Bab 14

1.8K 217 6
                                    

Mature Scene 21+

Yang mau baca lebih lengkap dan detail, bisa ke Karyakarsa, sudah update bab 51-52.

Untuk pembaca di atas usia 21+, kalian bisa ke profil kalian dan masuk ke setting/pengaturan dan matikan content adult filternya ya.

Untuk pembaca di atas usia 21+, kalian bisa ke profil kalian dan masuk ke setting/pengaturan dan matikan content adult filternya ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Luv,

Carmen

________________________________________________________________________________

Aku sudah bisa mendengar suaranya ketika berdiri di depan kelas. Saat aku masuk ke dalam ruangan kelas, pria itu mengangkat kepalanya dan menatapku. "Sepertinya Miss Hope lagi-lagi lupa membaca peraturan di dalam silabus," komentarnya sambil menatapku dari atas ke bawah. Tubuhku terasa panas dan lumpuh di bawah tatapan pria itu. Ada sesuatu dari cara pria itu menatapku yang membuat jantungku berdebar keras.

"Duduklah," perintahnya kemudian. "Dan jangan tinggalkan kelas setelah kuliah berakhir, untuk mengganti waktu keterlambatanmu," ujarnya lagi sementara aku mencari tempat duduk kosong.

Aku sebenarnya kesal dengan cara bicara pria itu tapi aku berusaha mengabaikannya dan duduk.

Dale dengan cepat membahas materi dari tiga bab selanjutnya dan memberikan kami waktu setengah jam untuk membuat catatan dari ketiga bab tersebut. Sementara mencatat, aku menyempatkan diri untuk mengangkat wajah dan menatap pria itu yang ternyata juga sedang memandangku. Dia sedang bersandar pada kursinya dan mengangkat kedua kakinya ke sudut meja. Aku merasa wajahku terbakar karena tatapan langsungnya itu dan buru-buru membuang wajahku. Tapi sialnya, pria itu mulai berkeliling kelas, sambil bertanya kepada para mahasiswanya jika ada bagian yang tidak mereka mengerti. Sampai kemudian pria itu berdiri di sisi mejaku dan aku melihatnya memberiku cengiran khasnya. Mata seksinya yang dalam itu membuatku bergetar tapi kemudian dia terus berjalan tanpa mengatakan apa-apa dan kembali lagi ke depan kelas. Jadi aku lanjut mencatat.

Hampir pukul tujuh ketika kelas akhirnya dibubarkan. Dia meminta semua orang untuk menyerah kertas tugas ke atas mejanya sebelum meninggalkan ruangan. Dan tinggallah aku seorang diri di dalam kelas bersama pria itu, lagi. Dia kemudian menutup pintu dan berjalan ke mejanya sambil duduk di pinggiran meja.

"Kau bisa maju dan menyerahkan tugasmu," ucapnya padaku.

Jadi aku maju dan menyerahkan kertas tugasku, meletakkannya di atas tumpukan kertas mahasiswa lainnya.

"Apa kau punya pertanyaan tentang materi hari ini?" tanyanya kemudian.

"Tidak ada, Profesor Eckert."

"Mahasiswa yang lain harus memanggilku Profesor Eckert ataupun Eckert saja," ujarnya sambil mencengkeram lembut pergelangan tanganku. "Tapi kau... kau bebas memanggilku Dale kalau kita hanya tinggal berdua."

Sembari berbicara, tangan pria itu bergerak mengelus naik turun di pergelangan hingga ke dalam telapakku. Jari-jarinya membelai telapakku dan membuatku meleleh. Mataku terpejam, napasku terasa semakin cepat sementara erangan lolos dari bibirku. Aku bisa merasakannya turun dari meja dan berdiri di belakangku.

Kedua tangan pria itu memegang pinggulku dan dia menarikku padanya. Aku mengerang saat merasakan tangannya meremas pinggulku.

"Aku punya sesuatu untukmu," bisiknya pada telingaku sambil menggigit pelan daun telingaku.

"Apa?" bisikku pelan.

"Julurkan tanganmu," ucapnya.

Aku patuh dan menjulurkan tanganku dan mataku menatap ketika merasakan bahan kain halus di telapakku. Wajahku memerah saat sadar itu adalah celana dalamku yang tertinggal di penthouse pria itu.

