|| 21 | Akan Jadi Boomerang ||

722 37 0
                                    

Kalandra berdiri di depan rumahnya dengan perasaan cemas dan gelisah. Pasalnya ini sudah hampir tengah hari dan dirinya baru kembali ke rumah.

Pemuda itu tertidur setelah memenangkan Octella yang bercerita tentang ibunya, dirinya baru saja terbangun satu jam yang lalu dan langsung bergegas untuk kembali.

Tangan Kalandra yang semula terangkat untuk mengetuk pintu beralih memegang gagang pintu dan memutarnya.

"Gue lupa kunci pintunya," ucap Kalandra lirih.

Satu tindakan bodoh dan ceroboh. Bagaimana jika ada orang yang berniat jahat semalam? Zendaya sedang hamil, sendirian, dengan keadaan rumah yang tidak terkunci.

Bodoh!

"Assalamualaikum?"

Sayup-sayup terdengar suara pelan yang bersumber dari Televisi. Buru-buru Kalandra mendekati benda itu, tapi tidak ada siapapun di sana.

"Sialan panas banget!" ucap Kalandra terkejut saat menyentuh benda persegi panjang itu.

Matanya sedikit membesar ketika teringat bahwa dirinya lah yang lupa mematikan televisi semalam. Jadi Zendaya belum bangun sampai sekarang?

Perasaan khawatir kembali memenuhi hati Kalandra. Pemuda itu langsung berlari kearah kamar dan tanpa ragu kembali membuka pintu.

"Aya?" panggil Kalandra ketika melihat istrinya berbaring dengan posisi miring menatap tirai yang masih tertutup.

Berpikir jika Zendaya masih tertidur, Kalandra melangkah untuk membuka tirai yang berwarna abu-abu itu. Seketika cahaya matahari langsung memasuki ruangan itu.

Ketika berbalik, Kalandra sedikit terkejut saat mendapati Zendaya yang sedang menatapnya. Perlahan pemuda itu berjalan mendekat.

"Semalem ... Lo kemana, Kal?"

Langkah Kalandra terhenti saat mendengar suara serak wanita itu. Kalandra berdehem pelan sambil menghindari tatapan Zendaya.

"Ada temen gue kecelakaan, maaf ngga bilang sama lo dulu," jawab Kalandra dengan suara pelan.

Zendaya tetap diam seraya terus menatap kearah Kalandra. Entah kenapa hatinya menolak keras untuk percaya.

Melihat Zendaya yang masih diam, Kalandra lantas kembali melangkah mendekat, "Lo sakit? Kenapa bangunnya lama?"

Wanita itu menggeleng pelan, tangannya memegang erat pinggiran ranjang lalu berlahan bergerak untuk duduk.

"Lo mau makan apa? Biar gue masakin," tawar Kalandra dengan senyum manisnya.

Zendaya kembali menatap suaminya, "Bisa anterin gue ke rumah Mama?"

"Mama ... Nava?"

"Mama Lana."

Sungguh, Zendaya sangat merindukan Nava, tetapi dirinya tidak punya tenaga untuk mendengarkan bentakan dan makian dari Dero.

Untuk sekarang, Zendaya hanya membutuhkan pelukan yang dimana dirinya tidak akan menerima bentakan, makian ataupun hinaan.

Jika dirinya pulang ke rumah Nava, mungkin yang di dapatkan hanyalah air mata. Zendaya tidak sanggup melihat ibunya yang terus menerus menangis karena dirinya.

"Bisa?" tanya Zendaya lagi.

Kalandra mengangguk cepat, "Bisa."

...

Kalandra membantu Zendaya untuk turun dari taksi yang sudah berhenti di depan rumah miliknya. Satpam langsung membuka gerbang saat tau siapa yang berkunjung.

AMBIVALEN [END]Where stories live. Discover now