35. || JAYDEN OR RAYDEN ||

3.4K 142 1
                                    

happy reading ~

"Lo pulang gih, ganti baju! " Ucap Abimana merasa kasian melihat Rayden yang masih menggunakan Hoodie yang cowok itu kenakan kemarin.

"Ta-"

"Gak usah pikirin kakak Lo, kita ada disini." Arpin ikut menimpali.

"Gapapa, Lo pulang aja istirahat, nanti malam Lo datang lagi. Sekarang, biar kami yang bantu jaga selama Lo pulang." Ujar Akra menepuk-nepuk pundak Rayden.

"Yaudah, Rayden. Titip kakak."

Akra pun hanya mengangguk, lalu setelah itu, Rayden pun mulai meninggalkan area rumah sakit.

"Gue, gak nyangka si lumpuh adiknya Jayden!" Ujar Arpin masih tidak bisa mempercayai itu semua.

"Udahlah, pin. Lo gak kasian liat dia di perlakukan kayak gitu semalam?" Tanya Abimana.

"Sebenarnya gue kasian, tapi gue gak nyangka aja!!"

"Bodo amat lah, terserah Lo, pin!" Kesal Abimana, sedangkan Akra. Cowok itu memilih duduk di kursi di mana Rayden duduki tadi.

_________

Rayden pun tiba di rumah kedua orang tuanya, di sana ia langsung di sambut bi Anis yang terlihat khawatir.

"Den, Rayden. Ya Allah, bibi kira kamu kenapa-kenapa." Ucap bi Anis khawatir.

"Gapapa bi, Rayden ke kamar dulu ya?"

"Iya den, hati-hati."

Rayden hanya mengangguk, lalu melangkahkan kakinya kearah kamar miliknya. Setibanya di kamar. Rayden pun menyimpan tas sekolah miliknya yang sejak kemarin belum sempat ia simpan.

Ia pun masuk kedalam kamar mandi dan membersihkan dirinya. Setelah itu, ia merebahkan tubuhnya di atas kasur miliknya. Tatapan menerawang jauh kedepan.

"Mungkin dengan begini, mama dan papa akan sayang sama aku." Batinnya.

Hingga tanpa sadar, matanya mulai tertutup dan cowok itu pun mulai menjelajahi alam mimpi.

Hingga beberapa jam pun berlalu, namun cowok itu belum memperlihatkan tanda-tanda jika ia akan bangun, padahal jam sudah menunjukkan pukul 8 malam.

Brakkk

"KURANG AJAR!! SAYA SURUH KAMU JAGA JAYDEN! BUKAN TIDUR TIDURAN DI RUMAH KAYAK GINI!!" teriak Robert membuka pintu kamar Rayden dengan keras.

Rayden yang kaget pun. Langsung terbangun dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya.

"Sini kamu!!" Robert menarik keras Rayden, sehingga cowok itu terjatuh dari kasur miliknya.

Dengan marah, Robert pun kembali memukuli Rayden seperti biasanya, menjambak rambut sang anak, memukulinya mengunakan ikat pinggang dan tongkat milik Rayden. Bahkan Robert pun tidak segan-segan menendang wajah anak bungsunya tersebut.

"Pa, sakit! T-tolong he-ntikan!! R-ayden gak ku-at!!" Ucap Rayden terbata-bata.

Robert tidak menanggapi ucapan sang anak yang sudah sangat kesakitan akibat ulahnya, pria tua itu justru menarik Rayden keluar dari kamar hingga sampai di pintu utama rumahnya.

Brakkk

"Pergi kamu dari rumah saya!!" Teriak Robert mengusir Rayden seraya melempar Rayden dengan tongkat cowok itu.

Tanpa menunggu jawaban sang anak, Robert pun kembali masuk ke dalam rumahnha dan menutup keras pintu tersebut.

"Sa-kit."  Ucap Rayden seraya berusaha menggapai tongkatnya, dan mulai berjalan menjauh dari area pekarangan rumah orang tuanya.

Di bawah derasnya hujan, laki-laki dengan kaki pincangnya terus berjalan Tanpa arah, ia tidak ingin pulang sekarang, bahkan di rumah sekalipun ia tidak pernah merasa pulang.

"Ray cape, boleh Ray nyerah?" Tanyanya menatap ke arah langit, sehingga air hujan dengan bebas mengenai wajah tampan yang penuh luka itu.

"Rayden ingin pulang, tapi Ray gak mau pulang sendirian. Tolong jemput rayden."

Air mata laki-laki itu menetes bersamaan dengan air hujan yang terus menerpa wajahnya.

__________

Di rumah sakit, detak jantung Jayden tiba-tiba saja berhenti. Para dokter dan perawat pun di buat panik, terlebih starla dan para sahabat cowok itu.

Dengan cepat starla menelpon Robert, mengabari kondisi sang anak. Dan saat itu juga Robert pun langsung melajukan mobilnya kearah rumah sakit tempat anaknya di rawat.

Starla, dan ketiga sahabat Jayden, menunggu di luar. Sedangkan, dokter Laura dan beberapa perawat berusaha menanggani Jayden.

"Gimana kondisi, Jayden?"

Alya dan Dira tiba di sana bersamaan dengan Robert.

"Pa, anak kita! Mama gak mau terjadi sesuatu sama anak kita!" Ucap starla mulai menangis.

"Percaya sama papa, Jayden. Akan baik-baik saja!"

Ceklek

Terlihat dokter Laura keluar dari dalam ruangan tersebut.

"Gimana, kondisi anak saya, dok?" Tanya Robert.

"Kita harus melakukan operasi segera mungkin, jika tidak, kondisi pasien akan semakin parah, bahkan pasien bisa kehilangan nyawanya." Ucap dokter Laura. Membuat badan mereka semua seakan tidak bertulang.

"Kemana Sang pendonor?" Lanjut dokter Laura lagi.

"Dokter, kalau boleh tahu siapa yang akan mendonorkan jantungnya, buat sahabat saya?" Tanya Arpin.

"Saya pikir kalian sudah tahu? Dia adalah adik dari pasien sendiri."

"Rayden?" Guman Alya, namun masih bisa di dengar oleh mereka semua.

"Betul, tolong segera kabari dia, jika bisa kita akan melakukan operasi satu jam lagi." Terang dokter Laura, lalu melangkah kembali masuk kedalam ruangan Jayden.

Di disisi lain, Kanara dan kedua orang tuanya berniat mengunjungi Jayden. Namun, di pertengahan jalan, mobil mereka terhenti ketika melihat banyak orang yang sedang mengelilingi sesuatu.

Sepertinya telah terjadi kecelakaan. Kenzo pun menurunkan kaca mobilnya dan bertanya kepada salah satu bapak-bapak yang ada di lokasi itu.

"Maaf, ini ada apa ya?" Tanya Kenzo.

"Oh, itu pak, ada korban tabrak lari."

"Astaghfirullah." Calista kaget.

"Pa, ayo, turun Kanara mau liat." Ucap Kanara, entah kenapa dirinya ingin sekali melihat korban tabrak lari tersebut.

"Ayo."

Mereka bertiga pun turun, dan mulai melangkahkan kakinya mendekat kearah kerumunan orang itu.

"Kasian sekali!"

"Tolong bantu dia!"

"Kasian, tongkatnya sampai terlempar jauh!"

Ucapan orang orang itu, entah kenapa membuat Kanara takut, ia takut jika korban itu adalah orang terdekatnya, dengan langkah pelan ia terus mengikuti kedua orang tuanya.

Hingga, tatapannya tidak sengaja melihat tongkat yang sudah patah  tidak jauh dari korban tersebut.

DEG

tidak! Tidak mungkin! Ini hanya sebuah kebetulan. Tapi, tongkat itu.. ia  sangat mengenali Tongkat itu. Dengan langkah yang mulai melebar, Kanara mendekat, air matanya tidak bisa ia bendung lagi, dengan tubuh yang langsung terjatuh di samping cowok yang sedang terbaring berlumuran darah.

"Sayang, jangan kayak gini nak." Calista ikut menangis melihat putri kesayangannya yang sedang memeluk seseorang dengan darah yang sudah memenuhi baju cewek itu.

"Jangan! Jangan gini, Bangun! Gue gak suka liat Lo gini!!" Ucap Kanara mulai terisak.

____________
See you in the next part ^^
Written by jkeyyyna_

2 AYDEN [✓]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora