11 - Daddy?

102 51 11
                                    

Erotis, syahdu, dan memabukkan.

Bayangan dan suara-suara cinta itu masih setia memenuhi kedua gendang telinga wanita yang saat ini masih betah berdiam diri di balik selimut, menatap si tampan yang begitu terlelap kelelahan.

Satu gurat senyum tipis terpatri dengan begitu tulus. Raya benar-benar tengah menapaki surga dunia yang sesungguhnya. Surga kenikmatan tiada tara yang Danuar berikan kepadanya adalah pengalaman pertama bagi Raya.

Meski, ada sekelebat kecil bayangan di mana Danuar begitu mahir dalam menaklukkan dirinya tak semata-mata karena pria itu sudah terbiasa. Tetapi, Raya benar-benar menikmatinya. Raya tak begitu memedulikan hal itu karena fokusnya tadi malam hanyalah pada Danuar yang seksi dan mempesona mengendalikan dirinya.

Danuar benar-benar lembut dan penuh cinta.

Senyuman indah itu masih terlukis di bibir indah milik Raya. " Nu, aku harap aku akan terus mendapatkan cinta seperti ini sampai akhir. Sampai jika hanya maut yang dapat memisahkan kita."

Jari-jari lentik itu menari dengan sangat lembut di atas hidung Bangir Danuar. Seolah apa yang di lakukan Raya itu sama sekali tak mengganggu suaminya yang masih berada dalam alam bawah sadar.

Matahari belum juga menampakkan batang hidungnya, sedangkan jarum jam sudah menunjukkan pukul enam lewat empat puluh menit.

Raya bangkit dari tidurnya setelah menghadiahi Danuar dengan satu kecupan di pipi. Ia harus segera membersihkan diri lantas menyiapkan sarapan mereka.

Namun Raya lupa, selaput darahnya baru saja di robek oleh Danuar tadi malam sehingga langkah wanita itu terhenti dan hanya terdengar suara ringisan tertahan.

"Mau kemana?" suara berat menyapa Raya yang sudah terduduk di atas kasur. Ia tolehkan kepalanya pada sang suami yang saat ini tengah mengucek kedua bola matanya dan berusaha untuk duduk.

"Mandi. Aku ingin mandi, badanku terasa lengket."

Danuar tersenyum sekilas. Lengket. Hasil dari pergumulannya semalam. "apa bisa di gerakkan? Bukan apa-apa, melakukannya untuk yang pertama kali akan terasa sangat sakit."

"Kamu memang tahu betul dengan hal seperti ini, ya?" tidak ada penekanan dalam kalimat yang Raya keluarkan. Itu hanya terdengar seperti sebuah godaan di telinga Danuar.

"Aku tidak akan menjelaskannya, lagi pula, kamu sudah mengetahuinya. " Danuar menyingkap selimut yang di pakainya, pria itu hanya memakai celana kain di atas lutut dan mempertontonkan perutnya yang begitu seksi. Perut yang semalam Raya elus-elus dengan penuh cinta.

Danuar bersimpuh di hadapan Raya. "mau ku bantu ke kamar mandi?"

Raya sempat menahan malunya. Wanita itu diam-diam mengulum senyum. "y-ya, tolong bantu. Pangkal pahaku terasa pegal dan di dalam sana terasa begitu perih."

"Apa aku terlalu kasar semalam?" tatapan Danuar berubah menjadi khawatir. Raya menggeleng ribut untuk menyangkalnya.

"Ini pertama bagiku, aku akan terbiasa nantinya-" Raya menutup mulutnya dengan kedua tangan, kedua bola matanya membulat menatap Danuar sedangkan pria itu diam-diam terkekeh dengan sangat renyah.

"Ma-maksudku, jika kita sering melakukannya, aku akan terbiasa."

Oh sial! Raya begitu gugup sehingga kalimat tersebut lolos begitu saja. Membuat Raya merasa semakin malu dan berdebar-debar!

Pasalnya, Danuar saat ini tengah menatapnya dengan begituan nakal, senyum di bibirnya benar-benar menyiratkan sebuah godaan.

Raya menutup wajah. "Danu... Berhenti menatapku, maksudku tidak seperti itu. Aku tidak bermaksud untuk mengatakannya!" kalimatnya di buat meninggi, membuat Danuar semakin ingin menggoda istrinya.

BLACK ROSE || NamjoonWhere stories live. Discover now