Twenty Two

637 76 8
                                    

Hari Minggu yang menyenangkan. Akhirnya setelah sekian lama tidak merasakan kedamaian, Kavita kini dapat merasakannya karena kesibukan Zane yang begitu luar biasa selama hampir dua minggu ini.

Pria itu tengah disibukan dengan berbagai pertemuan perusahaan yang mendapatkan investasi dari Edzard Investment karena sebentar lagi akhir kuartal ke empat akan tiba. Itu berarti semua orang di perusahaan akan sibuk bukan main karena harus menyelesaikan berbagai laporan akhir tahun. Tentu saja termasuk dirinya.

"Dari pada di rumah aja begini, keluar sana, pergi jalan-jalan." ujar Bayu yang kini sedang duduk di sebelah anak semata wayangnya. Pandangan Kavita yang semula terarah kepada televisi di depan sana langsung beralih kepada sang ayah. Kepalanya lalu menggeleng. "Nggak mau ah, Pak. Aku kan jarang-jarang bisa di rumah nyantai begini. Mumpung bisa, makanya aku mau nikmatin semaksimal mungkin."

Bayu tersenyum lembut sembari mengusap kepala anaknya. "Ya sudah terserah kamu. Yang penting kamu senang. Dan seandainyapun kamu memang mau jalan-jalan keluar, Bapak sama sekali nggakpapa kalo kamu tinggal di rumah."

Lagi-lagi Kavita menggeleng. Ia lalu bergerak meringsek ke arah sang ayah dan memeluknya. "Aku mau sama Bapak saja di rumah."

Senyum Bayu semakin melebar. Tangannya kini bergerak mengusap punggung anaknya dengan sayang. "Makasih ya, Kav. Karena kerja keras kamu, sekarang Bapak bisa hidup enak seperti ini."

Kavita mendongakan kepalanya dan bertemu tatap dengan manik ayahnya. Lalu, entah kenapa air matanya perlahan menumpuk di pelupuk matanya. Melihat bagaimana keadaan sang ayah yang semakin lama semakin membaik. Dan ekspresinya yang sekarang sudah terlihat lebih hidup, Kavita benar-benar merasa bahagia.

Tidakpapa. Tidakpapa dirinya diperlakukan begitu rendah oleh Zane Ocean. Yang penting, ayahnya bisa sehat dan bahagia selalu seperti ini. Itu sudah sangat cukup bagi Kavita.

Ya, tidakpapa.

=====

Zane masih sibuk mengecek berbagai macam dokumen setelah menyelesaikan pertemuannya dengan salah satu perusahaan yang mendapatkan investasi dari Edzard Investment. Setelah berpindah tempat ke smooking area, Zane langsung menenggelamkan diri dalam kesibukannya. Dan seperti biasa, ada Reno yang setia menemani bos besarnya dengan kesibukan yang tak kalah banyak.

Zane sesekali menghisap rokoknya dan tepat ketika ia hendak mematikan putung rokok yang ia pegang, matanya menemukan sesosok Zarina yang baru saja membuka pintu lalu berjalan ke arahnya. Pria itu lalu menoleh ke arah Reno. "Apa aku memiliki janji dengan Zarina?"

Reno yang sama sekali tidak mengerti akhirnya mendapat petunjuk tatkala sesosok tunangan sang bos kini berdiri di hadapan mereka dengan penampilan tanpa celanya. Reno kembali menoleh ke arah Zane dan menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban.

"Ada perlu apa?" tanya Zane dengan raut datar. Ia sama sekali tidak memiliki tenaga untuk memasang ekspresi sok ramah demi menyambut tunangannya itu.

"Restoran ini adalah milik salah satu temanku dan dia mengabariku kalau kau ada di sini. Dan yah karena kebetulan aku sedang ada di luar, aku mampir ke sini." sahut Zarina sembari mendudukan dirinya dengan santai di kursi yang ada di hadapan Zane.

Zane mengangkat sebelah tangannya untuk mengurut pangkal hidungnya yang terasa mengencang. "Kau tidak menjawab pertanyaanku, Zarina. Aku bertanya, kau memiliki keperluan apa sampai menemuiku?"

Kening Zarina mengerut samar. "Nothing. Aku hanya ingin bertemu denganmu karena beberapa lama ini kita tidak pernah saling tatap muka. Apa...sebagai tunanganmu, aku juga perlu membuat janji temu dulu untuk bertemu denganmu?"

Something UnfinishedWhere stories live. Discover now