Bab 19

1.2K 189 0
                                    

Mature Content 21+

Happy reading, semoga suka.

Full version sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa. Bab perbab hanya bisa didapatkan di Karyakarsa.

 Bab perbab hanya bisa didapatkan di Karyakarsa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Luv,

Carmen

_________________________________________________________________________

Saat tiba di parkiran, kami kembali menggunakan elevator untuk turun ke lantai penthouse-nya. Ketika pintu elevator membuka dan kami berjalan keluar menuju ke unit penthouse-nya, tiba-tiba pria itu menahan lenganku dan menghentikan langkah kami.

"Tunggu," bisiknya.

"Apa?" tanyaku.

"Ini," ujarnya sambil menyerahkan sebuah kartu kunci dan aku menatapnya bingung.

"Itu adalah kunci penthouse-ku," lanjutnya sambil menampilkan senyum indah di wajah tampannya. Tentu saja aku menerimanya dengan senang dan langsung memeluk pria itu serta menciumnya. Di dalam benakku, aku terkejut ketika mendapati bahwa semua ini terjadi terlalu cepat melebihi harapanku tapi tentu saja, itu berarti sesuatu, bukan? Pria itu tidak mungkin sembarang memberikan kunci kediamannya kepada wanita mana saja.

"You are okay with this, Lana?" tanyanya kemudian.

"Um... ya," jawabku lalu melingkarkan lengan-lenganku di sekeliling lehernya dan menciumnya lagi.

Pria itu membalas ciumanku lalu melanjutkan kalimatnya, "Coba buka dengan kuncimu," ujarnya sambil tangannya bergerak untuk mengusap bokongku.

Aku dengan cepat mencobanya dan membuka pintu penthouse pria itu. Saat pintu terbuka, dia dengan cepat mengangkat dan membopongku ke dalam. Aku melingkarkan kedua lenganku di sekeliling lehernya saat pria itu membawaku masuk.

"Lana!" gerungnya.

Kami tidak pernah sampai ke tempat tidur. Hanya bisa mencapai sofa kulitnya yang lebar itu saat dia mendudukkanku di pangkuannya.

"Aku sangat menginginkanmu, Lana," ujar pria itu serak sambil mulai menciumiku.

"Aku juga menginginkanmu," bisikku pada bibirnya dan bibir pria itu mulai turun untuk mengecup leherku.

"Oh, Dale!" bisikku beberapa saat setelah kami meledak bersama dalam klimas yang hebat. Dia masih memangkuku dan bibirnya mendekat untuk mencuri ciuman singkat dariku.


"Indah," bisiknya kemudian sambil mengelus wajahku.

Aku tersenyum dan kembali mendekatkan bibirku untuk mengecupnya. Lalu perutku berbunyi dan pria itu terkekeh.

"Maaf," ujarku malu. "Tapi aku belum makan siang."

"Tidak apa-apa, aku juga kelaparan," ujarnya. "Kau ingin makan apa?"

"Aku tidak tahu. Kalau kau?" Aku bertanya balik.

"Aku ingin memakanmu," ucapnya terkekeh lalu dengan cepat membaringkanku di sofa lalu dia menjulang di atasku. Aku mengerang saat pria itu menciumi sisi leherku. Kami mungkin akan meneruskan kegiatan panas itu jika saja perutku tidak berbunyi kembali. Dale lalu duduk dan menunduk untuk menatapku.

"Chinese food?" tanyanya.

"Sounds delicious. Aku akan mandi sementara kau memesan makanan kita," ucapku padanya. Aku lalu bangun dan pria itu masih sempat menepuk bokongku saat aku bergegas ke kamar mandi.

Aku sedang menikmati kenyamanan shower pria itu saat aku merasakan lengan-lengan yang melingkariku. Aku menyandarkan diriku padanya saat tangan-tangan pria itu turun untuk menjelajah. Dia bergerak pelan menelusuri perut kencangku hingga mencapai bagian di antara kedua kakiku.

Sulit dipercaya bahwa pria itu, orang yang hampir tidak aku kenal, telah melihat, menyentuh dan mencium hampir seluruh tubuhku. Dia membalikkanku sehingga kini aku menghadap padanya.

"Angkat tanganmu," tuntutnya.

Tanganku otomatis terangkat naik dan menekan dinding keramik di belakangku. Dan sebelum aku sadar, pria itu sudah menciumi dan menjilati tubuhku.

"Dale!" jeritku saat pria itu memegang kedua pahaku dan mulai memberiku kenikmatan lewat sapuan lidahnya. Dan sebelum aku mencapai klimaks, bel pintu berbunyi dan menghentikan kegiatan kami. Pria itu dengan cepat berdiri lalu keluar dari ruang shower.

Aku menyusul keluar dari kamar mandi setelah berhasil menenangkan diriku. Aku lalu kembali ke kamar tidur dan mulai berpakaian kembali.

"Kuharap kau menyukai ayam dan brokoli," teriak pria itu dari ruang tamu.

"Ya, itu adalah favotriku," jawabku.

Aku lalu keluar dan menemukan pria itu di dapur. Kami kemudian duduk untuk makan siang bersama. Aku memberitahunya bahwa aku sangat menyukai makanan Cina dan bahkan memberitahunya bahwa ada restoran kecil di kota sebelah yang menyediakan makanan Cina yang sangat lezat. Aku tahu bahwa kami harus merahasiakan hubungan kami dari siapapun, jadi aku sengaja merekomendasikan restoran-restoran di mana kecil kemungkinan kami akan bertemu dengan seseorang yang mengenal kami. Aku juga menyebutkan tentang restoran Italia di pinggiran kota di dekat pantai. Aku berpikir mungkin dia akan mengajakku untuk makan bersama di salah satu restoran itu atau mungkin menyebutkan tentang restoran favoritnya, tapi Dale tidak mengatakan apapun.


Scandalous Love with Professor - Skandal Cinta dengan Sang ProfesorWhere stories live. Discover now