|| 65 | Takdir dan Pilihan ||

892 45 4
                                    

Inka berjalan menuju parkiran dengan kepala tertunduk. Pikirannya berkecamuk mengenai keputusan yang telah di ambilnya malam itu. Ada perasaan mengganjal yang mengganggu nya setiap waktu, hal ini membuat Inka menjadi tidak nyaman.

Gadis itu bahkan tidak mengetahui kabar terbaru tentang Zendaya jika saja Raja tidak memberitahunya tadi pagi. Inka menghela nafas panjang, bagaimana caranya memberitahu semua ini kepada Raja?

Kepala Inka terangkat saat mendengar tawa yang familiar, terlihat Raja yang sedang tertawa di atas motornya di temani oleh seorang gadis yang Inka kenal.

Gadis itu menyadari kehadirannya kemudian melambaikan tangan. Inka membalas itu dengan senyuman.

Raja dan Shevaya, keduanya terlihat sangat serasi.

"Udah dateng nih, gue duluan, ya, Vay," pamit Raja kepada gadis yang berdiri di samping motornya.

Gadis dengan rambut yang di kuncir kuda itu mengangguk singkat, "Hati-hati, bye Inka."

Inka tersenyum seraya mengangguk, "Duluan, ya." Matanya terus menatap Shevaya yang sudah menjauh dari mereka.

"Ayo naik, sayangku," ucap Raja setelah menurunkan foot step motornya, walaupun wajah pemuda itu masih sedikit sembab, Raja masih terus berusaha untuk tetap tersenyum lebar.

Inka tersenyum tipis, "Kita bisa jalan-jalan dulu ngga?"

Wajah Raja semakin sumringah, "Bisa dong, sayang. Apa sih yang ngga bisa? Mau jalan kemana, hm?"

"Kemana aja, ada yang mau gue omongin."

Inka langsung menaiki motor setelah mengatakan hal itu, Inka hanya tidak sanggup melihat raut wajah bahagia Raja yang mungkin nantinya tidak bisa Inka lihat lagi.

Raja mengedipkan matanya beberapa kali, perlahan pemuda itu mulai melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Tidak ada pembicaraan selama perjalanan, karena keduanya sama sekali tidak memulai apapun.

Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, terutama Raja yang entah kenapa merasa khawatir tentang semuanya.

Lamanya perjalanan tidak membuat Inka berhenti menatap jari-jarinya sendiri sampai samar-samar deburan ombak mengusik telinganya. Hal itu membuat Inka perlahan mengangkat kepalanya, mata gadis itu sedikit terbelalak melihat hamparan lautan di sampingnya.

"Kita ke pantai?" tanya Inka memecah keheningan yang sejak tadi tercipta.

Raja tersenyum sambil menatap spion yang menampakan wajah cantik gadis di belakangnya, "Iya, gue nggak tau mau ke mana. Nggak papa, kan?"

Inka hanya mengangguk singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari keindahan pantai. Raja segera menghentikan motornya di area parkiran kemudian langsung mengajak Inka untuk menuju kearah bibir pantai.

Dengan lembut Raja meraih jemari Inka untuk di genggam pelan, begitupula Inka yang dengan perlahan membalas genggaman itu. Keduanya berjalan santai, menikmati angin yang menerpa mereka.

Mereka terdiam saat tiba di bibir pantai, mata keduanya tak lepas dari hamparan laut biru yang membentang seolah tanpa ujung. Inka maju beberapa langkah, membiarkan genggaman mereka yang sedari tadi bertaut terlepas begitu saja.

Gadis itu menutup matanya ketika merasakan ombak yang perlahan menyentuh kedua kakinya. Ada perasaan nyaman tersendiri ketika dirinya merasakan ombak itu seakan-akan menariknya.

Inka tersenyum kemudian membuka matanya, deburan ombak yang terdengar berisik nyatanya mampu membuat perasaan Inka menjadi tenang.

"Mau ngomong apa?" tanya Raja yang sejak tadi memperhatikan gadis di hadapannya.

AMBIVALEN [END]Where stories live. Discover now