|| 28 | Ketakutan Yang Menjadi Nyata ||

792 42 0
                                    

Senja sudah menghilang cukup lama, sinar jingga pun sudah tergantikan dengan gelapnya langit malam, namun Zendaya masih belum beranjak dari duduknya.

Dengan di temani kesunyian, Zendaya terus menatap ke depan. Air matanya seakan sudah kering tergantikan dengan tatapan kosong.

Wanita itu menarik senyuman tipis, baru kemarin mereka berkunjung ke taman ini dengan perasaan penuh cinta.

Siapa sangka bahwa semuanya akan berakhir seperti ini? Ya ... Semuanya sudah berakhir. Tidak ada lagi yang tersisa.

Baik keluarga, cinta ataupun dirinya. Zendaya sudah kehilangan semuanya, dalam satu waktu yang bersamaan.

Zendaya menunduk ketika merasakan pijakan kecil pahanya, alisnya mengernyit, seekor kucing? Bukankah seharusnya kucing-kucing itu sudah kembali ke rumah penampungan sebelum malam tiba?

"Kenapa lo di sini?" tanya Zendaya sambil mengelus kucing yang sedang menggosokkan tubuhnya di perut bulatnya.

Zendaya kembali mengangkat dagunya, "Atau ... Lo sama kaya gue? Lo di buang, ya?"

"Ngga seharusnya mereka buang kita kaya gitu ... Apa mereka pikir kita ngga punya perasaan?" tanya Zendaya terus mengelus kucing itu, "apa lo punya keluarga? Kalo ngga berarti kita sama lagi."

"Tapi jadi lo enak, lo ngga bawa beban kaya gue," bisik wanita itu, tangannya beralih menyentuh perut bulatnya, "liat? Dia beban yang luar biasa berat."

"Semua beban harus di buang, kan?"

...

Kalandra memarkirkan motornya di depan rumah. Ini sudah pukul sembilan malam, pemuda itu segera mengetuk pintu berharap sang istri mendengarnya.

"Aya?" panggil Kalandra agak kencang.

Pemuda itu membuka ponselnya, pesan yang tadi ia kirim juga tidak di baca oleh Zendaya, mungkin wanita itu sudah tertidur. 

Kalandra bergerak kearah jendela, matanya sedikit membola ketika melihat tirai yang masih terbuka. Kamar itu kosong, bahkan lampu pun masih belum menyala.

"Aya?!" panggil Kalandra lagi, pemuda itu kembali mengetuk pintu berkali-kali.

Kalandra juga menggedor kaca beberapa kali, "Sayang, hey?! Buka pintunya."

Perasaan khawatir mulai memenuhi hati dan pikirannya. Tanpa pikir panjang Kalandra langsung mendobrak pintu itu. Setelah beberapa kali mendobrak barulah pintu rumahnya terbuka.

Kalandra berlari kearah kamar, namun kamar itu benar-benar kosong. Pemuda itu kembali berlari kesemua ruangan sambil memanggil sang istri.

Rumah ini kosong.

Kalandra menarik rambutnya ketika pikirannya mendadak kalut. Pemuda itu langsung membuka ponselnya untuk mencoba menghubungi Zendaya.

Gerakannya terhenti ketika tanpa sengaja melihat sandwich yang dirinya buat untuk Zendaya masih tergeletak di meja.

Perasaan nya berkecamuk, rasa takut mulai menguasai dirinya. Momen seperti ini mengingatkan Kalandra ketika Zendaya berakhir di rumah sakit.

"Lo dimana, Ay?"

Pemuda itu mencoba menghubungi Zendaya, nomer wanita itu aktif tapi sama sekali tidak mengangkat panggilannya.

Kalandra mengangkat kepalanya ketika mengingat sesuatu, pemuda itu langsung berlari menuju luar rumah.

Mobilnya juga menghilang.

Jemarinya dengan cepat langsung mencari kontak Raja, pemuda itu memijat pelipisnya ketika menunggu Raja mengangkat panggilannya.

AMBIVALEN [END]Where stories live. Discover now