Twenty Six

878 86 3
                                    

Sebuah senandung samar terdengar di pantry kantor sekretariat ketika kini Kavita sedang meracik kopinya. Waktu sudah menunjukan pukul dua siang, jam-jam rawan bagi sebagian besar orang karena mulai didera kantuk.

Tangan Kavita bergerak mengaduk kopinya ketika tiba-tiba saja suara pintu di belakangnya terbuka. Secara spontan, Kavita menolehkan kepalanya ke belakang dan kedua matanya langsung melebar tatkala menemukan sesosok Zane Ocean.

Kavita sudah hendak membuka mulutnya ketika Zane berkata, "Tidak usah datang."

Kedua alis Kavita terangkat dan mencipta kerut samar di kening perempuan itu. "Tidak usah datang kemana, Pak?"

"Pesta ulang tahun Zarina. Kau tidak perlu datang." Penjelasan Zane membuat kerutan di kening Kavita semakin dalam dan tak lama kemudian ekspresi yang terlihat di wajah perempuan itu berubah ragu. "Apa tidakpapa, Pak? Saya takut Nona Zarina akan marah dan nanti malah berbuat se-"

"Zarina tidak akan berani. Aku menjaminnya." Potong Zane langsung yang membuat Kavita menghembuskan napas. "Memangnya kenapa saya tidak boleh datang ke acara Nona Zarina, Pak? Teman-teman satu divisi akan datang dan saya sudah terlanjur bilang kalau akan ikut. Lagi pula, Nona Zarina tidak akan bisa berbuat apa-apa di acara yang ramai seperti itu."

Zane berdecak pelan sembari memasukan sebelah tangannya ke dalam saku celana. "Tidak menurut?"

Pria itu lalu kembali melangkah sampai akhirnya hanya menyisakan jarak sebanyak tiga langkah di antara mereka. Zane sedikit menundukan kepalanya untuk mempertemukan tatapnya dengan Kavita. Dengan ekspresi datarnya, Zane berkata, "Kau pikir, hanya karena situasi ramai, dia tidak bisa berbuat apa-apa kepadamu, hm?"

"Zarina juga memiliki kuasa sepertiku, Kavita. Perempuan itu bisa melakukan apa saja tanpa harus mengotori tangannya sendiri. Dan aku, karena peranku di acara itu adalah sebagai pasangannya, aku tidak akan bisa mengawasimu seratus persen."

Kedua tangan Kavita tanpa sadar mengepal erat dengan sebuah seringai miris yang tercipta menghias wajah. "Memangnya kenapa Anda sampai harus mengawasi saya, Pak? Saya kan tidak memiliki uang untuk membeli rasa peduli Anda. Jadi, Anda tidak perlu sampai harus menghawatirkan saya di pesta itu. Saya bisa menjaga diri saya sendiri, Pak Zane."

Zane menggeram pelan sebelum meringsek mendekat ke arah Kavita dengan mengikis semua jarak yang ada. Zane semakin menundukan kepala dan sebelah tangannya bergerak mencengkram dagu Kavita. "Jangan terlalu tinggi memandang dirimu, Kavita. Zarina bisa saja mengganggumu dengan menggunakan laki-laki. Dan aku sebagai pemilikmu, yang sudah membayarmu dengan uang yang tidak sedikit sama sekali tidak sudi untuk berbagi."

"Aku tidak peduli. Aku hanya tidak suka kalau milikku ternoda oleh laki-laki lain. Hanya aku seorang yang boleh menggunakanmu sampai nanti hutangmu lunas."

"Oh, jadi kalau hutang saya sudah lunas, saya baru boleh digunakan oleh laki-laki lain ya, Pak?" ucap Kavita yang sengaja memancing amarah pria di hadapannya. Dan berhasil, Kavita dapat melihat percik amarah di kedua manik biru Zane. Kavita dapat merasakan cengkraman di dagunya semakin mengencang. "Apa kau akan melakukannya? Melempar dirimu ke laki-laki lain setelah semua ini selesai?"

Kavita menelan ludahnya untuk menekan desakan air mata yang mulai menggenangi matanya. "Saya bukan perempuan murahan, Pak. Nanti, ketika semua ini berakhir, saya berjanji akan bertemu dengan laki-laki lain yang baik dan menikahinya, mempunyai anak dan membangun keluarga dengannya."

"Karena setelah berinteraksi dengan monster seperti Anda, saya butuh tempat untuk beristirahat, Pak."

Zane menyeringai. "Mimpimu terlalu indah, Kavita. Memangnya laki-laki mana yang mau menerima perempuan sepertimu, hm? Perempuan yang karena uang, rela menjual tubuhnya dan menjadi simpanan."

Something UnfinishedNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