5- cinta?

86 54 4
                                    

Danuar terlihat menuruni anakan tangga dengan setelan yang jauh lebih santai daripada biasanya. Pria itu terlihat begitu segar, wangi, dan juga tampan.

Senyuman menghiasi di setiap sudut wajahnya. Danuar benar-benar terlihat begitu sempurna hari ini. Bahkan, Danuar terlihat dua tahun lebih muda sebenarnya.

Namun bukan Danuar satu-satunya yang bahagia di sana, semua, seluruh keluarga besar bahkan bahagia atas apa yang tengah terjadi. Kabar baik yang mengatakan bahwa Danuar akan segera menikah sempat menggemparkan keluarga besarnya.

Kendati demikian, seluruh keluarga senang mendengar hal itu. Cucu pertama dari keluarga Aditama akan segera melepas masa lajangnya.

“Mas... Kamu terlihat mengerikan.” Suara itu muncul dari balik tubuh besar Danuar, membuat Danuar dengan langsung menoleh ke arah belakang.

Di sana ada Titania, adik perempuan satu-satunya yang Danuar miliki.

“Calon Kaka iparmu mengatakan bahwa aku sangat tampan, Tita... Jadi jangan mengacaukan suasana hatiku.” Danuar berseru dengan mata yang menyipit. Tidak marah, hanya di buat-buat saja sehingga membuat beberapa orang yang berada di sana terkekeh mendengarnya.

“Aku berkata jujur, apa mas tidak merasakan hal itu? Mas terlihat lebih bahagia, mas selalu tersenyum sendiri, bahkan ketika hanya sedang memandang sebuah benda mati seperti ponsel, dan hal itu terlihat sangat mengerikan.” Titania menyuarakan isi hatinya. Gadis itu memang sempat beberapa kali memergoki Danuar berlaku demikian.

Danuar tersenyum tipis lantas mengusak pucuk kepala adiknya. “kamu akan mengerti jika nanti jatuh cinta. Bukankah begitu, ayah?” Danuar menatap ayahnya yang sedikit tertawa.
Mengangguk membenarkan apa kata Danuar.

Sedangkan Sandra, ibu dari pria itu datang dari arah dapur dengan membawa sepiring apel yang sudah di kupas dan di potong-potong.

Wanita paruh baya itu terlihat tersenyum. “ hendak kemana, Danu?”

“Kemana lagi? Aku hendak mengajak calon menantumu memilih cincin untuk pernikahan kami,” jawab Danuar lantas duduk di hadapan ayahnya yang tengah menikmati buah apel di pagi hari.

Damar tersenyum ke arah putranya lalu berkata. “kamu bahagia?”

“Haruskah Ayah bertanya bahkan ketika sudah melihatku seperti ini?”

Damar mengedikkan bahu. “barangkali kamu tengah bersandiwara, aku tidak tahu itu. Kamu pandai menyembunyikan perasaanmu, Danuar. Aku ayahmu.”

Bersandiwara?

Danuar terkekeh di dalam hati.

“Maka ayah akan melihatnya sendiri, bagaimana aku hidup bahagia dengan wanita pilihanku,” Danuar menjawab lalu setelahnya menyeruput kopi yang tersedia.

“Kamu mencintainya?”

Danuar sempat terdiam, sedikit keterkejutannya tak membuat ia tersedak air kopi. Pri itu bahkan terlihat lebih tenang, hati-hati, dan santai.

“Aku rasa pernikahan ini tidak akan terjadi jika aku tak mencintainya, Ayah. Bukankah begitu, ibu?” Sandra hanya tersenyum lantas mengangguk mengiyakan. Wanita itu tak banyak bicara, namun cukup memperhatikan.

“Wah... Aku menjadi semakin penasaran, wanita mana yang berhasil membuat Mas menjadi sangat yakin seperti ini? Jika aku tak salah ingat, Mas bahkan pernah mengatakan tidak akan menikah.”  Titania masuk dalam obrolan mereka. Gadis itu memang baru saja tiba di kediamannya, sengaja memanfaatkan liburan semester akhirnya untuk pernikahan Danuar.

Ketiga pasang mata itu memandang Danuar, mereka memang ingin mendengar jawaban apa yang akan Danuar berikan untuknya.

“Aku rasa, karena gadis itu Raya, jadi aku menginginkan pernikahan ini. Perasaanku untuknya juga ada karena kami terbiasa bertemu. Kalian tahu? Aku bahkan tak pernah menyangka akan jatuh cinta kepada gadis se sederhana dia,” ucap Danuar terdengar sungguh-sungguh.

BLACK ROSE || NamjoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang