Bab 6

4 1 0
                                    

"Gimana, Ver?" Are segera bertanya pada River yang baru saja mengakhiri panggilan teleponnya untuk kesekian kali.

River hanya menggelengkan kepala sebagai bentuk jawaban untuk Are.

Are dan Haris segera saling tatap. Terlihat wajah mereka berdua tampak tidak enak sekaligus merasa tidak nyaman. Tetapi untuk Haris, juga terlihat kilatan emosi di matanya yang dihalangi lensa kacamata.

"Ah, ya sudah. Tidak apa-apa. Kita mulai saja ya, acara makan malamnya." Mila segera mengambil inisiatif dari suasana yang mendadak menjadi awkward ini.

"Ayo, ayo. Kita semua makan ya. Nikmati semua hidangannya." Eksa menimpali.

Malam ini, di restoran sebuah hotel bintang 5, tengah terdapat dua keluarga yang sedang melakukan acara makan malam bersama. Keluarga pertama terdiri dari sepasang suami istri bernama Haris dan Are, serta anak mereka, River. Sebetulnya, masih ada satu lagi anggota keluarga mereka yang harusnya hadir dalam acara ini, tapi tidak tau kemana, satu anggota tersebut malah tidak datang. Bahkan ponselnya tidak bisa dihubungi. Satu anggota itu bernama Hunter.

Jika keluarga pertama tidak dihadiri secara lengkap, keluarga kedua hadir secara lengkap dan utuh. Mulai dari Eksa, sang suami. Kemudian Mila, sang istri. Putra sulung mereka yang sudah matang, Selim. Serta putri bungsu nan cantik mereka, Sanju.

Hubungan kedua keluarga ini bisa dibilang baik dan harmonis. Berawal dari relasi bisnis masing-masing kepala keluarga, lalu menjalar hingga pertemanan di luar bisnis. Makanya mereka sering mengadakan acara makan malam bersama seperti ini dengan maksud dan tujuan untuk mempertahankan serta meningkatkan hubungan baik antar keduanya.

Ya, meski ada kendala yang menyebabkan Are tidak enak, serta Haris marah. Lantaran satu putranya tidak hadir dalam acara ini. Ini bukan kali pertama Hunter absen untuk acara dinner seperti ini. Sudah berulang kali Hunter melakukannya. Sudah sebanyak itu pula, Haris menegur serta memarahinya, tapi Hunter tidak pernah kapok dan terus mengulangi perbuatannya.

"Sayang, kok nggak dimakan makanannya?" Mila bertanya pada Sanju yang sedari tadi ia perhatikan hanya memainkan sendoknya saja di atas piring.

Sanju segera menyadarinya dan sedikit gugup karenanya. "Eh, iya, Ma. Ini Sanju makan kok." Ia pun memasukkan satu sendok makanan ke dalam mulutnya.

"Pelan-pelan, Nak. Nanti kamu kesedak loh." Eksa mengingatkannya.

Sanju hanya mengangguk.

"Ngomong-ngomong Sanju makin cantik ya, dari yang terakhir Tante lihat. Ummmm, 1 bulan atau... 3 bulan yang lalu ya?" Are mulai berbicara untuk menutupi perasaan tidak enaknya.

"Dua bulan yang lalu, Tante." Sanju mengoreksi.

Are pun tertawa karena tebakannya salah. "Duh, Tante salah nyebut ya? Maafin Tante ya. Tante udah mulai tua nih, mulai lupa."

Sanju pun tersenyum. "Nggak papa, Tante."

"River juga. Tante perhatiin makin tinggi, terus makin ganteng aja." Kini Mila ikut memuji anak Are yang tengah menikmati makanannya itu.

Are segera mengelus bahu sang putra sambil tersenyum, "Iya, dong. Mamanya kan juga cantik." Berkat candaan Are, para orang tua itu pun tertawa.

"Om denger kamu ikut organisasi BEST di sekolah kamu ya?" Eksa ikut menyahut.

"BEST apaan, Mas?" Mila yang tidak mengerti, segera bertanya.

"Itu, organisasi di SMA Tribe yang anggotanya itu murid-murid pilihan. Nggak sembarang anak bisa masuk."

"Ooooh, wah. Hebat dong ya?" Mila berdecak kagum.

"Kok Papa tau?" celetuk Sanju cukup terkejut papanya tau tentang hal itu. Padahal kan, anaknya yang masih SMA tidak bersekolah di SMA Tribe.

Here To YouWhere stories live. Discover now