Thurman

48 9 0
                                    

Leonard tak bisa bohong kalau dirinya sangat ingin tahu tentang suami pertama Vivianne. Sebagaimana ia menceritakan Milly, Leonard berharap Vivianne sudi memberitahunya tanpa harus ia minta.

Kisah cinta dramatis antara satu-satunya anak perempuan di keluarga De Lumire dan anak laki-laki kedua dari keluarga baron miskin, tingkatannya berbeda jauh sekali. Bisa dibilang, hubungan Vivianne dengan Johnny adalah kemustahilan. Cinta terlarang, Leonard kenal baik dengan sebutan itu.

Pengetahunan Leonard akan Johnny Thurman tak lebih dari sekadar namanya yang terucap puluhan kali dalam cerita Vivianne, dan kenyataan bahwa Johnny juga bukan satu-satunya pria dalam hidup Vivianne.

Selain Johnny, Leonard juga mendengar nama Lucian.

Lucian Corron Deux Emillio, Putra Mahkota Luminarcht, pewaris tunggal keluarga Emilisette De Lumire.

Ia memperhatikan Vivianne yang duduk di hadapannya, di meja yang Leonard pindahkan ke balkon karena Vivianne ingin. Gelas anggur berada di tangan kiri Vivianne yang terus menatap ke arah hutan Errenfield.

Seperti dua anak remaja nakal yang bersembunyi dari orang dewasa, Leonard tak percaya ia harus mengendap-endap untuk membawa anggur ke kamarnya. Ibunya tidak akan senang kalau tahu Vivianne minum alkohol, mengingat kalau minuman keras adalah salah satu yang membuat Vivianne jatuh sakit beberapa saat lalu.

“Aku tidak mengerti, terkadang kamu terdengar membenci Lucian dan di saat yang lain kamu juga menyayanginya.” Leonard akan melakukan apa pun sampai ia mendengar semua cerita Vivianne. Ia hanya perlu menghentikan Vivianne di saat yang tepat.

Vivianne baru saja menceritakan masa kecilnya. Leonard menghitung berapa kali nama Lucian lolos dari mulut Vivianne, setidaknya ratusan kali. Seluruh masa kecil Vivianne adalah Lucian.

Vivianne memutar gelasnya, memperhatikan anggur yang mengikuti arah putar gelas di tangan Vivianne. Anggur yang manis dan harum, Vivianne mengosongkan isi gelasnya sebelum lanjut bercerita.

“Karena memang... hanya ada dia. Dari pagi hingga malam, selama sepuluh tahun, aku hanya memilikinya. Begitu juga dia, terhadap aku.” Vivianne mengangkat kedua kakinya ke kursi dan memeluk kakinya. Dagunya bertumpu di lututnya. "Dia sudah banyak berkorban untukku."

“Tapi, kalau kupikirkan lagi, dia melakukan semua untuk memenuhi keinginannya sendiri. Bukan pengorbanan namanya kalau dilakukan dengan senang hati.” Ucapan Vivianne sedikit menyinggung Leonard, tapi wanita itu benar. Pengorbanan haruslah menyakitkan. Seperti aku yang bertunangan denganmu.

“Leonard, maukah kamu berjanji padaku?”

“Hm?”

“Jangan beritahu ayah atau pun kakakku.” Vivianne mabuk, wajahnya memerah dan tatapannya sayu menatap Leonard. Bulan begitu terang di atas sana dan sinarnya jatuh tepat di wajah Vivianne dan kepala emasnya.

Apa lagi ini? Leonard tidak yakin dirinya siap menerima rahasia besar yang tiba-tiba.

“Aku kabur bersama Johnny setelah menitipkan surat kepada Lucian.”

Leonard belum berjanji, tapi Vivianne sudah memberitahunya. Kebencian tak terbendung dari hati wanita itu meluap, membuat ucapannya terdengar tajam bagai makian.

“Lucian, bajingan gila itu- dia tidak menyampaikan suratnya dan dia-... dia membuat seluruh benua mengenal Johnny sebagai penculik dan pemerkosa.” Vivianne marah, tangannya mengepal kuat karena emosi.

“Aku hanya ingin membuktikan cintaku. Aku tidak ingin siapa pun merasa berhak menilai dan menentang hubunganku dengan Johnny.” Vivianne menurunkan kedua kaki dan menegakkan posisi tubuhnya.

“Kalau kau tahu pembuktian cintaku berubah jadi pelarian yang menakutkan, aku tidak akan pernah melakukannya. Aku harus berlari sampai ke tanah Leviathan dan sialnya perang pecah di sana.

“Johnny... dia tidak tahan melihatku menderita dan menyerahkanku sebelum... sebelum dia-” Vivianne tidak menangis. Kesedihan terlukis jelas di wajah Vivianne tapi wanita itu tak menangis. Sebagai gantinya, senyum yang memilukan terukir di wajahnya.

"Dia mati tanpa memulihkan namanya..."

“Bagaimana bisa ayahmu tidak mencari dan menemukanmu lebih dulu?” Leonard tak mengharapkan jawaban yang jelas dari orang mabuk, tapi Vivianne menjawabnya.

Wanita itu menatapnya. “Semua karena Lucian, dia dan mulutnya yang berbisa. Kamu pikir, siapa yang bisa memulai cerita kalau aku bermain gila dengan banyak pria, diculik hingga dinodai, kalau bukan dia?

"Ia pikir akan mudah mendapatkanku setelah membuatku terlihat buruk dan muncul sebagai pahlawan.”

Leonard mengosongkan gelasnya dalam sekali teguk. Ini bukan sekadar kisah asmara masa lalu, ia baru saja mendengar dan mengetahui skandal internal De Lumire.

"Hanya saja, mungkin aku juga berjasa dalam kematian Johnny. Rambutku... aku memotongnya dan menjualnya karena kami benar-benar kehabisan uang di daerah terdampak perang.

"Sejak saat itu Johnny menderita dan... orang-orang kekaisaran menemukanku karena rambut itu."

Vivianne muda sangatlah polos dan terlalu percaya diri. Dia pikir dia bisa bertahan di luar sana dan Tuhan mendidiknya sebagai jawaban dari rencananya yang arogan.

Vivianne menertawakan kebodohannya. Tangannya bergerak menyisir rambutnya yang sudah sangat panjang. Ia tak pernah memotongnya lagi sejak terakhir kali.

“Dia sangat menyukai rambutku... dan aku merusaknya.” Suara Vivianne mulai terdengar bergetar. Benar saja, air mata menetes ke pipinya namun Vivianne menolak untuk terisak.

Leonard bangun dan menghampiri istrinya. Ia memegang kedua lengan Vivianne untuk masuk ke kamar, namun wanita itu tak bergeming. Vivianne malah menariknya mendekat, memaksa Leonard untuk berlutut di hadapannya.

“Aku tidak mau kamu memaksakan diri. Ayo masuk, ceritakan lain kali…” Leonard ingin Vivianne beristirahat sekarang, tapi wanita itu tak beranjak dari duduknya.

“Tidak.. aku tidak tahu lagi kapan aku ingin menceritakannya.” Vivianne memegang kedua bahu suaminya, meremas dan berharap ia mendapatkan kekuatan dari tindakannya.

Leonard terpaksa menggendong Vivianne dan membaringkannya di tempat tidur. Pria itu memeluk Vivianne yang tak kuasa menahan tangisnya lagi. Pada akhirnya, Vivianne benar-benar tak bisa melanjutkan ceritanya.

"Suamiku... dia bunuh diri karena aku...."

Perasaannya tak karuan mendengar Vivianne memanggil pria mati sebagai suaminya.

Vivianne menangis untuk waktu yang lama. Tubuhnya jadi sedikit hangat dan wanita itu mabuk. Vivianne tak melepaskan pelukannya meski sadarnya telah jauh masuk ke alam mimpi.

Dunia memang aneh, Leonard tersenyum miris. Tangannya mengusap lengan sang putri, menyentuh realitanya pada wanita itu. Rasa iba, ingin tahu dan emosi berkumpul di satu titik di kepalanya.

Leonard merasakan dorongan untuk memutar kembali waktu dan melakukan sesuatu untuk wanita itu. Harapan yang membuatnya tertawa, karena ia sendiri tahu tidak ada yang bisa ia lakukan ketika hidupnya sama hancurnya.

Leonard tidak percaya dengan takdir, tapi jika memang takdir itunyata maka ia ingin mengutuknya. Ia tak menyukai, bagaimana dunia membuat dirinya dan Vivianne melalui banyak hal menyakitkan hanya untuk berakhir bersama.

Graceful DisgracesWhere stories live. Discover now