Eighteen

644 77 33
                                    

Satu minggu berlalu dengan cepat dan dalam kurun waktu itu, Kavita sudah merasa lebih sehat. Selain tubuhnya yang terasa bugar, aura suram di diri Kavita perlahan memudar karena keadaan ayahnya yang semakin baik. Dokter yang menangani mengatakan bahwa hari ini ayahnya sudah diperbolehkan pulang dengan catatan tetap melakukan kontrol rutin setiap seminggu sekali terlebih dahulu dalam periode dekat ini.

Lalu, ada satu lagi alasan kenapa Kavita merasa keadaannya lebih baik. Itu karena ketidak beradaan Zane selama satu minggu ini. Pria itu kembali bertolak ke Singapura ke esokan hari saat kejadian dirinya yang pingsan. Dan sampai sekarang, belum ada tanda-tanda kembalinya pria itu ke Indonesia. Semoga saja, urusan pria itu sangatlah banyak di sana dan membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan semuanya.

Kavita sudah hendak sampai di kamar inap sang ayah, saat matanya menangkap kehadiran sesosok orang yang sama sekali tidak ia duga kehadirannya. "Pak Reno?"

Reno yang tengah duduk di kursi yang tersedia di dekat pintu, mengalihkan pandangannya dari ponsel. Ia pun bangkit berdiri dan berjalan mendekati Kavita. "Saya akan mengantar kalian ke rumah baru. Untuk barang-barang kalian yang masih berada di kediaman Edzard, kamu bisa membereskannya besok."

"Perabot rumah dan perawat untuk ayahmu sudah tersedia. Kalau kamu membutuhkan asisten rumah tangga atau peralatan lain yang belum ada di dalam rumah, kamu bisa memberitahu saya dan saya akan menyediakannya." rentetan kalimat panjang yang dikatakan oleh Reno membuat Kavita melongo bingung. Ia hendak bertanya namun Reno sudah terlebih dulu berkata, "Ini semua adalah perintah Pak Zane."

"Ah, dan satu lagi. Setelah ayahmu beristirahat, Pak Zane memintamu untuk datang ke rumah pribadinya."

Kavita menundukan kepala sebelum sesaat kemudian terdengar kekehan mirisnya. Tentu saja, ia harus membayar semuanya. Semua hal termasuk rumah yang akan ia dan ayahnya tempati beserta seluruh isinya.

Kavita lalu mengangguk singkat masih dengan menampakan senyum mirisnya. "Baik, Pak, saya mengerti. Tapi, saya harus bilang apa nanti ke Bapak? Mengenai rumah yang harganya pasti tidak bisa kami beli dengan keadaan ekonomi kami dan juga mengenai-"

"Pak Zane bilang bahwa kamu akan sering menginap, Kavita. Kamu bisa bilang bahwa rumah ini bisa kamu cicil karena Pak Zane yang menaikan gajimu. Kenaikan gaji karena naik pangkat yang kemudian menyebabkan pekerjaanmu semakin bertambah. Pekerjaanmu akan bertambah dan akhirnya membuatmu sering lembur dan menginap di apartment yang disediakan oleh kantor."

Lagi-lagi Kavita dibuat melongo dengan kata-kata Reno. Pantas saja laki-laki itu bisa bertahan sejauh ini menjadi sekretaris Zane. Reno sangat teliti bahkan sampai ke detail terkecil mengenai segala hal. Dan hal itu pasti menjadi bantuan yang luar biasa untuk atasannya.

"Semua administrasi sudah saya bereskan. Silahkan bereskan barang-barang milik ayahmu. Kalau semua sudah selesai, kamu bisa mengirim pesan. Dan nanti saat ayahmu bertanya mengenai siapa saya, bilang saja kalau saya sopir kantor karena setelah mengantar ayahmu, kamu harus kembali ke kantor karena pekerjaan yang belum selesai."

Kavita menghela napas sebelum kemudian menganggukan kepalanya mengerti. "Baik, Pak. Terima kasih atas bantuannya."

Reno hanya memberi tanggapan dengan sebuah anggukan singkat. Dan tanpa berkata-kata lagi, ia pun berjalan meninggalkan Kavita.

=====

"Tuan muda baik sekali ya, Kav. Gajimu pasti dinaikan banyak sekali ya? Sampai bisa beli rumah sebagus ini." ujar Bayu saat mereka baru saja masuk ke dalam rumah yang ternyata berada di salah satu kawasan elit Jakarta. Kavita menelan ludah sebelum menunjukan senyum gugupnya. "Harganya nggak semahal yang Bapak kira kok, Pak. Dan gaji yang Kavita dapat sekarang juga harus aku bayar dengan kerja dua kali lipat."

Something UnfinishedWhere stories live. Discover now