30. Boleh Aku Pulang Sekarang?

1K 87 9
                                    


Renandra menghembuskan nafas pelan. Ia memandang jalanan Jakarta yang tampak ramai lalu lalang kendaraan, padahal ini masih pagi hari. Tapi bukan itu yang menjadi fokus utamanya. Saat ini, pikirannya dipenuhi oleh sosok Alanka. Sejak ia menerima pesan semalam yang mengatakan bahwa Alanka masuk penjara, ia tidak bisa tidur barang sedikitpun. Pagi ini ia membuktikan dengan datang langsung ke lokasi yang sudah dikirim Nia semalam.

Banyak pertanyaan yang sudah ia pikirkan sejak semalam untuk dia tanyakan pada Alanka, namun saat ia datang, Alanka benar-benar tidak ingin dikunjungi oleh siapapun. Dan berakhir Renandra pulang dengan perasaan kecewa di benaknya. Ia sungguh tak menyangka tindakan Alanka akan membawa pemuda itu pada masalah sebesar ini. Renandra membenci dirinya sendiri karena tak bisa berbuat apa-apa untuk Alanka. Padahal, Alanka selalu membela dan membantunya saat ia dalam masalah.

Renandra menghentikan sepedanya di sebuah taman. Ia duduk termenung dengan banyak beban pikiran di kepalanya. Renandra hanya diam tak melakukan apapun. Ia terus seperti itu sampai tak sadar matahari mulai naik semakin tinggi di langit. Panas matahari yang menyengat kulit bisa Renandra rasakan saat ini.

Renandra melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul dua belas siang. Suara adzan berkumandang, membuat Renandra bangkit dari duduknya. Ia mengayuh sepedanya meninggalkan taman, mencari masjid terdekat untuk menunaikan sholat Dzuhur. Setelah sholat ia berniat akan langsung pergi ke tempat kerjanya.

***

"RENANDRA! SIALAN, DI MANA LO?!"

Kenza keluar dari kamar saat mendengar suara teriakan. Ia menghampiri Galen yang tampak emosi di ruang tengah.

"Gak ada. Kenapa?" tanya Kenza mencoba santai.

"Si anjing ke mana brengsek! Bajingan, gue gak tahan buat ngebogem muka sialannya itu!" ujar Galen tampak menggebu-gebu. Urat-urat di lehernya menonjol dengan tangan yang mengepal erat. Menunjukkan amarah pemuda itu yang sudah di ubun-ubun.

Kenza menatap heran, ia mengeryitkan dahinya. "Lo kenapa, sih? Jarang pulang ke rumah, sekalinya pulang langsung ngamuk gak jelas. Si Ren gak ada di rumah dari pagi, gak tau ke mana." ujar Kenza.

Galen menggeram kesal. "Sialan! Gara-gara dia kondisi Jingga sekarang drop lagi. Jingga jatuh dari tangga, dan ayahnya nyalahin gue karena punya adik sialan kayak si anjing itu! Gue dilarang ketemu Jingga lagi, Ken! Arrghh!!" Galen mengacak-acak rambutnya frustasi.

Kenza hanya diam. Tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya memandang kepergian Galen dengan pandangan yang sulit diartikan. Sebelum akhirnya ia merogoh ponsel di saku celananya dan mengetikan beberapa kata singkat kepada nomer tujuannya.

|Ren, jangan pulang.
|Kalo lo ada di suatu tempat,
  tetap diam di sana jangan
  keluar.
|Dan yang paling penting,
  hindarin Galen kalo lo
  liat dia.

***

Hari mulai petang. Warna biru di langit tergantikan oleh kemilau senja yang begitu menyihir pandangan. Senyum tersungging indah di wajah riang milik Renandra. Ia begitu senang karena selepas pulang kerja, Jelita memberinya sebuah amplop titipan pemilik toko. Katanya, itu adalah gaji Renandra selama satu Minggu ini. Renandra bersenandung ria, ia berniat mentraktir Kenza pecel lele dan martabak dengan uang dari gaji pertamanya. Dua makanan itu adalah favorit Kenza. Ah, ia jadi tidak sabar untuk cepat sampai ke rumah.

Namun kebahagiannya harus disela oleh kejadian apes yang tiba-tiba menimpanya. Ban sepeda Renandra tiba-tiba saja kempes. Setelah dicek, ternyata bannya bocor tertusuk paku. Renandra hendak menelpon Kenza untuk menjemputnya, namun seperti tak habis sialnya hari ini, ponselnya mati kehabisan daya. Terpaksa ia harus mendorong sepedanya untuk mencari bengkel terdekat.

50 HARI BERSAMA ILUSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang