6 - pretty

90 55 4
                                    

Hawloo, aku kembali setelah liburan hari Raya>°<
Untuk baca bab ini, mungkin perlu baca bab selanjutnya untuk menyambungkan.

Selamat membaca, dan jangan lupakan untuk selalu menekan bintang✨🫶

___________

"Jadi dapat aku simpulkan bahwa wanita tadi adalah seseorang yang akan di jodohkan denganmu, tepat sebelum kamu melamarku. Apa aku salah?”

Kalimat pertama yang Raya layangkan kepada Danuar setelah keduanya meninggalkan area restoran.

Danuar yang tengah sibuk dengan kemudinya, hanya mampu melirik sekilas ke arah Raya dan membuat gadis itu merasa kesal setengah hati.

Entahlah... Rasa cemburu dan tak suka itu ternyata masih bersarang di dalam hatinya.

Membayangkan jika Danuar melamarnya karena tak ingin di jodohkan dengan Olivia adalah alasan yang cukup masuk akal.

“Kamu tidak salah,” jawab Danuar setelah membiarkan hening beberapa saat.

Raya dengan spontan melihat ke arah Danuar saat ini dengan tatapan tak percaya. Hatinya berkata, Danuar memang tak benar-benar memiliki niat baik kepadanya.

Apa yang dilakukan Danuar tak semata-mata hanya untuk menghindari titah kedua orang tuanya.

Kendati demikian, Raya tetap harus memastikannya. Memastikan sebuah kebenaran yang mungkin saja dapat membuat hatinya terluka sampai berdarah-darah!

“Lantas... Niatmu yang akan menikahiku ini tak lain adalah karena kamu ingin menghindari hal itu, apa aku benar juga untuk kali ini?” Raya sudah buntu sekali kepalanya. Rasa tak suka begitu Olivia mengatakan bahwa memandang Danuar saja sudah dapat membuat dirinya kenyang sukses sekali membuat perut Raya mual.

Danuar menatap dengan kedua bola mata menyipit. “atas dasar apa Kamu dapat menyimpulkan hal seperti ini, Raya? Bukankah kamu baru saja berburuk sangka kepadaku?”

“Aku bertanya, seharusnya jawab saja sesuai versi senyata mungkin. Aku tidak akan terluka karena mengetahuinya lebih awal, Danuar!”

Danuar membelokkan setir kemudinya pada sebuah jalan kecil yang tertangkap kedua bola mata sipitnya. Pria itu menginjak rem dengan begitu mendadak. Ia membuka sabuk pengaman dengan begitu cepat lantas memposisikan diri  untuk menghadap penuh ke arah Raya.

Tatapan Danuar begitu tenang dan juga dalam. Sedalam lautan lepas yang terdapat jauh di sana.

“Apakah kamu benar-benar ingin membahas hal ini?” tanya Danuar begitu lekat.

Raya mengangguk. “ya, bukankah aku harus memastikan lagi perasaanmu? Kamu telah menipuku, Danuar.”

“Menipu seperti apa maksudmu, Raya?”

“Kamu, Olivia, dan rencana pernikahan kalian. Kamu tidak pernah membahasnya denganku! Aku merasa telah di bodohi.”

Danuar menghela napas dan memposisikan dirinya ke arah depan. Pria itu melihat pada jarum jam yang melingkar di pergelangan tangannya sebelum kembali mengalihkan fokusnya kepada Raya.

“Aku tidak menipumu, Raya... Percaya padaku.”
Raya tidak marah, ia hanya sedang menuntut penjelasan untuk mengobati rasa penasaran di dalam hatinya.

Sayangnya, ia kini tengah berhadapan dengan Danuar. Seseorang yang katanya dapat mengendalikan hal apa pun yang terjadi di hadapannya.

“Jika kamu ingin jawaban jujur, aku sudah menjawabnya jika aku melamarmu memang setelah aku mendengar kabar perjodohan tersebut.” Napas Raya tercekat, gadis itu memandang Danuar dengan was-was seolah pria itu adalah hewan buas yang mematikan. Yang siap menerkamnya kapan saja.

BLACK ROSE || NamjoonWhere stories live. Discover now