26. Tempat Spesial

723 75 5
                                    

Setelah menyelesaikan makan siangnya, Renandra kembali ke kamarnya untuk bersiap

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.


Setelah menyelesaikan makan siangnya, Renandra kembali ke kamarnya untuk bersiap. Ia berniat mengunjungi Jingga ke rumahnya. Sudah lama sekali ia tak menjenguk Jingga. Itu pun ia selalu menjenguk secara sembunyi-sembunyi saat Jingga kontrol ke rumah sakit. Ia selalu sembunyi karena Renandra tahu, abang sulungnya alias Galen selalu menemani Jingga saat pemeriksaan.

Renandra tahu jadwal pemeriksaan Jingga setiap bulannya. Renandra tentu tidak berani menemui Jingga secara langsung. Belum pernah Renandra menjenguk Jingga secara langsung. Kali ini ia akan memantapkan hati untuk bertemu Jingga. Renandra ingin meminta maaf secara langsung.

"Den, mau kemana? Kok rapih banget?" tanya bi Atun saat melihat Renandra menuruni tangga.

"Mau main, Bi. Bosen di rumah." ujar Renandra memberikan alibi.

Bi Atun nampak mengangguk paham. Ia mengatakan beberapa kalimat wejangan sebelum Renandra pergi. Setelah perkataannya diiyakan oleh Renandra, barulah ia kembali ke dapur untuk beres-beres. Sebentar lagi waktu kerjanya selesai.

Rendra melangkahkan kaki keluar rumah. Ia bisa melihat sepedanya sudah terparkir apik di halaman rumahnya beserta tasnya yang tergantung di stang sepedanya. Renandra menaruh tasnya di pos satpam. Tempat biasanya mang Jefri, si satpam rumah berjaga.

Renandra segera mengkayuh pedal sepedanya, di sepanjang perjalanan ia berbicara ini dan itu. Berceloteh dengan semangat seolah-olah ada seseorang yang sedang mendengarkan dan mengajaknya bicara. Renandra sering berbicara sendiri sejak kecil, ingat? Dan itu bukan sebuah kelainan, melainkan kebiasaan.

"Assalamu'alaikum. Permisi," ujar Renandra setelah ia sampai di depan rumah Jingga.

Seorang wanita paruh baya nampak keluar untuk menengok siapa yang datang. Raut wajah yang semula penasaran itu berubah menjadi sinis saat melihat Renandra. Renandra segera menghampiri wanita itu. Ia membungkuk hendak menyalami tangan yang lebih tua, namun wanita itu dengan cepat menarik tangannya. Renandra hanya tersenyum kecut.

"Ngapain kamu ke sini?!" tanya wanita itu dengan ketus. Ia menatap penuh dendam pada Renandra.

"Saya mau jenguk kak Jingga, Tan. Gimana kabarnya sekarang?" ujar Renandra dengan sopan.

"Mau ngapain kamu jenguk anak saya? Mau nyelakain anak saya lagi, hah?!!"

"Tante Fara, Ren minta maaf. Maafin Renandra, kalau saja waktu itu kak Jingga gak menolong Ren, mungkin sekarang kak Jingga masih melihat. Ren benar-benar minta maaf Tante." ujar Renandra sambil menunduk. Ia menahan diri agar tidak menangis.

"Mau kamu meminta maaf sambil menangis darah pun, saya gak akan pernah maafin kamu! Kamu pikir kata maafmu itu bisa ngembaliin penglihatan anak saya, hah?!"

Wanita paruh baya itu menumpahkan air mata yang sejak tadi ia bendung. Tatapannya terlihat menyesakkan. Ibu mana yang tak sakit saat melihat anaknya menderita? Ibu mana yang tidak sedih ketika melihat anaknya terpuruk? Ia benar-benar tidak akan mengampuni siapapun yang membuat anaknya terluka.

50 HARI BERSAMA ILUSI Kde žijí příběhy. Začni objevovat