Eight

729 92 13
                                    

Sudah beberapa hari terlewat semenjak kejadian di gazebo, namun Kavita masih juga belum sepenuhnya pulih. Rasanya ia benar-benar lelah karena harus memasang topeng baik-baik saja untuk ditampakan kepada rekan-rekan kerjanya. Belum lagi saat di rumah, ia harus terlihat lebih ceria kalau berhadapan dengan sang ayah. Ia tidak boleh lengah saat berada di hadapan Bayu karena ayahnya itu benar-benar peka dengan perubahan sikap yang ia tunjukan. Sang ayah pasti akan langsung tahu bahwa ada yang tejadi apabila ia sedikit tidak berlaku seperti biasanya.

Memang benar ya, semakin lama kita berada di dunia dewasa, kita dituntut untuk menciptakan sebuah topeng. Karena banyak di sekeliling kita yang bahkan sama sekali tidak peduli dengan apa yang sedang kita alami. Ataupun hanya berpura-pura bersimpati padahal kenyataannya mereka berniat untuk menggunakan cerita itu sebagai bahan gossip. Mereka tidak mau tahu apakah kita sedang bersedih atau kesulitan, yang jelas saat sudah berada di khalayak umum, kita harus bisa mengerjakan segala tuntutan yang ada.

Kavita yang sekarang sedang menyendiri di lantai paling atas gedung, menghela napas panjang. Dengan posisi duduk, ia kini memejamkan kedua matanya untuk mencari secercah kedamaian yang tidak pernah ia dapati setelah pertemuannya kembali dengan Zane.

Ia tidak tahu sudah berapa lama bertahan dalam posisi itu sampai sebuah suara mengusiknya. "Pantes, aku telpon nggak diangkat."

Kavita membuka kedua matanya dan beberapa kali mengerjapkan mata untuk menyesuaikan cahaya matahari yang sedang bersinar terang. "Mas Rendra?"

Ingat dengan murid lesnya saat ia menduduki bangku SMA? Zio namanya dan bocah itu memiliki paman yang berusia tidak jauh darinya bernama Rendra. Setelah dua minggu bekerja di Edzard Investment, mereka akhirnya bertemu saat sama-sama berdiri menunggu lift. Ternyata Rendra adalah karyawan di divisi marketing dan pria itu sudah bekerja selama dua tahun.

Rendra memberikan senyum manisnya dengan sebelah tangan yang terulur memberikan segelas es kopi kepada Kavita. "Belum ngopi kan, hari ini?"

Kavita membalas senyuman Rendra dan menerima minuman yang disodorkan kepadanya. "Thank you, Mas." Rendra menyahuti ucapan itu dengan gumaman sembari mendudukan diri di kursi kosong yang berada di seberang Kavita.

"Kamu lagi nggak enak badan? Tumben menyendiri di atas sini, biasanya juga makan bareng sama temen-temen kamu." Kavita menjawab pertanyaan itu dengan gelengan kepala. "Semalem begadang, Mas, jadinya agak ngantuk."

"Jangan tidur malem-malem, nggak baik." Nasihat Rendra dibalas dengan anggukan Kavita.

"Ah btw, nanti aku nggak lembur. Mau pulang bareng lagi?"

Kavita menggeleng sebagai jawaban atas tawaran yang dilemparkan Rendra baru saja. "Nggak usah, Mas, aku bisa pulang sendiri. Nggak enak, ngerepotin."

"Ngerepotin apaan sih, Kav. Nggakpapa, rumah juga searah. Nanti balik bareng pokoknya." Kavita sudah hendak memberikan penolakannya kembali, namun Rendra malah bangkit berdiri dan mengajaknya untuk turun. "Turun yuk, bentar lagi udah mau selesai jam istirahatnya."

Akhirnya Kavita tidak berhasil untuk menolak ajakan Rendra dan kini ia berjalan mengikuti langkah pria di depannya.

Lagi-lagi Kavita dibuat menghela napas. Ia bukanlah perempuan bodoh dan tidak peka. Kavita tahu bahwa paman dari mantan murid lesnya menaruh perasaan lebih kepadanya. Sesungguhnya, tidak ada ada yang salah apabila ia mau menerima perasaan pria itu karena Rendra adalah sesosok dengan kepribadian baik, memiliki pekerjaan tetap, dan juga fisiknya pun enak dipandang mata.

Andai saja tidak ada permasalahan bernama Zane Ocean di dalam hidupnya, ia pasti sudah menanggapi perasaan Rendra dengan terbuka. Mengingat bagaimana gilanya sesosok Zane, Kavita tidak ingin Rendra terlibat dalam ini semua dan membuat pria itu disenggol oleh sang pangeran mahkota keluarga Edzard. Itulah kenapa Kavita bertekad untuk tidak memiliki hubungan dengan siapapun sampai situasinya aman.

Something UnfinishedKde žijí příběhy. Začni objevovat