Twenty Seven

513 73 12
                                    

Ziyan baru saja selesai melakukan pertemuan dengan sebuah perusahaan marketing yang akan menangani proyek baru Edzard Investment ketika matanya menangkap kehadiran sesosok kakaknya. Ia sudah hendak berdiri dan menyapa Zane namun niatnya itu terurung karena melihat seseorang yang sama sekali tidak ia duga.

Kavita, anak mantan sopir keluarganya itu sekarang duduk di kursi yang berada di hadapan Zane.

Tentu saja Ziyan tidak ingin berpikiran negatif karena mereka berdua sekarang adalah bawahan dan atasan di perusahaan keluarganya. Kavita adalah salah satu karyawan di divisi sekretariat dan sangat wajar apabila perempuan itu kini menemani kakaknya makan siang. Mungkin saja, mereka baru saja selesai melakukan pertemuan atau bisa saja malah akan melakukan petemuan bisnis di tempat ini.

Ya, pasti seperti itu.

Namun, dada Ziyan perlahan disusupi sebuah rasa ragu tatkala melihat sang kakak yang kini menyuruh Kavita untuk duduk di sebelahnya. Ziyan dapat melihat sikap penolakan Kavita tapi setelah Zane mengatakan sesuatu yang tentu saja tak dapat didengarnya, pada akhirnya Kavita menuruti permintaan sang kakak dengan berpindah tempat ke sebelah pria itu.

Ziyan lalu dibuat terkejut saat melihat sang kakak yang membuka jas dan memberikannya kepada Kavita untuk menutupi paha perempuan itu yang sedang mengenakan rok yang panjangnya sedikit di atas lutut. Ziyan tanpa sadar membekap mulutnya saat menyadari tatap sang kakak yang terlihat melembut tatkala tertuju kepada perempuan yang duduk di sampingnya.

Apa ini? Ziyan bahkan tidak pernah melihat raut seperti itu di wajah Zane saat pria itu berinteraksi dengan tunangannya sendiri. Memang Zane terlihat memperhatikan Zarina tapi itu semua entah kenapa tidak terasa tulus dan terlihat sebagai sebuah formalitas belaka.

Kakaknya dan Kavita? Sejak kapan?

Ziyan sudah hendak berdiri dan menghampiri mereka namun tidak jadi karena baru saja ada dua orang yang berpakaian serupa dengan sang kakak datang menghampiri.

Tanpa sadar Kavita menghela napas. Syukurlah kalau mereka benar-benar sedang dalam pertemuan bisnis. Meskipun sikap sang kakak terlihat tidak biasa namun tetap saja, paling tidak interaksi yang ditangkap kedua matanya baru saja tidak akan berlanjut untuk beberapa saat ke depan.

Paling tidak, apa yang dicurigai Ziyan tidak terjadi sekarang saat di tempat umum seperti ini.

=====

Zane menaikan sebelah alisnya saat mendapati kunjungan tiba-tiba dari tunangannya - Zarina. Ekspresi marah benar-benar tercetak jelas di wajah Zarina yang mendekati meja Zane dengan langkah lebar-lebar. Kemarahan perempuan itu semakin nampak tatkala ia melayangkan tangannya untuk memberikan tamparan kepada Zane.

Zane sebenarnya bisa menahan tangan Zarina, namun pria itu memilih untuk membiarkannya. Yah karena harus ia akui, perbuatannya kemarin sedikit kelewatan sebagai balasan perbuatan Zarina kepada Kavita.

Zane langsung bergerak meraih remot untuk memburamkan dinding kaca ruangannya saat melihat semua pasang mata karyawan sekretariat sedang terarah kepadanya. Pandangan Zane kini terfokus kepada Zarina yang terlihat marah luar biasa dengan napas yang memburu.

"Aku pikir, aku akan menerima ucapan terima kasih darimu. Karena perbuatanku, kau bisa menghabiskan malam yang panas dengan kekasihmu itu." ucap Zane santai yang membuat Zarina tertawa penuh sarkas. "Terima kasih?! Kau memang benar-benar gila, Zane!"

"Apa kau tidak berpikir kalau perbuatanmu itu bisa saja menghancurkan hidupku seandainya Marvin tidak datang hah?! Apa kau tidak berpikir bisa saja aku keluar dari kamar dan menarik pria sembarangan untuk membantuku?!"

"Demi Tuhan! Aku hanya menyuruh simpananmu itu untuk membawa barang, bukan melemparkannya kepada pria lain! Dan kau, kau bisa-bisanya melakukan hal seperti itu, hah?! Benar-benar tidak sebanding! Apa kau tidak takut kalau aku bisa saja melakukan hal yang serupa atau bahkan lebih buruk kepada simpananmu itu?" Zarina dapat merasakan dadanya yang naik turun karena luapan emosinya kepada tunangan gilanya. Kedua tangannya yang mengepal semakin mengerat tatkala Zane yang semula duduk perlahan beranjak berdiri.

Something UnfinishedWhere stories live. Discover now