dan terawat. Namun, saat ia baru selesai memasang masker, keningnya berkerut karena mendengar dari arah luar rumahnya sangat berisik serta di ikuti teriakkan orang ketakutan.

"Apaan sih?! Ganggu ketenangan hidup gue aja lo yang di luar!" Kesal Renata.

Renata mencoba mengabaikan itu, ia berjalan naik keatas kasur untuk tidur dan langsung memejamkan matanya begitu berbaring. Namun, suara ricuh dari luar rumahnya membuat emosinya terpancing saat baru memejamkan mata.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 28 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Past: What If Kisah Araf (Transmigrasi Ke Masa Lalu) Where stories live. Discover now