39. Ataksia

682 78 7
                                    

Setalah Dokter yang menangani Renandra tiba, ia segera memeriksa kondisi Renandra

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setalah Dokter yang menangani Renandra tiba, ia segera memeriksa kondisi Renandra. Melihat ada suatu yang janggal, dokter itu memutuskan untuk memindahkan Renandra ke ruangan khusus untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Ia juga merekomendasikan dokter spesialis syaraf untuk membantu menangani kasus Renandra ini.

Nia dan Bi Atun  menerka-nerka, kiranya penyakit apa yang diidap oleh Renandra hingga dokter yang menangani Renandra sebelumnya mengalihkan pemeriksaan kepada dokter spesialis syaraf. Serangkaian kegiatan medis sudah dilakukan, dua orang wanita beda usia itu menunggu dengan cemas. Sampai setelah semua tes selesai, dokter itu berkata, "Boleh saya bicara dengan keluarga pasien?"

"Saya Bibinya, Dok," sahut Bi Atun.

"Baik, mari kita bicarakan hal ini di ruangan saya."

Saat Bi Atun hendak pergi mengikuti sang dokter, Nia mencegahnya. Gadis itu menyodorkan ponselnya pada Bi Atun. "Bi, tunggu. Tolong bawa ponsel saya, ini udah dinyalain rekaman suara. Saya mau tau kondisi Renandra, tolong izinin saya tau, Bi. Renandra cuma punya saya dan Bibi saat ini, saya mau jaga Renandra."

Setelah menimang-nimang, akhirnya Bi Atun mengangguk–menyetujui permintaan gadis remaja itu. "Baik, Non. Karena niat Non baik, Bibi izinin," ujar Bi Atun.

Setelah kepergian bi Atun dari hadapannya, Nia segera memasuki ruang rawat baru yang terdapat Renandra di dalamnya. Saat pintu terbuka, Nia bisa melihat Renandra yang tengah duduk di atas ranjang rumah sakit sambil menyandarkan punggungnya di kepala ranjang.

Renandra menoleh saat mendengar pintu ruangan terbuka. "Nia, kata dokter apa? Gue kenapa?" tanyanya.

"Gak tau, dokter lagi bicarain hal ini sama bibi," jawab Nia.

Renandra menghela nafas lalu bergumam, "Semoga gak aneh-aneh."

Kemudian Renandra menoleh pada Nia yang tengah duduk di sofa pojok. "Nia, gak bosen di sini?" tanya Renandra.

Nia segera melirik Renandra dengan sinis. "Ngusir lo?" ketusnya.

"Bukan gitu, Nia. Maksud gue ... lo, kan udah dari kemaren siang di sini, lo gak jenuh? Gak capek? Gak mau istirahat aja di rumah?" ujar Renandra mencoba memberi pengertian.

"Suka-suka gue lah! Malahan lebih jenuh di rumah," sarkas Nia.

"Ya udah, sekolah."

"Males."

"Makan, deh, perut lo kosong itu."

Nia segera beranjak dari duduknya. Baru saja ia hendak membuka pintu, suara Renandra menghentikan langkahnya. "Mau ke mana?" tanya Renandra.

"Tadi lo nyuruh gue makan, Nyet! Ini gue mau cari makan!" ujar Nia dengan kesal yang hanya dibalas oleh cengiran tak jelas dari pemuda itu. Nia melangkah pergi menuju kantin rumah sakit. Meninggalkan pemuda bertubuh ringkih itu sendirian.

50 HARI BERSAMA ILUSI Where stories live. Discover now