Bab 3

10 2 4
                                    

"Resh, PR Biologi lo udah?" seperti biasa, Sanju selalu menjadi orang yang rajin menyapa dan mengajak Erish berbicara meski tau respon Erish tidak seperti effort-nya.

Erish hanya menggeleng. Semalaman ia mencoba mengerjakan PR itu, tapi sama sekali tak ada hasil. Otaknya terus memikirkan ancaman yang Leroy tujukan kepadanya. Bagaimana Erish harus menghadapinya? Apakah Erish harus pindah sekolah lagi padahal ia belum genap dua minggu menjadi siswa SMA Lavida? Atau haruskah Erish bertahan tetapi ujungnya sama-sama akan keluar dari SMA Lavida? Oh, tidak. Memikirkannya membuat Erish pusing. Terlebih ia harus memikirkannya seorang diri. Tanpa pendamping yang bisa disebut sebagai orang tua.

"Mau nyalin punya gue?" gadis cantik nan baik hati itu menawarkan diri.

Erish sontak melongo. "Hah?"

"Nih." Sanju memberikan buku PR miliknya pada Erish.

"Anu—nggak usah." Erish mendorong kembali buku milik Sanju.

"Nggak papa. Santai aja, Rish."

Erish menggelengkan kepalanya.

"Nggak ada jaminan 100% bener sih. Tapi kalao 90% gue berani bertaruh." Sanju tersenyum.

"Nggak usah. Makasih."

Kemudian Sanju menyadari satu hal, "Oh, atau lo bermaksud ngerjain PR lo sendiri? Duh, maaf ya, Rish. Gue nggak mikir sampe situ. Gue nggak ada maksud sama sekali buat nyinggung perasaan lo." Mendadak Sanju diliputi rasa bersalah karena khawatir Erish akan menganggap dirinya sudah meremehkan Erish dengan menawarkan bantuan PR untuk Erish.

Nyatanya... tidak! Erish tidak berniat untuk mengerjakan PR miliknya sendiri. Jadi ya... Sudah... Pasrah saja. Mau ia dihukum karena tidak mengerjakan PR, ia akan terima. Karena memang jika seperti itu konsekuensinya, ya mau bagaimana lagi. Realistis saja berdasarkan kesadaran Erish akan kapasitas otaknya sendiri, dalam waktu kurang dari 20 menit menuju pelajaran pertama dimulai, Erish yakin tidak akan bisa menyelesaikan PR sebanyak itu.

"Nggak." lagi-lagi Erish berkata serupa.

"Nggak gimana?" Sanju bingung.

"Nggak gue kerjain."

Kedua mata Sanju sedikit melebar. "Jangan gitu, Rish. Ntar lo dihukum sama Bu Binar. Nggak enak tau, dihukum sama beliau. Udah nih, salin PR gue aja. Masih ada waktu cukup kok." Sanju kembali mendesak Erish untuk menyalin PR miliknya, yang kali ini tak bisa Erish tolak.

Seperti perkataannya, jaminan 90% kebenaran PR Sanju terbukti. Nilai yang Sanju dan Erish peroleh benar-benar sama, yaitu 90. Sekaligus, Erish juga jadi tidak perlu mendapatkan hukuman.

Dan sebagai perwujudan terima kasih, Erish yang biasa menolak, kali ini menerima ajakan Sanju untuk pergi ke kantin.

"Ini apa, Rish?" Sanju segera bertanya saat Erish meletakkan sekaleng susu ke hadapan Sanju.

"Buat ganti kemaren." Erish tidak bohong. Barusan ia membeli susu kaleng dengan rasa yang sama dan merk yang sama dengan yang Sanju beri untuknya kemarin.

"Ih, ngapain diganti sih? Kan gue ngasih ke lo, bukan minjemin. Nih, gue balikin." Sanju mendorong kaleng susu itu ke hapadan Erish.

Namun Erish malah sengaja menenggak susu kaleng dengan merk yang sama namun rasa yang berbeda. Ini ia lakukan untuk menunjukkan pada Sanju kalau ia sudah punya susu kalengnya sendiri, jadi Sanju tidak perlu mengembalikannya.

Maksud Erish langsung sampai. Dengan pelan, Sanju kembali menarik susu pemberian Erish. "Ya udah, gue terima ya?"

Erish mengangguk.

Here To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang