08 : Satu Apartemen

218 14 0
                                    

AUTHOR POV.

Setelah beberapa hari acara kampus selesai, semua mahasiswa/i pulang ke rumahnya masing-masing begitu dengan Ervan.

Sedangkan Ervan tidak langsung pulang ke rumah melainkan ke apartemen pribadinya bersama Jingga. Oke, catatan teman-teman bersama Jingga!

Bagus! Sekali-kali dia bikin orang tuanya senwen.

Sebenarnya Jingga menolaknya mentah-mentah. Jelas wanita mana yang mau di ajak ke apartemen hanya berdua saja? Yang bener saja!

Tapi dengan embel-embel 'taruhan' Ervan berhasil membawa sang empu untuk menuruti segala perintah sang raja.

Jingga mengutruki dirinya sendiri mengapa dia bisa mengiyakan perjanjian yang jelas-jelas merugikan dirinya? Dia berharap Ervan tidak melakukan hal aneh-aneh kepadanya. Bisa-bisa hancur martabat Jingga sebagai mahasiswa yang tidak pernah bikin skandal.

Ervan menempelkan ibu jarinya ke kenop pintu secara otomatis pintu itu terbuka. Biasa horang kawya. Bisa dibilang pasilitas Ervan itu terlalu berlebihan untuk anak yang masih menginjak masa kuliahnya.

Apa boleh buat bocah tengik ini cukup pintar dalam menawar dan meminta hal-hal yang cukup fantastis kepada orang tuanya.

Jingga hanya terdiam, melihat hal yang cukup jarang dilihat oleh mata kepalanya. Dirinya tidak menyangka bahawa Ervan sekaya ini? Wow, dari tampang-tampang nya sih, dia kagak berpenampilan hedon seperti cowok-cowok di kampusnya.

"Masuk." Ervan mengintruksikan agar Jingga masuk.

Jingga hanya menurutinya saja. Males berdebat lagian dia udah bener-bener cape setelah menerjang perjalanan yang cukup jauh. Mana Helth orangnya gampang muntah membuat Jingga harus siaga setiap waktu. Sahabat yang baik ya kan?

Oh sial! Dirinya lupa kalau Ervan pernah bilang kalau Jingga akan di perlakukan seperti babu. Oh Tuhan! Jangan bilang Ervan membawanya kesini hanya buat di suruh-suruh?

Please deh.

Ya, kalau dibabukan dalam hal yang wajar oke-oke aja, gimana kalau bukan? Awas aja kalau ni cowok otaknya cabul gak akan segan-segan Jingga tonjok palanya.

Ervan menbuang tas yang cukup besar itu kearah kursi. Dia memejamkan matanya sebentar untuk menghilangkan penatnya. Perlahan, Ervan membuka mata dan melihat siapa yang sedang berdiri dihadapannya.

Nikmat Tuhan mana lagi yang engkou dustakan ye kan?

Ervan mengambil remot televisinya, "cielah tegang bener tuh muka."

Jingga mendengus, mulai ngeselinnya. "Lo nyuruh gue kesini buat apaan sih?"

"Duduk dulu dong sini, " Ervan nemepuk-nepuk kursi di sebelahnya, "tenang gue kagak bakalan macem-macem kok."

Tenang-tenang pala lo peang!

Dengan ragu-ragu Jingga duduk disampingnya dan benar dugaan Jingga Ervan memeluknya dari samping dan anehnya kenapa Jingga hanya terdiam?

Fun fact ini pertama kalinya dalam sejarah hidup Jingga di peluk seorang cowok! Apalagi cowok yang selama ini dia selalu benci setiap liat mukanya.

Sontak Jingga menahan nafas yang cukup lama, semoga aja engga mati deh. Ervan yang sadar akan reaksi tubuh cewek itu mulai kaku, dia nyengir. Kenapa gitu dirinya suka sekali melihat Jingga menderita di atas kebahagiaannya?

"Nafas neng, mati entar." Goda Ervan seraya melepaskan pelukannya.

Muka Jingga seketika merah padam. Dia berhasil membuatnya malu. "Apaan sih orang dari tadi gue nafas kok!"

Demi harga diri! Kacau banget ni si Ervan!

"Nginep?" Ervan mengangkat sebelah alisnya. Sungkem kawan-kawan, baru juga deket beberapa hari udah maen ajak nginep-nginep aja.

Arkan liat anak lo Arkan!

Sontak Jingga menggeleng, dia mempertanyakan kepada dirinya sendiri. Kemana keberanian seorang Jingga Sherin?

"Enggak." Singkat, padat dan cukup menusuk.

"Ini udah malem loh ..." Jam dinding menunjukkan pukul 22:45. Ervan tidak sejahat itu untuk membiarkan perempuan yang dia incar mati-matian pulang larut malam begini. "Lagian disini ada dua kamar, tenang gue bukan cowok berengsek, berengsek dikit kalau sama lo." Dilanjutkan dengan cengiran.

"Tuh kan!" Jingga mulai uring-uringan.

Cowok itu memberikan sebuah kunci kamar yang berada di sebelah kamarnya. Dia lalu pergi begitu saja menuju kamar mandi.

Tidak ada pilihan lain. Mau tidak mau Jingga harus menginap satu atap dengan manusia yang satu ini.

Ini adalah gaya dalam pdkt yang sangat menyala.

Dua Sejoli Where stories live. Discover now