Puaskan Aku!

4.7K 79 0
                                    

Andra  mendengus tak percaya. Lalu ia membalikan tubuhnya melangkah kearah pintu. Alana pikir Andra akan pergi dari kamarnya. Tetapi ternyata Alana salah besar. Andra justru menutup pintu kamar hotelnya dengan rapat, kemudian menguncinya. 

“Kenapa kamu mengunci pintunya, Andra?!” tanya Alana dengan wajah panik.

Andra menoleh dan menampilkan senyum miring.

“Agar tidak ada satu orang pun yang akan mengganggu kita. Bukankah tadi malam kesenangan kita belum tuntas, Alana?” Andra  berjalan semakin mendekat menuju ranjang tempat dimana Alana berada.

Dengan waspada, Alana beringsut mundur dan menepikan punggungnya pada hardboard ranjang. Sambil menekuk lututnya dengan kedua tangan.

“Jangan macam-macam kamu!” Alana melayangkan tatapan tajamnya pada Andra.

“Kamu tahu kenapa Mr. James sampai tak berkedip menatapmu, Alana? Kamu tahu kenapa dia berharap agar kamu datang ke kamarnya? Heum?” Andra bertanya sesuatu yang Alana sendiri tak tahu jawabannya.

Kini Andra sudah menaikan kakinya ke atas ranjang. Dan Alana menjerit saat tangan lelaki itu hendak mencapai tubuhnya. 

BRAK!

Secepat mungkin Andra menarik tangan Alana agar telentang sedangkan Andra menindih di atas tubuh wanita itu.

“Jawab aku Alana! Apa kamu tahu kenapa Mr. James sampai terpikat padamu?! Apa kamu tahu itu?!” sentak Andra dengan nada yang tinggi kali ini.

“Tidak! Aku tidak tahu!” Alana menggeleng di bawah pandangannya.

“Karena kamu mengenakan pakaian seperti ini! Atau jangan-jangan kamu memang berniat ingin menggoda pebisnis muda yang kaya raya seperti Mr. James? Benar begitu?” 

“Aku tidak merasa ada yang salah dengan bajuku. Dan aku  juga tidak pernah memiliki niat seperti yang kamu tuduhkan, Andra! Bisakah kamu berhenti merendahkanku?!” Alana balas menatap Andra sembari mencoba berontak dari bawah tubuh lelaki itu.

Tapi sialnya bobot tubuh Andra yang jauh lebih berat darinya, membuat usaha Alana tak membuahkan hasil.

“Kamu tahu apa yang Mr. James bayangkan saat melihat dirimu?" 

Alana mengepalkan tangannya di kedua sisi. Ia tak bisa bergerak saat Andra mencekal pergelangan tangannya dengan kuat.

“Hentikan, Ndra! Hentikan semua ini! Kamu tidak bisa melakukan ini padaku, Ndra.”

“Kenapa tidak bisa? Aku selalu bisa mendapatkan apa yang aku mau. Kamu diam saja dan cukup nikmati. Jangan khawatirkan soal bayarannya, Alana. Aku punya banyak uang untuk membeli tubuhmu!” ujar Andra yang langsung menusuk ke dalam hati Alana.

Kata-kata lelaki itu begitu santai namun begitu tajam dan mampu menghancurkan hatinya.

Andra tahu jika Alana pasti sudah menangis tanpa suara. Alana tak menyangka jika Andra akan benar-benar kembali menyentuhnya.

“Aku harus berhati-hati. Aku tidak boleh sampai membuatmu hamil, Alana. Karena aku tidak sudi jika anakku lahir dari wanita murahan sepertimu!” desis Andra menatap lurus kedua mata Alana yang telah basah.

Alana menelan ludahnya lalu ia memejamkan matanya rapat-rapat. Enggan menatap Andra yang menamparnya dengan perkataan yang menyakitkan.

‘Kamu sudah punya anak dariku, Ndra. Aku sudah pernah melahirkan anak kita. Buah cinta kita. Bahkan saat ini dia sudah tumbuh besar dan wajahnya mirip  sekali denganmu. Andai kamu tahu tentang Rehan, apa kamu juga akan mengulangi kalimatmu barusan padaku?’ Alana menjerit di dalam batinnya. 

