S e b e l a s

4.8K 292 0
                                    

Jam masih menunjukkan pukul tujuh pagi tetapi aku sudah berada di sekolah, kemarin aku membolos karena memiliki rencana untuk pindah ke Malang lagi bersama ayah dan bunda. Untung saja kami tidak mengajukan surat pindah ke sekolah karena kita tidak jadi pindah, ketakutanku tentang kalimatnya malam itu berhasil membuat kami urung pindah.

Sepanjang koridor menuju kelasku ini nampak sedikit ramai, bukan hanya manusia saja yang tengah berlalu lalang tetapi mereka dari golongan alam sebelah. Aku juga tidak terlalu mengerti jenis-jenis mereka, entah itu jin, arwah atau iblis, aku hanyalah orang awam yang paham apapun.

Aku berusaha untuk tidak memandang mereka dan berlagak tidak tahu jika mereka ada, tetapi ada satu mahluk yang menarik perhatianku. Seorang wanita yang duduk di kursi taman, ia mengenakan seragam dengan dasi berwarna orange dan kuning, bentuk dasi masih sama seperti yang aku pakai sekarang hanya saja warnanya berbeda. Wanita itu berambut sepinggang yang ia kuncir rapi ke belakang, ia mengenakan jepitan silang kecil untuk menyampingkan poninya. Dengan senyuman yang sangat manis, dia memperhatikan setiap orang yang lewat di depannya.

"Namanya Kalina, dia adalah murid angkatan tahun 2002, dia meninggal karena di perkosa secara bergilir oleh 5 orang di sekolah ini." Entah sejak kapan Aleandra sudah berada di sampingku, menjelaskan tentang wanita itu tanpa harus aku minta.

Miris memang, pemerkosaan adalah sebuah tindakan kriminal yang seharusnya mendapatkan hukuman berat, bukan hanya tentang merusak tubuh seseorang tetapi juga mental dan psikisnya. Kasus seperti itu sendiri sudah lazim terdengar di negeri tercinta kita ini, entah lelaki dari kalangan manapun jika tidak bisa manahan nafsunya maka akan berbuat sefatal itu.

"Lalu untuk apa dia masih disini?"

"Setiap orang memiliki prosesnya masing-masing, Kalina juga gitu."

"Lo temenan ya sama dia?"

Aleandra menggeleng, "Gue cuma pernah jadi pendengarnya aja kalau temanan sih enggak."

"Kenapa nggak mau temenan?"

"Dia jahat," ucapan itu disusul dengan sorot mata layu.

Aku kurang setuju dengan kalimat Aleandra itu, mana mungkin Kalina yang terlihat tersenyum ramah itu jahat.

"Lo yakin dia jahat? Dia kelihatan baik."

"Ya itu sekarang, kalau dia lagi ke flashback memori menyakitkannya Kalina bakal ngamuk, mencekik lelaki manapun yang dia lihat di depan matanya."

"Beneran?"

"Iya, dulu pernah ada yang sampai meninggal karena teror dari Kalina."

Menurutku pada kasus Kalina, yang bersalah tetaplah para pelaku pemerkosaan. Kalina memiliki tekanan mental bahkan setelah ia sudah berada di alam lain, itu semua karena kejadian buruk yang menimpa dirinya. Perempuan manapun tentu tidak ada yang yang baik-baik saja setelah di paksa melayani 5 orang pria sekaligus, Kalina ini bahkan sampai meninggal.

"Ayo ke kelas!" ajakan itu menarikku yang hampir tenggelam dalam pikiran. Aku pun mengangguki ajakan Aleandra.

Aku berhenti di depan pintu kelas, aku melihat wanita bergigi runcing itu berada di atas jendela, seketika tubuhku menegang, wanita itu pernah merasukiku.

"Jangan takut, lo harus tetep pura-pura nggak lihat, jangan pedulikan dia!"

"Gimana kalau dia rasukin gue lagi?"

"Maka dari itu, lo harus pura-pura nggak lihat dia, energinya kuat makanya kalau dia rasukin orang, bakalan susah untuk dikeluarin."

Aku mengangguk, mencoba memantapkan langkahku dan berpura-pura tidak melihatnya. Aku berhasil sampai di kursi tempatku duduk, segera mengambil sebuah buku dan memacanya. Kalau tidak mengalihkan perhatian seperti ini, maka aku akan terus menatap wanita bergigi runcing itu. Bagaimana tidak, lihat saja gigi super runcing yang setia ia tunjukan, apakah dia tidak takut giginya kering karena tidak pernah mengatupkan bibirnya.

════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════

Dont forget to click the vote button!

════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════

Jika ada pertanyaan tuliskan saja di kolom komentar, terima kasih sudah mampir di cerita ini silahkan tunggu episode selanjutnya ^_^

And, see you.

Pengantin IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang