Giving and Glance

66 7 0
                                    

Vivianne sudah separuh sehat. Keadaannya yang semakin baik tak membuat dirinya bebas melakukan banyak hal. Baik suami, ibu dan nenek mertuanya sepakat untuk tak mengizinkan Vivianne keluar dari kamar duke. Tidak hanya dimulut, melainkan tindakan nyata atas ucapan yang serius.

Noelle memastikan agar Vivianne tak akan pernah sendirian di kamar. Dia akan menemani menantunya di pagi hari, sedangkan Andrea akan menggantikannya sebentar di sore hari. Saat malam tiba, Leonard akan mengambil alih hingga pagi.

Noelle tidak memercayakan tugas ini kepada pelayan. Kejadian kemarin mengajarkan Noelle bahwa Vivianne harus diawasi oleh orang-orang yang tak akan ia lawan.

“Ini tidak benar. Aku akan menyatu dengan kasur jika berbaring lebih lama lagi.” Vivianne merasa begitu menderita karena pengaturan Noelle. “Terima saja.” Kali ini, Leonard yang menemaninya. Pria itu pun sama kerasnya dengan ibunya.

Leonard melihat Vivianne yang terdiam setelah protesnya tak ditanggapi dengan ramah. "Oh, sayangku. Apakah kehadiranku tak cukup untuk menghibur hatimu yang jenuh?" tanyanya dengan niat tak tulus.

Leonard membalas tatapan tajam Vivianne dengan senyum yang luar biasa mengejek. Leonard tega menggoda Vivianne yang sakit sampai wanita itu kesal setengah mati. Jujur saja, ia cukup senang melihat Vivianne terkurung dan tak bisa menghindar seperti biasanya.

Vivianne memalingkan wajahnya. Ia tak bisa melihat wajah Leonard lebih lama lagi. Keinginannya untuk sembuh semakin besar setiap harinya, agar tubuhnya cukup kuat untuk setidaknya menjambak rambut Leonard. Kenapa dia di rumah terus, sih?

Leonard nyaris tak pernah meninggalkan rumah selama istrinya sakit. Kabar tentang Vivianne yang tak sehat menyebar luas dan tanpa diminta, rekan kerja Leonard rela menunda pertemuan atau menyelesaikannya dengan wakil yang ada.

“Bagaimana dengan semua pestaku?”

“Batal. Aku juga menolak semua undangan yang baru datang.”

“Satu pun tidak? Bagaimana jika aku sudah sehat betul sebelum musim berakhir?”

Hanya ada satu cara untuk membungkam wanita itu dan Leonard gemar melakukannya. "Tidak boleh, sayang." Vivianne langsung diam dan tak membalas ucapannya lagi.

Vivianne bersandar di tumpukan bantal yang menopang punggungnya. Ia kembali menatap Leonard setelah kesalnya reda dan menemukan pria itu membaca buku saat dirinya diam.

“Kalau seperti ini, mereka bisa mengira aku sekarat.” Vivianne benar-benar bosan, sampai ia bicara lagi dengan Leonard.

“Memang kemarin kamu tidak sekarat?” tanya Leonard tanpa melihatnya. "Kamu tidak tahu, betapa muaknya aku mendengarkan hasil pemeriksaanmu dari mulut Kenneth Brahm.” Leonard mengeluh dengan serius. 

Kenneth tidak menghias hasil pemeriksaannya. Saat Vivianne ada dalam masa kritis, dokter itu jujur dengan adanya kemungkinan terburuk yang bisa menimpa sang putri.

Leonard yakin situasi dan ucapan Kenneth lah yang membuat Noelle jadi lebih protektif terhadap Vivianne. Kenneth juga membuat Andrea ketakutan dan Leonard hampir gila saat menunggu.

Vivianne terdiam mendengar dan menatap Leonard. Pikirnya, pria itu ada di sampingnya sepanjang malam dan rela membahas hal-hal yang remeh dengannya.

Leonard tidak membahasnya sedikit pun, tentang apa yang terjadi sebelum Vivianne jatuh sakit. Vivianne mengangkat sebelah sudut bibirnya, seperti biasanya. Leonard yang ia kenal akan berhenti saat tak ingin tahu lagi.

“Kalau kamu terus begini, aku bisa salah paham kalau kamu peduli," ucap Vivianne yang menghapus kerutan di dahi Leonard. Kekesalan yang ia rasakan menguap begitu saja, lupa bahwa sedetik lalu ia masih menghujat Kenneth.

Graceful DisgracesWhere stories live. Discover now