Kalandra mengangguk pasti, "Iya, sayang. Aya, tolong selalu liatin aku dari sana, tolong tetep perhatiin aku dalam besarin Kean, aku harap kamu bahagia, aku bakal jagain Kean, Aya. Aku ... sayang kamu."

Ucapan 'aku mencintaimu' terasa sangat kelu untuk Kalandra ucapkan. Rasanya sangat berat untuk mengatakan kalimat sederhana itu.

"Papa, ayo. Katanya Papa mau ajak Kean ke rumah," ucap Keandra sembari berdiri, anak laki-laki itu menyempatkan untuk memeluk lagi nisan sang ibu, "Bye, Mama. Jangan lupa bahagia, ya?"

...

Kalandra berdiri mematung di depan rumah yang terlihat sama seperti dulu. Sebelah tangannya menggandeng lembut lengan kecil sang putra.

Keduanya mulai melangkah memasuki area rumah, Kalandra menatap ke sekeliling rumah ini. Nuansanya masih sama, hanya saja rasa dan aromanya yang berbeda.

Kalandra memutar kunci kemudian membuka lebar rumah ini, rumah yang menjadi awal dan akhir dari cerita hidupnya.

Rumah yang hampir tujuh tahun tidak pernah Kalandra datangi.

Semuanya masih tersusun rapi, hanya terlihat beberapa tempat yang sedikit berdebu. Kalandra tau ibunya selalu datang setiap minggu ke tempat ini hanya untuk menjaganya tetap aman.

"Papa, itu fotonya sama kaya di kamar Papa, ya?" tanya Keandra saat melihat foto pernikahan yang terpajang di dinding rumah.

Kalandra menghapus air matanya dengan kasar, "Iya, Kean. Itu foto Papa sama Mama."

Kalandra kembali memperhatikan ke sekeliling ruangan yang sangat tidak asing di matanya. Ada setitik kerinduan yang semakin membesar ketika Kalandra menatap setiap sudut rumah ini.

Matanya berhenti tepat di pintu kamar yang tertutup rapat. Kalandra mulai melangkah lagi, menarik lembut tangan putranya untuk mengikuti langkahnya.

Pintu terbuka, berbagai kilatan masa lalu kembali melintas di hadapan Kalandra. Kebahagiaan pertama, kebahagiaan terakhir, rasa sakit pertama, bahkan rasa sakit terakhir, semuanya terjadi di sini.

Kalandra melepaskan tangan sang putra, membiarkan langkah kecil itu berlari menyusuri kamar sederhana ini.

"Wah! Papa liat, ini Mama," ucap Keandra sambil mengambil foto yang terletak di atas meja.

Mata polos Keandra kembali menatap ke sekeliling kamar, "Papa, ini kamar siapa?"

Keandra memperhatikan sang ayah yang berjongkok di hadapannya, "Rumah kita."

Mulut kecil itu membulat, "Jadi tempat kita tinggal itu apa kalau ini rumah kita?"

"Itu rumah Nenek, jagoan. Ini rumah kita, Kean mau tinggal di sini?"

Kedua tangan kecil Keandra mendarat di wajah sendu Kalandra, "Apa dulu Mama juga tinggal di sini?"

Kalandra memiringkan wajahnya hanya untuk mengecup pelan tangan mungil itu, "Mama tinggal di sini, semua yang ada di rumah ini, Mama yang susun."

"Kean mau tinggal di sini, Kean mau tinggal di rumah Mama."

Senyum ceria terbit di wajah lugu Keandra, matanya kembali menatap kesana kemari, "Kean mau liat ruangan lain, boleh?"

Kalandra mengangguk, membiarkan putranya berlari keluar kamar dengan tawa riangnya.

Pria itu berdiri, kemudian melangkah menuju tirai yang masih tertutup. Perlahan Kalandra membuka tirai itu, membiarkan cahaya matahari memasuki ruangan ini.

Kalandra tersenyum lembut, sekeras apapun dirinya menghindari tempat ini, nyatanya berada di sini adalah hal yang paling Kalandra rindukan.

Pria itu memejamkan matanya, mengingat memori bahagia yang pernah dirinya ukir bersama Zendaya di tempat ini. Walaupun hanya sedikit, setidaknya mereka pernah hampir bahagia, kan?

Kalandra tersenyum lembut, dirinya tidak berhenti membayangkan wajah cantik istrinya.

Jika tidak di kehidupan ini, Kalandra berharap mereka kembali bertemu di kehidupan selanjutnya. Walaupun tidak di takdirkan untuk bersama, setidaknya beri Kalandra kesempatan untuk mengatakan kalimat 'aku mencintaimu'.

.

.

.

.

haii semua,
wah siapa sangka double up wkwk
EXTRA PART END.
yang artinya, kisah ambivalen berhenti di sini, sampai jumpa di kisah yang lain.
semoga ada yang terus mengingat kisah sederhana ini, ya?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 21 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AMBIVALEN [END]Where stories live. Discover now