|| 01 | Kilas Balik // Pembawa Sial ||

3.1K 89 2
                                    

Tak pernah terpikirkan dalam benak Zendaya bahwa malam itu akan membawa dirinya ke dalam lubang penderitaan. Pria yang sangat Zendaya cintai, yang gadis itu terima sepenuh hati malah memberikan luka yang teramat besar.

Zendaya tidak pernah tidur dengan tenang saat mengetahui dirinya sedang mengandung. Gadis itu terlalu takut untuk memberi tahukan semuanya.

Tapi, malam ini semua ketakutan Zendaya menjadi nyata saat ibunya menemukan benda sialan itu di laci meja belajarnya.

Gadis itu terduduk dengan kepala menunduk dalam. Bahunya bergetar hebat dengan suara isakan tertahan.

Zendaya tidak mampu untuk berbicara, bahkan untuk menatap mata kedua orang tuanya saja Zendaya rasanya tidak memiliki keberanian lagi.

"Darimana datangnya kelakuan menjijikkan ini, Aya?!" tanya Dero dengan suara bergetar marah.

Dero tak henti-hentinya mengelus punggung sang istri yang masih terguncang hebat. Bukan hanya Nava, Dero juga sangat kecewa. Putri yang menjadi satu-satunya harapan keluarganya malah berakhir seperti ini.

Zendaya tidak menjawab apapun, matanya terpejam erat terlebih saat mendengar langkah kaki terburu-buru yang memasuki rumahnya.

Bruk

Kepala Zendaya terangkat saat mendengar suara yang cukup kencang itu. Matanya sedikit terbelalak saat melihat Kalandra yang sudah dalam posisi berlutut di bawah kaki Dero.

Wajah pemuda itu penuh lebam yang membiru, juga ada darah di sekitar bibir dan pelipis, ketara sekali luka-luka itu masih sangat baru.

"Saya bener-bener kecewa sama dia! Dero, kamu berhak hajar dia sesuka hati, saya ga akan larang sebelum kamu sendiri puas!" ucap Richard dengan wajah mengeras, amarah pria itu jelas belum usai.

Nava melepaskan diri dari pelukan Dero, wanita cantik itu langsung membawa Kalandra untuk kembali berdiri. Tangan bergetar nya mengusap bahu pemuda itu pelan.

"Kalau saya berhak memukul Kalandra, berarti kamu juga berhak ngelakuin hal yang sama kepada Zendaya," ucap Dero membuat mata Richard sedikit terbelalak.

Nava hanya bisa menangis mendengar ucapan suaminya. Ketiga orang yang baru datang langsung membelalakkan matanya saat melihat wajah Zendaya yang sama kacaunya.

Bekas tamparan yang memerah juga darah yang hampir mengering di sudut bibir gadis itu.

"Dero ... Kalandra yang salah," ucap Lana  menangis, wanita itu langsung memeluk Zendaya erat membiarkan air mata gadis itu membasahi bahunya.

Zendaya sangat sakit hati, tetapi hatinya bertambah sakit saat semua orang menyalahkan Kalandra. Belum lagi tatapan pemuda itu jelas menyiratkan kebencian yang teramat dalam untuknya.

"Kita akan nikahkan mereka segera!" putus Dero membuat Zendaya refleks melepaskan pelukannya.

Kepala gadis itu menggeleng berkali-kali, "Enggak! Aya ngga mau! Aya masih mau sekolah, Pa!"

"Mau sekolah? MAU SEKOLAH KAMU BILANG?! KALAU KAMU MAU SEKOLAH KENAPA KAMU HAMIL AYA?! KENAPA?!" teriak Dero sambil menarik lengan Zendaya kasar.

Tubuh Zendaya merosot begitu saja, bahunya kembali bergetar ketakutan. Tangan bergetar nya berusaha meraih kaki Dero.

"Pa-pa Aya ngga siap, Pa ... Aya- tolong biarin Aya lulus dulu," pinta Zendaya seraya memeluk kaki Dero erat.

Zendaya tidak tau ekspresi apa yang mereka berikan, Zendaya bahkan tidak mau tau apapun. Yang Zendaya tau adalah janin ini membawa kesialan besar bagi hidupnya.

AMBIVALEN [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora