13 ☠ A Plan of Retaliation

14 2 1
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



"Kak! Tolong bilang sama kita, Bang Nael nggak beneran pergi, 'kan?!" Hazell bertanya dengan air mata yang sudah membanjiri pipi. Arlen di sampingnya juga tidak jauh berbeda.

Para anggota Psycho Elite sekarang tengah berkumpul di ruang tengah markas, dan mereka mendapatkan kabar yang benar-benar tidak terduga. Berita memang cepat sekali menyebar, dan benarkah kepergian Nathan adalah solusi terbaik untuk sementara?

Kirei menghela napas. Ia menatap Byza di sampingnya yang mengangguk, seolah meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik aja. "Maaf, tapi Bang Nael memang harus pergi. Dia sudah jadi buronan. Tidak mungkin dia tetap berada di sini, itu akan sangat berbahaya." Kirei berkata dengan tegas dibalik masker hitam yang dipakainya. "Untuk keamanan cyber dan sebagainya, kita serahkan pada Zen dan Caldera untuk sementara."

Dua nama yang disebut menundukkan kepalanya. Baik Zen dan Caldera sudah siap mengemban tugas tersebut untuk menggantikan senior mereka. Keamanan seluruh sistem serta data Psycho Elite kini diserahkan pada mereka, dan itu bukanlah tugas yang mudah.

"Kalian berdua akan mendapatkan bimbingan langsung dari Kak Axel terkait data-data anggota kita." Kirei melirik ke arah Geovan yang menyandarkan tubuhnya di sisi sofa sembari bersedekap. Laki-laki itu mengacungkan jempolnya, pertanda menyanggupi perintah Kirei.

"Sekarang kalian sudah tahu siapa identitas Bang Nael yang sebenarnya, tapi aku harap ... kalian tetap merahasiakannya dari orang-orang yang ingin menggali informasi tentangnya. Bang Nael pergi nggak hanya meninggalkan kita semua, tapi juga keluarga dan pendidikannya. Jadi aku harap, kalian bisa mengerti dan memahami itu."

Kirei mengakhiri pidato singkatnya saat dirasa para member sudah mengerti. Ia langsung saja pamit undur diri dan selebihnya diambil alih oleh Byza. Entah apa yang ingin disampaikan oleh sahabat bulenya itu, tapi yang jelas ... ia harus memastikan kalau Bang Nathan dan Bang Zevin telah sampai di Alsace atau belum.

Drap! Drap! Drap!

Kirei sedikit mempercepat langkah kakinya untuk sampai di kamar Reynand. Abang tidak sedarahnya itu tengah mencoba menghubungi Bang Zevin dan melacak keberadaannya dengan Bang Nathan.

"Gimana, Bang?" tanya Kirei setelah mendudukkan dirinya di sofa kamar Reynand sembari menatap pada layar laptop di depan mereka.

"Gue nggak bisa ngelacak keberadaan mereka, Rei. Kayaknya Bang Zevin matiin GPS yang lo pasang." Reynand berkata dengan serius. "Tapi di titik terakhir, mereka udah ada di perbatasan negara, kok."

"Hah ..." Kirei memijit pelipisnya yang mulai terasa pusing. "Mereka pasti udah mengantisipasi hal itu, Bang. Di perbatasan tuh banyak pemeriksaan. Daripada dimatiin, pasti Bang Zev lebih milih ngebuang tuh GPS."

"Lo ada benernya juga, sih. Tapi semoga aja mereka bisa keluar dengan selamat tanpa dicurigai di perbatasan."

Kirei mengangguk meskipun ia ragu. "Yahh, semoga ..."

NEXT PSYCHOWhere stories live. Discover now