E m p a t P u l u h S a t u

1.5K 187 12
                                    

Tok... tok... tok...

Aku mengetuk pintu kamar yang ditempati ayah dengan tidak sabaran, untung saja tidak perlu membutuhkan waktu lama pintu itu sudah terbuka dengan lebar. Ayah nampak keluar dengan wajah yang kebingungan, pasalnya saat ini jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

"Ada apa Lan?"

Aku masuk sembari menutup pintu dengan rapat, memastikan tidak ada yang akan mendengar pembicaraan kami.

"Ayah ayo kita pulang!"

Tentu saja ayah semakin kebingunan karenaku, "ada apa?"

"Kita harus pulang, Yah. Mbah Suro itu tidak bisa menyembuhkanku, dia hanya menipu."

Sebenarnya aku sendiri tahu jika awalnya ayah tidak percaya dengan hal diluar nalar. Menurutnya itu tidak nyata karena tidak bisa dibuktikan dengan mata telanjang tetapi semenjak kejadian aku saat itu saja sehingga ayah percaya dengan yang namanya dukun.

"Kenapa kamu ngomong gitu Lan, kita jauh-jauh kesini biar kamu bisa terlepas dari ikatan iblis."

"Ikatan itu nggak akan terlepas yah karena itu bukanlah ikatan tumbal ataupun ikatan budak."

"Lalu ikatan apa?"

"Benang merah," jawabku dengan suara melirih.

Setahuku memang itu adalah ikatan benang merah antara aku dan Adamir, ikatan yang mungkin akan sukar untuk dilepaskan.

Wajah ayah nampak berubah saat aku mengatakan hal itu, entah ayah percaya atau tidak tetapi sepertinya ia tidak mempercayainya.

"Siapa yang mengatakannya?"

Aku memilih diam dan tidak menjawabnya.

"Apakah iblis itu yang mengatakannya? Alana kamu jangan percaya sama iblis, jangan biarkan dia mempengaruhimu, dia itu iblis yang penuh tipu daya. Kamu harus ingat itu Alana."

"Alana percaya sama dia Ayah."

"Alana kamu udah ditipu sama iblis itu?"

"Yah, dia berkali-kali menyelamatkan Alana dan melindungi Alana dari bahaya. Bagaimana bisa Alana nggak percaya."

"Melindungi?"

"Nggak tau ayah mau percaya apa enggak, semenjak Alana bisa melihat makhluk tak kasat mata, sudah beberapa kali Alana hampir mati tapi dia menyelamatkan Alana dari kematian."

Tok... tok... tok...

Pembicaraan kami terhenti saat suara ketukan pintu terdengar, aku dan ayah sama-sama mengalihkan pandangan ke pintu sebelum ayah yang berjalan terlebih dahulu untuk membuka pintu.

Mbah Suro nampak di depan pintu dengan raut wajahnya yang begitu serius. Mbah Suro terlihat menatap tajam ke arahku.

"Nyai ingin bertemu dengan nak Alana."

"Aku tidak mau," jawabku dengan segera, tentu saja aku tidak mau bertemu dengan nyai yang Mbah Suro ini sebutkan. Karena sudah kupastikan nyai yang dia maksud ini bukanlah manusia.

"Tidak mau bagaimana? Nyai sendiri yang memanggilmu, berarti itu adalah sebuah keberuntungan."

Aku tetap menggeleng.

"Kamu harus menghormati Nyai!" Nada bicara Mbah Suro kian meninggi.

"Ayo Lan ikut dengan Mbah Suro," ucap ayah pada akhirnya.

Aku tahu jika ayah belumlah percaya mengenai kebaikan Adamir, sepertinya akan sulit mendapatkan kepercayaan dari ayah karena ayah sendiri tidak bisa melihat Adamir.

Pengantin IblisDove le storie prendono vita. Scoprilo ora