07 ☠ They are the Target

23 2 16
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Seorang pria misterius tampak berdiri menghadap puluhan layar monitor CCTV di ruang berukuran 10 × 8 meter tersebut. Masker dan tudung hitam yang menutupi sebagian wajahnya membuat siapapun tidak bisa mengenalinya. Tatapan mata tajam pria itu bergulir ke arah tombol power yang menjadi pusat semua layar monitor di depannya. Menekan tombol itu dengan satu kali gerakan, dan terpampanglah semua aktivitas dari satu per satu targetnya.

Di layar paling kanan, ada seorang gadis bersurai blonde yang tengah berganti pakaian. Sepertinya dia baru saja selesai mandi. Terlihat dari tetes-tetes air yang terjatuh dari rambut basahnya.

Kemudian di layar sebelahnya, terdapat seorang laki-laki yang tampak bermain piano dengan sang ibunda. Kedua ibu dan anak itu tampak menikmati quality time mereka dengan bermain piano bersama.

Lalu di pojok kiri, terdapat seorang laki-laki yang sepertinya baru saja selesai meletakkan organ dalam sang korban di dalam sebuah toples kaca dan memajangnya di rak kayu sebagai hiasan. Kaos berwarna putih yang dikenakan bahkan sudah berlumuran darah.

Di monitor sebelahnya lagi, terlihat seorang lelaki yang tengah berkutat dengan layar laptopnya. Di samping laptop tersebut, terdapat satu to do list yang isinya tidak bisa ia lihat dengan jelas karena jarak yang terlalu jauh.

Kemudian di layar monitor bagian bawah, ada seorang pemuda dengan kalung rantai khasnya yang terlihat berbincang santai dengan seorang gadis bersurai hitam sebahu sembari memberi makan seekor black panther.

Yang terakhir, tepat di layar monitor bagian tengah dengan ukuran paling besar, terdapat seorang gadis manis dengan pakaian santainya sedang memasuki suatu ruangan yang terletak dibalik rak buku di rumah gadis tersebut. Ruangan yang berisi berbagai macam barang kebutuhan wanita seperti tas, sepatu, pakaian, dan make up. Gadis itu terlihat senang saat mencoba berbagai macam hiasan dan pernak-pernik lucu berbentuk lebah di rambutnya.

"Sampai saat ini aku masih heran, kenapa dia begitu menyukai serangga seperti lebah."

Pria dengan tudung hitamnya itu terkekeh kecil sebelum meninggalkan ruangan tersebut dan melepaskan hoodie beserta masker yang sedari tadi dipakainya. Menampilkan wajah tampan bak visual anime yang hampir mendekati kata 'sempurna'.

Pria tersebut berjalan keluar ruangan dan menyusuri lorong untuk sampai ke ruang pertemuan. Sesekali ia juga akan melirik jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya guna memastikan kalau ia tidak terlambat. Ruang dengan pintu kayu setinggi 2,5 meter itu sudah tampak terbuka dari kejauhan. Begitu masuk ke dalamnya, ia sudah disambut oleh keenam laki-laki yang merupakan para anggotanya.

Drrtt! Drrtt!

Namun baru saja ia melewati pintu, getaran ponsel di saku celananya membuat ia mengurungkan niat dan mengkode keenam anggotanya untuk menunggu sejenak. Akhirnya ia memilih untuk meneruskan langkah dan mengangkat panggilan yang ternyata dari sang kakek.

NEXT PSYCHOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang