Khawatir Andra Bertemu Rehan

4.4K 122 0
                                    

Andra yang menyadari hujan kian bertambah deras, berdecak di dalam mobilnya. 

"Sial! Kenapa hujannya malah semakin lebat? Alana mungkin akan kedinginan dengan pakaian seperti itu. Hhh..  Lagi pula, taksi tidak akan lewat di tempat ini jika sudah pukul delapan lewat," ucap Andra sambil menyetir tapi tangan satunya memijit kepalanya yang terasa sedikit berdenyut. 

Sebab lebatnya hujan sudah meluluhlantakan perasaan teganya terhadap Alana. Dan Andra sangat membenci hatinya yang lemah. 

Meski kebencian pada Alana tetap menyatu dalam darahnya, tapi rasa iba dan sayang itu masih ada. Hanya saja Andra tidak mau menyadarinya. 

"Baiklah. Aku akan putar balik. Terpaksa aku harus mengantar Alana pulang." 

Andra memutar kembali mobilnya. Segelintir perasaan di hatinya, menolak untuk membiarkan Alana begitu saja. 

Begitu Andra kembali, Alana masih ada di sana. Dia tetap berdiri, namun kali ini sambil menggosok-gosokan kulit lengannya yang mulai kedinginan. 

Tubuh Alana makin membeku, ketika netranya melihat mobil Andra berdiri tepat di hadapannya. Alana sempat bingung karena Andra memilih kembali lagi, padahal jelas-jelas pria itu tadi sudah pulang dan mendahuluinya.

Andra menurunkan kaca mobilnya, lantas menatap Alana dengan lurus dan dalam. Tanpa senyum sedikit pun. 

"Cepat masuk ke mobilku! Aku akan mengantarmu pulang!" pinta Andra yang lebih terdengar seperti perintah. 

Alana segera menggeleng. 

"Terima kasih. Tapi tidak perlu repot-repot. Aku akan tetap berdiri di sini saja, mungkin sebentar lagi taksi akan lewat di depanku." 

Andra mendengus, lalu bibirnya melengkungkan senyum penuh ejekan. 

"Taksi? Apa kamu tidak tahu, Alana? Jika taksi yang melewati tempat ini, hanya sampai pukul delapan malam. Sekarang sudah mau pukul sepuluh. Kamu masih ingin keras kepala dan bersikukuh menunggu sesuatu yang tidak akan datang? Apalagi dalam keadaan sepi juga hujan lebat seperti ini. Nanti bukannya taksi yang kamu dapat, tapi para preman kota yang malah mengganggumu," kata Andra yang membuat Alana sedikit bergidik ngeri. 

Bagaimana jika para berandalan tiba-tiba saja datang dan melakukan tindakan kejahatan pada dirinya? Alana menelan ludah memikirkan itu. 

Andra melirik sebentar pada arloji di tangannya. Lalu ia beralih menatap Alana. 

"Terserahmu saja kalau kamu memang mau berdiri di sini sepanjang malam. Sebagai atasanmu, setidaknya aku sudah menawari tumpangan. Waktuku terlalu berharga jika hanya untuk menatapmu yang membisu seperti patung!" ketus Andra kesal, karena Alana tak juga menjawabnya. 

Alana terhenyak saat Andra mulai menyalakan mesin mobil, lelaki itu hendak pergi. 

Dengan segera Alana mendekat, sebelum Andra meninggalkannya seorang diri. 

"Andra. Tunggu! Engh..  Aku akan pulang denganmu," putus Alana akhirnya. 

Kakinya langsung berlari menerobos lebatnya hujan, lantas masuk dan duduk di sebelah Andra. 

"Jangan berpikir yang tidak-tidak, Alana. Aku mengantarmu hanya karena kamu adalah bawahanku. Jika kamu tidak bekerja denganku, maka kamu bukan siapa-siapa. Dan mungkin aku juga tidak akan peduli padamu!" cetus Andra begitu Alana baru saja menutup pintu mobil. 

Alana mengangguk pelan, sembari tersenyum miris. 

"Iya, Andra. Aku tahu siapa diriku. Aku rasa kamu tidak perlu mengingatkanku tentang hal itu," balas Alana sambil meremas roknya dengan kuat. 

Mantan Istri CEO TampanWhere stories live. Discover now