|| 58 | Fakta Baru? ||

862 41 14
                                    

Mungkin bagi Kalandra pagi ini adalah pagi terbaiknya setelah semua badai yang terjadi kemarin. Melihat Zendaya yang tertidur pulas di sebelahnya membuat Kalandra tak mampu menahan seutas senyum yang ingin muncul.

Pemuda itu bangun kemudian mengecup lembut dahi sang istri dengan mata terpejam. Setelah menjauhkan wajahnya, Kalandra perlahan membuka mata, "Gue ngga akan pernah berhenti bersyukur setelah ini semua, Aya. Untuk kali ini, gue ngga akan ada badai lagi yang nerpa rumah tangga kita."

Kata nya akan ada pelangi setelah hujan badai.

Anggap saja Kalandra sudah menemukan pelangi-nya. Kalandra harap pelangi miliknya akan abadi sampai kapanpun itu.

Walaupun dirinya tau jika pelangi tak kan pernah menetap selamanya.

Pemuda itu turun dari ranjang lalu melangkah menuju box bayi di sebelah Zendaya. Bibirnya kembali tersenyum saat melihat wajah tenang sang putra.

"Bobo yang nyenyak, jagoan Papa."

Kalandra melangkah keluar kamar setelah mengatakan hal itu, tanpa menyadari Zendaya yang sudah membuka matanya. Wanita itu tetap diam seraya terus menatap pintu kamar yang sudah tertutup.

"Sebenernya apa yang lo pikirin tentang kita, Kal?"

Kalandra selalu mengatakan ingin memperbaiki semuanya, tapi tidak kah Kalandra pernah berpikir jika semua yang di lakukan olehnya tidak berguna?

Tinta yang tumpah di atas kain putih pun masih tetap meninggalkan noda walaupun sudah dicuci dengan berbagai cara. Apalagi hati yang sudah di tikam berkali-kali? Apa dengan kata maaf semuanya bisa kembali normal? Mustahil!

"Maaf kalo nantinya lo bakal kecewa, karena sampai kapanpun gue ngga akan siap untuk kaya dulu lagi."

...

Alura berlari kecil ketika melihat Inka yang baru saja turun dari motor. Gadis itu melambaikan tangan kearahnya saat menyadari dirinya yang berlari mendekat.

"Selamat pagi, Inka dan Raja," ucap Alura saat tiba di hadapan keduanya.

"Pagi juga," balas Inka yang di angguki oleh Raja yang masih berada di atas motor.

Alura menggandeng lengan Inka seraya tersenyum, "Inka, tau ngga? Kemarin Alu di ajak sama Azran buat ketemu sama Kanes."

Kedua orang yang mendengar hal itu melotot terkejut, keduanya saling pandang dengan tatapan tak percaya.

"Serius?!"

Alura mengangguk untuk menjawab pertanyaan Raja, "Walaupun kalian udah cerita, tapi Alu tetep pura-pura ngga tau aja. Alu juga ngga tanya apapun tentang penyebab Kanes meninggal, Alu ngga tega, Alu bisa rasain sakitnya Azran, rasa sakitnya mungkin ngga akan sembuh dengan obat apapun. Azran juga ceritain semua hal tentang Kanes yang benar-benar bikin Alu takjub."

"Lo cemburu ngga?" tanya Inka hati-hati.

Alura menggeleng, "Enggak dong! Alu seneng karena Azran mau cerita banyak hal sama Alu, walaupun itu tentang Kanes, Alu tetep seneng."

Inka tersenyum lebar, gadis itu mengelus tangan Alura yang menggandengnya, "Nah, ketemu sama Kanes udah. Gimana kalo lain kali kita ketemu cewek nya Kalan?"

Raja ikut tersenyum, pemuda itu mengangguk menyetujui ucapan Inka, "Iya, nanti gue bawa ketemu pacarnya Kalan."

Keduanya sama-sama mengernyit bingung ketika Alura malah menggelengkan kepalanya. Wajah gadis itu terlihat sedikit kesal.

"Ngga mau! Pacarnya Kalan galak banget! Masa dia pelototin Alu karena Alu ngobrol sama Kalan!" ungkap Alura penuh kekesalan.

"Kalan udah pernah bawa lo ketemu pacarnya?" tanya Raja memastikan.

AMBIVALEN [END]Where stories live. Discover now