|| 29 | Badai Besar ||

897 38 0
                                    

Darah Kalandra seakan tersedot seluruhnya ketika mendengar pertanyaan Zendaya. Wajahnya mendadak pucat pasi, dengan jantung yang terus berdebar kencang.

"A-Ay, lo ngomong apaan sih?" tanya Kalandra mencoba menetralkan keterkejutannya.

"Masih kurang jelas?" tanya Zendaya dengan wajah penuh air mata, "lo secinta itu sama Octella?"

"Gue ngga ngerti!"

"GUE JUGA NGGA NGERTI! GUE NGGA NGERTI KENAPA LO MASIH KEKEH MINTA KESEMPATAN SAMA GUE KALO HATI LO UDAH PUNYA ORANG LAIN!"

Kalandra mundur beberapa langkah ketika mendengar teriakan itu, tubuhnya membeku bahkan ketika Zendaya melangkah maju mendekatinya.

"Gue ini apa, Kal? Apa gue cuma boneka buat kalian? Papa dengan gampangnya buang gue dan lo juga dengan gampangnya selingkuh dari gue, apa gue bener-bener cuma boneka?" tanya Zendaya dengan wajah penuh tekanan. Mata wanita itu menyiratkan rasa sakit yang teramat dalam.

Kalandra sontak tersadar, kepalanya menggeleng kuat, "Gue ngga selingkuh!"

"Lo masih mau ngelak?" tanya Zendaya, tawa kecilnya mampu menciptakan rasa sakit bagi Kalandra.

"Ay, lo harus percaya, gue ngga selingkuh!"

Zendaya menggeleng, "Lagi-lagi lo bohong."

"Gue-

"Lo selingkuh, Kal. Gue liat sendiri! GUE LIAT SENDIRI LO KETEMUAN SAMA OCTELLA DI CAFE! GUE DENGER SEMUA PERCAKAPAN KALIAN, GUE DENGER!" teriak Zendaya sambil memukul dada Kalandra berkali-kali.

"Gu-gue denger semua obrolan penuh cinta kalian, Kal. Kenapa lo harus jadiin gue seolah-olah gue orang ketiga diantara kalian?"

Kalandra menggeleng, pemuda itu menarik Zendaya untuk masuk kedalam pelukannya. Hal itu menyebabkan Zendaya menangis dengan kencang.

Kalandra mengeratkan pelukan mereka, "Gue ngga selingkuh, Ay. Lo bukan orang ketiga, gue ngga pernah ngasih posisi lo ke orang lain. Gue ngga selingkuh."

Kalandra berusaha menenangkan Zendaya, walaupun dirinya harus mengubur fakta sebenarnya. Kalandra sudah mewanti-wanti hal itu akan terjadi, tapi Kalandra tidak menyangka hal ini terjadi dalam waktu dekat.

Mendengar tangisan Zendaya yang semakin kencang, Kalandra terus mengeratkan pelukan mereka, tapi Zendaya kembali mendorong hingga pelukan itu terlepas.

"Lo bohong lagi, Kal! Kenapa sesusah itu lo bilang iya?! Dulu gue liat lo ciuman sama Octella waktu kelulusan, tapi gue coba buat lupain itu, Kal! Rasa sakitnya masih sama kaya waktu gue liat lo ciuman sama dia di roof top sekolah dulu!"

Mata Kalandra terbelalak, tak menyangka Zendaya telah melihat itu semua. Mencoba mendekati Zendaya, yang Kalandra dapatkan justru penolakan dari Zendaya.

"Gue ngga nyangka lo masih ngelanjutin hubungan kalian, terus apa arti semua kata-kata lo waktu itu? Bukti apa yang mau lo kasih?" tanya Zendaya dengan suara lemah.

Kalandra mencoba menahan perasaannya, "Aya, lo harus dengerin penjelasan gue, semuanya, tapi lo harus percaya sama gue."

Zendaya menggeleng, "Percaya sama lo cuma nyiptain rasa sakit yang baru."

Zendaya membalikkan badannya lalu membuka pintu kamar. Kalandra yang melihat hal itu tentu langsung mengikuti langkah Zendaya.

Mata Kalandra terbelalak ketika melihat Zendaya mengeluarkan semua pakaiannya. Pemuda itu langsung berdiri di depan lemari menghalangi kegiatan wanita itu.

"Minggir!"

"Lo mau apa?! Aya, jangan gini, oke? Gue bakal jelasin-

"Gue ngga butuh penjelasan! Gue cuma mau pergi!"

AMBIVALEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang