34. || JAYDEN OR RAYDEN ||

2.5K 156 11
                                    

Happy reading ~

"Sa!! Kita ini sahabat! Kita juga berhak tau!" Ucap Arpin mulai terpancing emosi.

Sejak tadi Akra hanya terus diam,  hal itu berhasil membuat kedua sahabatnya marah.

"Sa? Please, kasih tau kita apa yang Lo tau tentang Jayden?" Tanya Dira lagi.

"Maafin gue!" Ucap Akra

"Kita gak butuh permintaan maaf Lo! Kita hanya butuh Lo cerita, cerita tentang apa yang Lo ketahui!!"  Ucap Abimana.

"Jayden, sakit jantung, harusnya gue kasih tau kalian, harusnya gue ngelarang dia ikut bertanding! Ini salah gue!"

Bukkkk

Abimana berhasil melayangkan satu pukulan di pipi kanan Akra, sehingga sudut bibir cowok itu mengeluarkan darah segar.

"Bangsat!!" Teriak Abimana

"Stop, Abi! Udah! Ini rumah sakit!!" Ucap Dira, menghalau Abimana yang masih ingin melayangkan pukulan kearah Akra.

"Sa, Lo gapapa kan?" Tanyanya khawatir.

Akra hanya menggelengkan kepalanya, ia tidak marah, ia merasa berhak mendapatkan pukulan itu.

Abimana mengusap wajahnya kasar. Dugaannya selama ini benar, ternyata sahabatnya sedang menyembunyikan rahasia dari nya. Begitu pula dengan Arpin, ia sama kacaunya dengan Akra dan Abimana.

"Gimana keadaan, Jayden?" Tanya Kanara yang baru saja tiba di sana.

"Kita belum tau kar, kedua orang tua Jayden masih bicara sama dokter yang nanganin Jayden." Ucap Alya yang sejak tadi hanya menyimak.

Kanara pun hanya mengangguk, lalu melirik Rayden yang memandang lurus kearah ruang UGD. Di mana, di sana kembarannya sedang terbaring tidak sadarkan diri.

"Ray. Duduk di sana yuk?" Ajak Kanara, Rayden pun menuruti apa yang cewek itu katakan.

Rupanya emosi Rayden sudah menghilang sekarang.

Mereka berdua pun mendudukkan bokongnya di kursi dekat tembok.

"Ray? Tangan Lo?" Ucap Kanara ketika menyadari tangan Rayden terluka akibat meninju pagar tadi.

"Gapapa, ini gak sakit." Ucap Rayden.

"Ta-"

Belum sempat Kanara menyelesaikan ucapannya, Robert dan starla pun tiba di sana dengan raut wajah sedihnya.

Dengan cepat Rayden menggapai tongkatnya, dan segera menghampiri kedua orang tuanya. Begitu pula dengan para sahabat Jayden.

"Papa? mama? Gimana keadaan kakak?" Tanya Rayden.

Mendengar pertanyaan Rayden, membuat Akra, Abimana, Arpin, Alya, dan Dira kaget.

"Papa? Mama? Kakak?" Batin mereka berlima.

Starla pun mulai menangis, membuat semua yang ada disana khawatir, ada apa dengan Jayden.

"Ma? Kakak kenapa?" Tanya Rayden khawatir.

"Kakak kamu sakit, Ray. Kamu bisa kan? Berkorban demi kakak kamu? Mama enggak mau kehilangan anak mama!!" Isak tangis Starla terdengar begitu memilukan.

Mendengar ucapan starla, mereka semua langsung mengerti siapa Rayden sebenarnya. Namun, hal ini bukan hal yang penting untuk mereka sekarang. Tapi, mengetahui keadaan Jayden lah lebih penting bagi mereka.

"Aku juga anak mama. Tapi, apakah pernah mama takut kehilangan Rayden juga?"tanya Rayden menatap senduh sang mama.

Plakkkk

"KAKAK KAMU HANYA BISA BERTAHAN TIGA HARI!! DAN KAMU MASIH BISA BERTANYA SEPERTI ITU?"  Tanya Robert melayangkan pukulan kepada anak bungsunya tersebut.

Melihat Rayden di pukul, membuat mereka semua merasa iba, terlebih Kanara, cewek itu seakan ingin menangis, ia tidak menyangka jika Rayden adalah anak yang selalu mendapatkan kekerasan fisik dari kedua orang tuanya.

_________

Beberapa jam berlalu, kini Jayden sudah di pindahkan ke ruang ICU. Saat ini hanya ada Rayden dan kedua orang tuanya, yang ada di rumah sakit menunggu Jayden.

Para sahabat cowok itu, sudah izin pulang beberapa menit yang lalu.

"Papa  mau kemana?" Tanya Rayden ketika Robert hendak meninggalkan area ruangan ICU.

"Ayo, ikut saya!"

"Kita mau kemana?" Tanya Rayden yang di tarim kasar Robert.

"Saya akan memeriksakan, apakah jantung kamu cocok dengan jantung Jayden." Terang Robert.

Mendengar itu, Rayden pun memilih mengikuti langkah ayahnya, tanpa bertanya hal hal lain. Jika cocok, maka ia rela memberikan hidupnya kepada sang kakak.

Hingga satu jam berlalu hasil tes pun keluar, hasil tes menandakan bahwa jantung Rayden sangat cocok dengan jantung milik sang kakak.

Robert  pun terlihat sangat bahagia, akhirnya anak yang selama ini ia anggap sebagai aib, berguna juga. Pikirnya.

"Rayden, baru sadar sekarang. Kehadiran Ray. Memang tidak pernah di inginkan! Meskipun begitu, Ray bangga bisa hadir di keluarga ini. Rayden sayang mama, papa, kakek, dan kakak." Batin Rayden, ketika melihat raut bahagia Robert.

_________

Hari pun telah berganti.

Hari ini, hari kedua Jayden di rumah sakit. Rayden memilih absen, karena kedua orang tuanya yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

"Kakak, bertahan ya? Besok kakak akan operasi, lalu setelah itu, kakak bisa sehat lagi."  Guman Rayden tersenyum kecil namun mata cowok itu berkaca-kaca melihat tubuh sang kakak yang penuh dengan peralatan monitor yang ada di dalam ruangan tersebut.

"Pasti sakit ya kak? Kemarin Kakak pasti udah gak bisa tahan rasa sakit itu kan, kak?" Tanya Rayden lagi.

"Kenapa harus kakak? Kenapa bukan Rayden aja?" Ucap Rayden lirih.

Namun, sekuat apapun Rayden berbicara, kakaknya tidak akan membuka matanya, dan membalas ucapannya.

"Rayden, kangen di marahi kakak, Ray. Lebih milih di maki-maki kakak, dari pada kakak diam kayak gini!"

Tidak ingin mengganggu kakaknya, Rayden memili keluar dari ruangan tersebut dan memili menunggu di luar saja.

Wiliam belum bisa datang, beberapa hari yang lalu, Wiliam keluar kota karena urusan pekerjaan, dan baru bisa pulang besok.

Tidak terasa, jam pulang sekolah sudah tiba, terbukti dengan kehadiran ketiga sahabat Jayden.

"Lo?" Ucap Arpin ketika melihat Rayden yang duduk di depan ruangan sahabatnya.

"Gak usah kaget, Lo lupa semalam?" Tanya Abimana, mengingatkan Arpin jika Rayden adalah saudara dari sahabat mereka.

Meskipun kecewa dengan Jayden yang menyembunyikan hal tersebut dari mereka. Mereka tetap tidak bisa marah, terlebih melihat kondisi sahabatnya yang seperti sekarang.

"Gimana keadaan kakak Lo?" Tanya Akra.

"Belum ada perkembangan, tapi besok kakak bakal operasi, Ray. Minta tolong, bantu do'a semoga kakak bisa sembuh." Ucap Rayden.

"Operasi? Emang orang tua Lo udah Nemu pendonor jantung?" Tanya Abimana, ia pikir sangat susah mencari pendonor yang cocok.

Rayden pun hanya tersenyum menanggapi pertanyaan sahabat kakaknya itu.

___________

See you in the next part ^^
Written by jkeyyyna_

2 AYDEN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang