T i g a P u l u h D e l a p a n

Start from the beginning
                                    

"Apa di masa lalu kau sudah memiliki benang merah dengan orang lain?" tanyaku yang entah mengapa membuat Adamir menghentikan langkahnya.

"Mengapa kau bertanya seperti itu?"

Aku menggeleng, "hanya penasaran saja."

"Kapan-kapan aku akan menceritakannya padamu."

***

"Dari mana aja Lan, kok jam segini kamu baru pulang?"

Begitu sampai di depan rumah, aku langsung di cerca pertanyaan oleh bunda. Tentu saja bunda menunjukkan raut kemarahannya yang membuat nyaliku sedikit ciut.

"Tadi Alana dari rumah temen Bun, ada masalah yang cukup rumit disana."

"Apapun alasannya, pulang jam sembilan malam itu nggak bener, kamu itu perempuan loh Alana."

Semenjak kejadian aku pergi semalam di rumah kakek Teja dengan Aleandra waktu itu, sekarang bunda menjadi lebih protektif padaku. Bunda pasti selalu mengirimi rentetan pesan saat aku terlambat pulang sebentar saja dan kuyakin sedari tadi bunda juga sudah melakukan itu tetapi aku saja yang tidak sempat melihat ponsel.

"Iya Bun, besok-besok Alana nggak akan telat pulang lagi."

"Udah sana mandi! Bunda angetin lauk dulu," perintah bunda dengan nada yang masih sedikit ketus.

Aku mengangguk dan segera melangkahkan kakiku menuju ke kamarku yang berada di lantai dua. Aku langsung memasuki kamar mandi begitu menanggalkan seragam dan berganti dengan jubah mandi.

Aku sempat bercermin sebelum masuk ke kamar mandi, perhatianku seluruhnya teralihkan pada kalung berliontin mawar yang begitu cantik. Kulihat jika kemerahan pada mawar ini terasa begitu berbeda, warnanya menjadi lebih gelap atau memang perasaanku saja?

***

"Gimana keadaan Gea?"

"Dia udah baik-baik aja, semalem dia dibawa pulang kampung biar pikirannya tenang."

Percobaan bunuh diri yang kedua kali yang dilakukan Gea kemarin itu cukup membuatku terkejut, pasalnya saat itu aku dan Aleandra benar-benar tidak mendengar apapun.

Hal lain yang baru kuketahui juga adalah darah seseorang yang ingin mengakhiri hidupnya itu mengundang banyak mahluk penjilat darah dan juga mahluk halus lain menjadi memenuhi tempat itu.

"Lo baik-baik aja kan Lan? Kemarin tempat itu ramai banget tapi gue beneran bingung mau balik lagi temenin Lo tapi keadaan Gea kaya gitu."

Ya kemarin Aleandra memang sempat memperingatiku untuk segera meninggalkan tempat itu.

"Gue baik-baik aja kok, tapi kemarin ada sosok yang serem banget. Sosok wanita dengan wajah busuk dan rantai di lehernya, nggak cuma satu Ale tapi ada banyak banget."

"Energi dia jahat banget, dia adalah pemimpin dari gerombolan sosok yang Lo liat itu Lan ... tapi Lo beneran nggak papa kan Lan?"

Aku mengangguk, "mungkin gue hampir nggak selamat kalo dia nggak dateng."

"Dia?" Aleandra terlihat mengernyitkan dahinya. "Maksud Lo iblis yang ngikat Lo itu?"

Aku mengangguk dengan mantap, aku tidak tahu mengapa sekarang aku tidak ragu lagi untuk menyebutkan jika keberadaan Adamir itu nyata.

"Lan berapa kali gue udah bilang sih, dia itu iblis. Lo jangan percaya sama dia, iblis penuh tipu daya."

"Enggak Le, dia nggak seperti iblis lainnya. Dia baik, nggak pernah nyakitin gue bahkan selalu menolong di detik-detik yang mengerikan."

Aku sudah melihat sendiri bagaimana Adamir dan dunianya, dengan hal yang selama ini sudah berlalu tidak mungkin aku masih meragukan jika Adamir adalah sosok yang baik.

"Alana jangan percaya sama dia!"

"Kalau belum sejauh ini gue juga nggak akan bisa percaya, tapi itu semuanya nyata. Dia baik banget Ale."

"Kenapa Lo bisa seyakin itu sama dia?"

"Ya karena gue yakin aja kalau dia baik, dia nggak mungkin jahatin gue."

"Jangan bilang Lo jatuh cinta sama dia?"

Deg,

Entah mengapa jantungku menjadi berdetak berkali lipat lebih kencang. Jatuh cinta? Itu adalah sebuah kata yang mungkin akan sulit dijelaskan. Mengenai perasaanku, jujur saja aku masih bingung, entah itu jatuh cinta, suka atau kagum, aku sama sekali tidak bisa menentukan yang mana perasaanku pada Adamir.

Jika melihat rupanya, aku yakin bukan hanya aku saja tetapi kebanyakan wanita akan terpesona oleh parasnya. Dia begitu lembut dalam bersikap dan tegas dalam beberapa kesempatan. Adamir selalu menolongku dan selalu menenangkanku yang ajaibnya itu berhasil. Bohong jika aku tidak menyimpan kesan sama sekali.



════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════

Don't forget to click the vote button!

════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════

Jika ada pertanyaan tuliskan saja di kolom komentar, terima kasih sudah mampir di cerita ini silahkan tunggu episode selanjutnya ^_^

And, see you.

Pengantin IblisWhere stories live. Discover now