As You Wish, Your Highness.

95 16 2
                                    

Sejak pertemuan pertama dengan Vivianne, tidak ada lagi surat yang datang untuk Leonard. Waktu berlalu dan sesekali logikanya bermain trik, menipu ingatan Leonard dan menandai pertemuan pertamanya dengan Vivianne sebagai khayalan alih-alih kejadian nyata.

Bertemu dengan Vivianne tak banyak mengubah penilaian Leonard terhadap wanita itu. Hanya saja tubuh tak bisa dikendalikan dan beberapa reaksi tak bisa direncanakan. Vivianne meninggalkan kesan yang kuat meski tak sepenuhnya baik.

Sebuah amplop dengan segel lilin merah di atas meja kerjanya membuat jantung Leonard terhenti sedetik. Sekali lagi, ada beberapa reaksi yang tak bisa direncanakan. Pria itu merasa bodoh karena kecewa melihat lambang keluarga, bukan lambang mawar milik Vivianne.

Leonard membuka surat dari Grand Duchy Evangeline, membacanya dan tak terkejut lagi melihat rentetan kalimat formal berisikan rencana dan perintah.

Evangeline akan datang untuk pernikahan. Leonard meneguk ludahnya kasar, melihat betapa dekatnya waktu kedatangan Evangeline. "Benar-benar...," Leonard keluar untuk menemui Noelle setelah membaca surat itu.

Noelle menerima surat serupa. Bukannya bahagia, wajahnya malah pucat karena cemas. Menyambut Evangeline tidak pernah jadi perkara mudah untuk Eisenwood, meski kedua pihak akan segera jadi keluarga.

"Aku selalu merasa ada yang kurang berapa kali pun aku memeriksanya. Bahkan aku sudah mengecat rumah ini tiga kali dalam dua tahun-" Noelle merasa kembali ke masa mudanya. Tubuhnya mengingat kecemasan serupa saat pertama kali berurusan dengan Andrea dulu.

Haruskah sekarang ia gugup lagi saat berurusan dengan calon menantunya?

"Ibu, tenanglah." Leonard mencoba mengalihkan atensi Noelle. "Semuanya sudah cukup, lagi pula... Vivianne bukan orang yang rewel." Pria itu merasa perlu memberitahu Noelle tentang ini.

Kedua bahu ibunya terlihat turun, setengah ketegangannya hilang setelah mendengar ucapan Leonard. Putranya sudah bertemu dengan Vivianne tapi baru kali ini anak itu membicarakannya. Noelle tersenyum simpul dan membiarkan Leonard memiliki rahasianya sendiri.

"Vivianne itu.... Bagaimana orangnya?" Noelle ingin tahu lebih.

"Apa yang ibu ingin ketahui?" Leonard tak yakin harus menjawab bagaimana, tapi ia tak ingin mengecewakan ibunya dan balas bertanya.

"Wajahnya..., apa dia benar secantik itu?" tanya Noelle penuh harap.

Seluruh benua juga tahu, kalau rupa anggota keluarga Kekaisaran Luminarcht adalah yang terbaik di Benua Syllos. Kenyataan ini membuat harapan semua orang terhadap wajah Putri Vivianne jadi cukup tinggi.

"Tidak tahu, dia pakai kerudung."

"Masa dia tidak membukanya saat hanya berdua saja denganmu?" Noelle tidak puas dengan jawaban putranya, bisa dibilang ia tak percaya.

Seperti meledek publik, Vivianne sendiri selalu terlihat menutup wajahnya. Wartawan menggambar sang putri  dengan kepala tertutup dan pakaian yang terbuka. Noelle sungguh mengagumi dedikasi mereka yang menggambarnya.

Leonard hanya menatap tanpa jawaban, tapi ekspresinya cukup untuk menjawab pertanyaan Noelle. Wanita itu mendengus dan tertawa meski tak ada yang lucu. Ternyata Vivianne juga tak menunjukkan wajahnya pada tunangannya sendiri.

"Ibu belum bertemu dengannya tapi rasanya ibu sudah sebal. Bagaimana menurutmu?"

"Apa aku punya hak untuk merasa sebal ketika yang kuhadapi adalah seorang Evangelista?" Bukan dirinya yang pertama kali bersedia menjadi suami Putri Evangeline, jadi Leonard menolak untuk terlibat dengan rasa kesal ibunya.

"Omong-omong, apa dia suka kemewahan? Ibu tak percaya, akan tiba saatnya bagi kita untuk mengkhawatirkan uang. Jangan sampai putri kira keluarga kita lusuh." Noelle memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa sedikit sakit. Tentu penanganan Putri berbeda dengan wanita bangsawan biasa.

Graceful DisgracesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang