BAB 13 (Liburan)

334 30 0
                                    

Becca POV

Memikirkan masalah friend membuatku merasa bersalah bercampur kesal. Bagaimana bisa dia begitu mudahnya mempermainkan nyawanya sendiri. Bahkan kini orang tua friend terkesan menyalahkanku. Apakah tidak membalas perasaan seseorang adalah kejahatan? Apakah aku harus bertanggung jawab?

Ingin rasanya aku bersikap masa bodoh. Tapi keselamatan friend masih mengganggu pikiranku. Berharap agar dia mau mengerti bahwa aku tidak mencintainya dan dia bisa menemukan seseorang yang dicintainya selain aku. Andai saja aku dilahirkan menjadi orang yang egois dan tidak memikirkan orang lain.

Aku bahkan sudah memimpikan untuk membangun rumah tanggaku dengan freen. Aku benar-benar tidak ingin berpisah dari kekasihku freen. Jika suatu saat ada pernikahan terjadi maka freenlah yang harus menjadi pengantinku. Bukan orang lain.

Kemarin Aku sudah memesan dua tiket pesawat pulang-pergi untukku dan kekasihku. Tiket tujuan phuket untuk menikmati moment kebersamaan kami selama beberapa hari. Tiga hari lagi kami akan berangkat. Setelah apa yang terjadi beberapa hari ini aku rasa liburan adalah obat yang paling tepat sekarang. Biarlah masalah friend akan ku pikirikan nanti, saat ini aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama kekasih hatiku. Kekasih yang selalu berhasil mebuatku semakin hari semakin jatuh cinta padanya.

Saat ini aku dalam perjalanan untuk menjemput kekasihku. Seperti biasa kami selalu berangkat ke kampus bersama. Melakukan kegiatan apapun asalkan bersamanya membuatku bahagia. Terlihat kekasihku sudah menungguku dengan senyuman diwajahnya. Aku turun dari mobil dan langsung berlari kecil memeluknya melepaskan kerinduanku. Aku kemudian menciumnya dan menyesap bibirnya dengan lembut. Ia bahkan menutup matanya dan menikmatinya. Merasakan setiap sudut bibir kekasihku yang manis yang selalu menjadi favoritku. Hingga beberapa saat aku melepaskan ciuman kami dan tersenyum bersama dengan dahi yang masih menempel. Aroma nafas hangat kekasihku yang harum menerpa wajahku, meningkatkan moodku seketika menjadi lebih baik. Menenangkan hatiku. 

"Aku suka vitaminku. Aku rasa sekarang aku membutuhkannya setiap jam. Ah bukan. Setiap menit. Aku membutuhkannya setiap menit.." Aku berkata dengan suara manja menggoda.

"Kau memang pintar merayu babe.."

"Aku tidak merayu, aku hanya mengatakan apa yang aku inginkan. Kau tidak mau memberikannya hmm?"

"Tentu saja aku akan memberikannya kapanpun kau mau.."

"Good girl.." Aku menepuk kepala kekasihku dengan lembut.

Aku kemudian menuntun kekasihku memasuki mobil dan membukakannya pintu. Sudah menjadi kebiasaanku memperlakukannya seperti itu. Aku berjalan setengah memutar kemudian masuk ke kursi kemudi. Aku menjalankan mobilku dengan kecepatan sedang.

"Babe..apa yang terjadi kenapa kau malah menjemputku.."

"..."

"Bukankah kau mengatakan agar kita menjaga jarak jika ditempat umum?"

"Kau benar. Hanya saja aku sangat merindukan kekasihku saat ini"

"Apa kau tidak takut friend akan mencoba melukai dirinya lagi?"

"Takut. Tapi aku lebih takut kehilangan dirimu.."

"..."

"Aku akan menyelesaikan semuanya, kau tenang saja.."

Sebuah rencana tersusun rapi di dalam kepalaku. Aku tidak mungkin mengungkapkan kepada kekasihku tentang rencana ini. Aku sangat tau, jika Freen mengetahui rencana ini dia pasti akan langsung menolaknya.

Selama 30 menit berkendara sampailah aku dan kekasihku di kampus seperti biasa. Aku lebih dulu keluar dan membukakan pintu mobil untuk kekasihku.

Kami berjalan bergandengan menuju kantin kampus untuk mengisi tenaga kami dengan sarapan. Banyak mata memandang kearah kami. Kami sekarang tak segan untuk bermesraan di tempat umum. Seperti tidak ada masalah sama sekali. Aku hanya ingin menikmati waktu yang ada sebelum kembali bertemu dengan prahara baru.

Lean On Me (Freenbecky) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora