Bab 4

10 3 0
                                    

Helaan nafas panjang segera keluar dari hidung Erish saat ia sudah berdiri di depan gerbang SMA Lavida. Hari ini, ia putuskan untuk tetap berangkat ke sekolah meski ia sudah mendapatkan ultimatum keras dan tidak main-main dari Leroy. Erish sudah siap jika ia harus kembali berhadapan dan berurusan dengan Leroy setelahnya.

Sejauh ia melangkahkan kaki memasuki area sekolah, Erish tidak mendapati tanda-tanda kemunculan Leroy. Erish sempat berpikir, mungkin Leroy termasuk golongan siswa yang suka datang mepet jam masuk. Akan tetapi, pikiran itu langsung sirna saat di koridor kelas 12, akhirnya ia bertemu dengan orang itu.

Leroy yang semula duduk sambil merokok, segera berdiri begitu melihat Erish. Satu ujung bibirnya langsung tersungging, sinis. "Udah gue duga. Pasti lo dateng."

Langkah Erish pun terhenti. Saat ini masih terlalu pagi, belum banyak siswa yang datang. Jadi koridor lantai 3 itu pun masih sepi dan dingin karena embun yang masih cukup tebal.

Dengan pelan, Leroy mulai melangkahkan kakinya menghampiri Erish yang masih terdiam di tempat. Leroy baru berhenti ketika ia sudah berada tepat di hadapan Erish. "Lo beneran nantangin gue ya? Oke, fine. Gue ladenin lo!" dengan sekali hentak, Leroy mendorong kedua bahu Erish hingga membuat Erish terjatuh duduk di atas lantai.

Pantat Erish yang membentur lantai dengan keras sampai terasa nyut-nyutan. Leroy memang tidak pernah main-main saat memperlakukan dirinya meskipun dirinya adalah seorang perempuan.

Setelah membuat Erish jatuh terduduk dan kesakitan, Leroy kembali menghampirinya dan berjongkok di hadapannya. Rahangnya mengeras, giginya saling beradu. Jari telunjuknya ia pakai untuk menunjuk Erish tepat di depan matanya. "Lo—"

"Leroy!"

Baik Leroy maupun Erish sama-sama terkejut mendengar suara itu. Suara yang tidak terduga muncul menginterupsi aksi Leroy.

"Sanju?" Leroy menggumam pelan.

Tanpa pikir panjang, Sanju langsung menghampiri Erish dan Leroy. "Rish, lo baik-baik aja?" cewek itu segera memastikan keadaan Erish. Ia pun dengan telaten membantu Erish untuk kembali berdiri.

Erish menggelengkan kepalanya begitu sudah kembali berdiri sempurna, "Nggak papa."

"Ju, lo temenan beneran sama nih cewek?" Satu alis Leroy terangkat. Setelah melihat Sanju dan Erish berada di meja kantin yang sama kemarin, sekarang melihat Sanju mengkhawatirkan keadaan Erish, membuat Leroy keheranan sekaligus tidak habis pikir.

Alih-alih menjawab pertanyaan Leroy, justru Sanju malah bertanya, "Maksud lo tadi apa dorong Erish sampe jatuh?"

Kali ini Leroy terkejut. Ternyata Sanju sempat melihat kelakuannya tadi. Buru-buru Leroy membuat klarifikasi palsu, "Hah? Dorong? Dorong gimana? Orang tadi dia tuh jatuh sendiri, makanya mau gue tolongin!"

Erish segera melirik kepadanya dan dibalas pelototan oleh Leroy.

Sanju menggelengkan kepalanya kuat-kuat, "Nggak, Roy. Barusan gue liat sendiri, lo ngedorong Erish sampe jatuh! Apa pun masalahnya, lo salah, Roy! Lo nggak bisa berbuat kayak tadi sama cewek!"

"Duh, Sanju! Serius! Lo udah salah liat nih! Gue nggak ngedorong dia kok!" Leroy masih mengelak, masih tidak mau mengakui perbuatannya di depan Sanju meski Sanju sudah mengungkapkan faktanya.

"Gue bakal laporin perbuatan lo ke BK."

Seketika mata Leroy melotot, "Eh? Jangan, Ju!"

"Nggak, Roy. Lo udah keterlaluan, udah berani main fisik ke cewek."

"Ju, gue nggak ngedorong dia! Sumpah, Ju, gue nggak bohong! Iya, kan? Gue nggak bohong, kan?!" Leroy menatap Erish, bermaksud mengirim sinyal agar Erish bisa berkooperatif dengannya saat ini.

Here To YouWhere stories live. Discover now