Sedangkan di dalam kamar mandi, Andra tampak menatap lurus pada cermin yang sedang memantulkan bayangannya sendiri.

“Kenapa Alana sempit sekali? Apa dugaanku selama ini salah? Alana seperti sudah lama sekali tidak melakukannya.” Andra menyelami pikirannya. 

Tadi ia merasakan milik Alana begitu menjepitnya dengan kuat. Menandakan jika wanita itu memang sudah lama tak tersentuh. Hingga membuat Andra berpikir, jika tuduhannya pada Alana selama ini telah salah.

Tapi beberapa saat kemudian Andra segera menggelengkan kepalanya dengan tegas.

“Ah, persetan dengan semua itu! Mau Alana sering menghabiskan malam dengan para pria kaya atau tidak. Itu bukan urusanku! Yang jelas sekarang adalah, Alana sudah pernah menghianatiku dan meninggalkanku dengan lelaki lain. Wanita itu tetap saja sudah membuat hidupku hancur. Dan seharusnya aku puas karena sudah merendahkan harga dirinya hari ini. Untuk apa aku merasa iba pada Alana, dia tidak pantas mendapatkan rasa iba itu dariku!” Andra merapatkan rahangnya. Tatapannya kini tajam menatap pada cermin yang ada di hadapanya.

Sementara kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya. Andra berpikir jika Alana tetap saja bersalah di matanya. 

*** 

Kala pagi menjemput, Alana mengerjapkan matanya dan ia langsung melihat kearah tangan kekar Andra yang membelit di perutnya yang polos.

‘Dulu kamu juga sering melakukan ini, Ndra,’ desah Alana dalam hati. Dulu Andra memang senang membelitkan tangan kekarnya di perut Alana setiap kali mereka selesai berhubungan.

Kini kepala Alana terangkat menatap pada wajah Andra yang begitu tegas dan tampan dari jarak sedekat ini.

‘Mungkin sekarang aku sudah tak ada harganya lagi di matamu. Berkali-kali kamu menyentuhku dengan cara yang membuatku merasa hina. Kamu pasti merasa jijik padaku ‘kan, Ndra. Sekarang aku bukan lagi Alana yang selalu kamu anggap sebagai wanita baik-baik. Aku sudah memberikan harga diriku pada kamu, yang mana sudah bukan lagi suamiku,’ Alana tergugu dan menangis dengan pelan.

Netranya masih memindai wajah Andra yang terpejam dengan rapat. 

Kerinduan di hati Alana kian membuncah semakin dalam.  Namun sekarang lelaki yang dirindukannya sedang memeluknya dengan erat saat ini. Entah mengapa  Alana tak bisa melawan saat Andra berulang kali menjatuhkan harga dirinya. Alana tahu lelaki itu telah berubah menjadi sosok Andra yang kejam dan tak berperasaan padanya.

Tetapi rasa cinta di hati Alana, meluluh lantakan semua rasa sakit atas perlakuan Andra. 

‘Justru aku merasa kasihan padamu, Andra. Kedua orang tuamu telah rela menghancurkan kebahagiaanmu demi kepuasan mereka. Andai aku bukan wanita miskin. Mungkin saat itu orang tuamu akan membuka tangannya lebar-lebar untukku. Dan kita tidak akan pernah terpisah dalam kesalah pahaman seperti ini. Tapi  apa yang bisa aku lakukan, Ndra? Untuk menghapus semua luka di hatimu yang masih membekas hingga sekarang.’ batin Alana merintih sedang matanya menatap nanar pada wajah teduh Andra yang matanya masih terkatup rapat.

 Namun ketika menyadari kelopak mata milik lelaki itu bergerak pelan, segera saja Alana menutup rapat-rapat matanya. Ia terpejam kembali dan berpura-pura seolah dirinya masih tertidur.

“Enghh..” Andra bergumam pelan dan membuka matanya. Tapi kemudian tubuhnya membeku beberapa saat ketika pemandangan yang pertama kali dilihatnya adalah wajah polos Alana. 

“Nyenyak sekali tidurmu. Apa semalam kamu begitu menikmati kehangatan kita..” dengan posisi miring menghadap Alana, Andra menopang sebelah kepalanya dengan satu tangan.  Jemarinya menyibak anak rambut nakal yang menghalangi wajah Alana dari pandangannya.

Mantan Istri CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang