Seventeen

649 81 20
                                    

Kavita memandang sang ayah yang tadi pagi akhirnya membuka mata. Bayu sudah kembali tertidur setelah dokter yang berjaga melakukan pemeriksaan. Apabila hari ini keadaan Bayu dinyatakan sudah stabil, maka pria itu akan dipindahkan ke kamar rawat inap biasa.

Kavita menghembuskan napas pelan dengan tangan yang menggenggam tangan sang ayah. Pandangan yang terarah kepada ayahnya itu tampak kosong karena pikirannya yang sedang melanglang buana.

Zane Ocean sudah melakukan tugasnya. Tidak perlu menunggu berganti hari, ternyata tadi malam setelah ia menyatakan keputusannya, pria itu langsung membereskan perihal biaya perawatan sang ayah. Kamar inap yang akan ditempati oleh Bayu setelah ini pun sudah diatur, bukan kamar kelas dua atau tiga melainkan kamar tipe VIP yang pastinya akan membuat Bayu bertanya-tanya.

Lagi-lagi, Kavita menghela napas. Ia lalu menunduk dan menyandarkan keningnya di tangan sang ayah yang terasa begitu hangat. Air matanya tanpa sadar berkumpul ketika pemikiran mengenai penyerahan dirinya kepada Zane akan dilakukannya dalam waktu dekat.

Maaf, Pak, Kavita nggak bisa jadi anak baik lagi setelah ini. Maaf, Kavita sudah mengecewakan Bapak.

Belum lagi permasalahan Rendra. Bagaimana caranya ia memutuskan hubungan dengan pria itu? Padahal Rendra benar-benar laki-laki yang tulus kepadanya. Rendra bahkan rela menebalkan muka untuk meminjam dana ke sana kemari untuk membayar biaya perawatan sang ayah.

Kavita mendesah karena sepertinya, kali ini ia harus menjadi orang jahat.

=====

"Maaf ya, Zarina, pernikahan kalian terpaksa mundur karena ada kejadian seperti ini." Ucap Nathania kepada Zarina yang kini sedang duduk bersama dengannya di sebuah restoran yang letaknya tak jauh dari perusahaan Zane. Nathania sengaja memilih tempat ini agar putra sulungnya itu tak memiliki alasan untuk menolak permintaan makan siang bersamanya.

Zarina tersenyum maklum. "Sama sekali bukan masalah, Tante. Kalau mengalami hal yang sama pun, saya pasti akan melakukan hal yang serupa. Yang penting, sekarang keluarga Tante harus menenangkan diri dulu."

Nathania mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan Zarina. "Tante beruntung sekali memiliki calon menantu seperti kamu, Zarina. Tante tidak akan pernah menyetujui perempuan lain untuk mendampingi Zane selain kamu." Bertepatan dengan selesainya ucapan Nathania, sesosok Zane nampak baru saja masuk ke restoran dan setelah menemukan sang mama beserta tunangannya, ia langsung melangkah menghampiri.

Zane menyapa dan mengecup pipi sang ibu terlebih dulu sebelum bergantian melakukan hal yang serupa kepada Zarina. Ia lalu mendudukan diri di kursi kosong yang berhadapan dengan sang ibu dan Zarina. "Mama sudah pesan makanan kan?"

Pandangan Zane lalu teralih ke arloji yang terpasang di tangan kirinya. "Aku harus menyelesaikan ini dengan cepat. Aku ada meeting di luar satu jam lagi."

Nathania menghembuskan napas sebelum melirik ke arah calon menantunya dan bertukar pandang. "Tante minta maaf karena anak Tante yang terlalu sibuk seperti ini. Apa kamu tidakpapa, Zarina?"

Zarina terkekeh pelan. "Tante tidak perlu minta maaf. Karena sebenarnya, jadwal saya pun tidak jauh berbeda dengan punya Zane. Tapi saya sudah menyiapkan beberapa orang untuk menghandle beberapa pekerjaan penting. Jadi, setelah menikah nanti saya akan pastikan punya lebih banyak waktu untuk keluarga."

Nathania memandang Zarina dengan senyum sedangkan Zane, pria itu terlihat tidak peduli karena ekspresinya yang masih sedatar biasanya. Zane malah beralih ke ponselnya untuk memeriksa bahan yang akan didiskusikan dengan orang yang sebentar lagi ia temui.

Hal itu ditangkap oleh Nathania dan membuat ibu dua anak itu berkata, "Zane! Kamu kan jarang bertemu dengan Zarina. Letakan ponselmu dan fokuslah dengan kami. Kamu harus lebih perhatian kepada tunanganmu agar dia tidak beralih ke laki-laki lain."

Something UnfinishedWhere stories live. Discover now