Salju Baru Nusantara #3

0 0 0
                                    

"Bencana longsor salju raksasa!! Kita tak akan sempat mencapai desa terdekat! Longsor itu sangat cepat!! Snosa, lakukan sesuatu!!!"

Habislah kami..! Musibah keempat, adalah Longsor Salju Rakasa! Namun, Snosa? Siapa Snosa??

"Rima, lakukan sesuatu!!!"

Namun, aku sudah kehabisan energi. Membuka pintu gua benar-benar sangat melelahkan. Kalau bukan karena teriakan dari Bella, kesadaranku jelas-jelas sudah melayang sekarang.

Mataku menangkap wajah Bella silih-berganti dengan wujud lain yang aneh. Aku tak bisa mengenali wujud lain itu. Namun, sekilas tampak seperti cerminanku. Seluruh tubuhnya sangat mirip denganku. Hanya saja warnanya ...

"SNOSA!!"

Tiba-tiba aku berada di sebuah gurun salju sangat luas. Semuanya putih bersih. Salju di bawahku halus dan lembut.

Apa ini??

Mataku terkesiap, sesuatu berwujud rusa kutub berdiri tegak menjulang sangat tinggi lima meter di depanku.

"Siapa kamu?"

"Aku adalah kau!"

Hah!?? Apa-apaan ini??

"Tidakkah kau masih heran bagaimana caramu melelehkan bongkahan es di pintu gua?"

Rusa kutub raksasa ini tahu.

"Tentu saja aku tahu! Aku juga tahu segala hal tentangmu dan apa pun yang ada di sekitarmu!"

"Bagaimana mungkin!? Siapa kamu sebenarnya?"

"SUDAH KUBILANG AKU ADALAH KAU! KAU ADALAH AKU! Karena kita ini satu, aku hidup bersamamu sejak kau lahir, makanya aku tahu semua yang kau tahu!! Sudahlah, kita tidak punya banyak waktu lagi, semua orang harus selamat dari longsor salju itu! Tidakkah kau ingin menolong Bella, temanmu yang berharga itu?

"Percayalah padaku!"

Kukira longsor salju telah berlalu dan kami semua tak selamat. Kupikir saking lamanya aku berada dalam alam bawah sadar, longsor salju itu sudah mencapai desa terdekat. Namun, saat aku tersadar, rupanya segala sesuatu berlalu secepat satu kedipan mata. Astaga ... semua persoalan ini jadi semakin membuatku bingung dan merinding.

Sepasang kakiku berdiri mantab di atas tumpukan salju. Tangan-tanganku bergerak otomatis mengangkat salju agar melindungi paman, dua mahasiswa ayah, dan Bella di dekatku. Aku seperti baru saja mendapat anugrah, keyakinan, dan kepercayaan diri sangat tinggi. Tubuhku setengah membungkuk, mataku menatap tajam mencari pusat longsor salju. Kedua tanganku meregang ke belakang. Aku membuka lebar-lebar telapak tangan, sekuat tenaga mengumpulkan semangat dan energi. Seluruh alam terasa seperti membantu. Bulir-bulir salju bagai melindungiku. Ada sentakkan sangat kuat terasa mendesak dari dalam ke luar, menjelma gelombang kejut sangat besar. Aku mendorong semua kekuatan yang terkumpul di kedua telapak tangan, berharap mampu menghentikan laju longsoran salju.

Sekuat apa aku saat melakukannya ... longsor salju raksasa itu benar-benar berhenti tepat di tempat terakhir aku menatapnya. Bencana besar itu bahkan tak menyentuh ujung pelindung salju kami berlima. Sekuat apa aku menghentikannya ... empat korban selamat termasuk Bella melongo memandangku. Namun, aku jauh lebih tersentak oleh suara samar-samar yang terdengar berat berasal dari longsor salju di depanku.

"Maafkan kami sudah lancang nyaris mencelakaimu, Snosa."

Hanya itu, lalu seluruh longsor salju itu lenyap bak ditelan bumi.

***

Tak terbayang sampai sekarang betapa cepatnya kejadian-kejadian berlalu. Peristiwa-peristiwa singkat untuk membuktikan siapa aku, siapa diriku, apa aku ini sebenarnya. Namun, yang paling membuatku masih merasa mual dan menderita, adalah bagaimana ayah mengorbankan diri agar semua orang di dalam gua masih mampu bertahan hidup sampai bantuan tiba. Pergolakan batin dan perdebatan hebat antara aku dengan dia. Ayah diam-diam memaksa paman mengakhiri hidupnya tanpa sepengetahuanku. Tahu-tahu orang-orang sudah memotong-potong daging dan menyantapnya mentah-mentah, organ demi organ.

MANSHEVIORA: Semesta AlternatifМесто, где живут истории. Откройте их для себя