"Kenapa kau begitu terburu-buru sampai melupakan ini?" godanya.

"Aku... aku pikir aku diharuskan pergi. Aku... kupikir itu yang kau inginkan," jawabku lagi dengan suara rendah dan terkesiap saat tangannya bergerak pelan ke balik ujung gaunku.

"Apa yang aku inginkan?" gerung pria itu. "Kau tidak tahu apa yang kuinginkan. Biar kutunjukkan padamu apa yang aku inginkan."

Aku terkesiap keras saat pria itu tiba-tiba mendorong dan membungkukkan ke sudut mejanya. Aku lalu mendengar suara risleting celana yang ditarik turun dan pria itu berada tepat di belakangku. Dia menaikkan gaunku dan merenggut turun celana dalamku dan mengusap tubuhku yang sudah lembap. Pria itu lalu mendekatkan dirinya pada dan berbisik di telingaku. "Tatap aku."

Aku menolehkan kepalaku dan pria itu langsung melesakkan dirinya ke dalam tubuhku. Aku terkesiap dan pria itu menggerakkan dirinya semakin ke dalam.

"Ini yang aku inginkan," gerung pria itu. "Aku menginginkanmu. Aku ingin berada di dalam tubuhmu. Aku menginginkanmu di ranjangku... Aku ingin mendengarmu memanggil namaku, memohon padaku..."

Pria itu berbicara sambil terus menggerakkan dirinya dengan kasar dan aku meneriakkan namanya dengan suara tertahan.

"I am going to cum!"

"Yes, cum for me, Lana!"

Ketegangan itu memenuhi diriku dan sebelum aku tahu, aku sudah meledak. Begitupun dnegan pria itu. Dia lalu menarik diri, menegakkan tubuhku lalu membalikkan diriku. Kami lalu berciuman dalam. Pria itu kemudian menendang lepas celananya dan menarikku lalu membawaku ke kursinya.

"Ride me," perintahnya saat mendudukanku di atasnya sementara wajah kami berhadapan.

Aku mematuhinya, menurunkan tubuhku dengan pelan dan membungkus pria itu dalam kerapatanku.

Masih sambil terengah di antara napas dan gerakanku, aku berbisik pada pria itu. "Kita... kita tidak seharusnya... tapi... tapi kita melakukannya."

"Ya, dan kita menyukainya," bisik pria itu sambil memelukku.

"Ini... ini benar-benar gila."

"Katakan padaku apa yang kau sukai. Saat aku menciummu? Saat aku menyentuhmu? Saat aku berada di dalam tubuhmu?"

Dia menarikku mendekat dan kembali menutup mulutku.

"Ya," bisikku saat kami menjauhkan bibir kami.

"Katakan lagi," desak pria itu.

"Aku suka caramu menciumku, menyentuhku dan bagaimana kau memenuhiku."

"You like it hard? Rough? Fast" tanya pria itu denga suara yang semakin berat dan kasar.

"Ya, ya, semuanya."

"Aku punya satu permintaan," ucapnya sambil menahan gerakanku dan aku mengerang.

"Ya ampun, kau benar-benar suka mengendalikan semuanya?" ucapku terengah. "Apa?"

"Aku ingin membuat kesepakatan denganmu. I want you in my bed."

"Kau... kau menginginkannya?" tanyaku agak terkejut.

"Ya."

"Untuk... berapa lama?" erangku di tengah serbuan ciuman pria itu di dasar leherku.

"Untuk sementara."

Lalu dia mulai menggerakkanku dan aku kembali mengerang.

"Jawabanmu?" tanyanya sambil menggerakanku kasar.

Aku tahu, aku hanya kekasih sementara. Tapi... oh, persetan! Pria itu benar-benar nikmat dan bagaimana dia mengendalikan tubuhku membuatku akan mengiyakan apapun yang diinginkannya.

"Oke, oke, apapun yang kau inginkan, Dale."

"Tinggal bersamaku beberapa malam dalam seminggu?" desaknya lagi.

"Ya, ya, ya!"

Dan kami kembali mencapai puncak ketika gairah tak terkendali itu meledak lagi di antara kami dan kami menggerakkan tubuh dengan begitu kasar dan cepat sehingga segalanya meledak dalam sekelip mata.

Scandalous Love with Professor - Skandal Cinta dengan Sang ProfesorWhere stories live. Discover now