Bab 5

2.7K 219 3
                                    

Happy reading, semoga suka.

Yang mau baca duluan, bisa ke Karyakarsa. Bab 22-23 sudah update.

Dan ada cerita baru di Karyakarsa dan Playstore, langsung tamat ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Dan ada cerita baru di Karyakarsa dan Playstore, langsung tamat ya. Khusus dewasa ya. Enjoy.

 Enjoy

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Luv,

Carmen

____________________________________________________________________

Bun's penuh ketika kami tiba. Nyaris tidak mungkin mendapatkan meja jika bukan karena kami mengenal pemiliknya. Di bawah pengawasan Ingrid, restoran ini benar-benar ramai dan menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit.

Saat melihat kami berdua, Fransisca dan Ingrid langsung memeluk kami. Aku menatap Fransisca yang masih elegan seperti biasa dengan penampilan anggun bak model dan merasa bahwa dia memang paling tepat bekerja di galeri seni terkenal. Dan tak heran kalau Fransisca adalah yang pertama di antara kami yang sudah bertunangan. Sementara Ingrid tampak lelah tetapi bersemangat dan dengan kegiatannya yang sibuk menjalankan bisnis kulinernya, tapi aku tahu bahkan kehidupan sosialnya jauh lebih baik dari aku.

Percakapan kami langsung mengalir begitu kami duduk di meja. Lalu berkembang lebih cepat dan berfokus pada pria yang ditaksir dan kekasih-kekasih. Aku tidak punya informasi yang bisa kubagi karena aku masih lajang. Bukannya aku tidak pernah pergi berkencan, tentu saja aku melakukannya walaupun aku tidak ingat kapan terakhir kali aku melakukannya – tapi semua teman-teman kencanku itu tidak pernah membuatku merasakan... kau tahu, seperti misalnya jantungku memompa keras dan berdetak tidak beraturan atau merasakan ketertarikan luar biasa dengan pria yang mengajakku keluar. Belum, itu belum pernah terjadi padaku.

Ya, memang tidak, sampai kemarin. Benakku berbisik, mengingatkanku akan momen ketika aku bersama sang profesor. Aku merasakan begitu banyak emosi yang belum pernah kurasakan ketika bersama dengannya. Aku mengingat pria yang kutemui di lorong kemarin, Shawn, sesuatu juga menggelitik dadaku tapi hanya itu... rasanya berbeda, tidak sekuat dengan yang kurasakan pada Profesor Eckert.

"Alanis!"

Aku terkesiap saat seseorang memanggilku. Aku menoleh dan menatap Fransisca.

"Y... ya?"

"Oh, Lana, berhentilah melamun." Itu suara Claire. "Dia sudah melakukan ini berkali-kali semester ini."

"Tidak, itu tidak benar, aku hanya..."

"Kalian tahu kenapa dia melamun?" tanya Claire sambil menyeringai.

"Come on, Claire, hentikan."

Aku tahu apa yang akan dikatakannya. Tapi Claire sama sekali tidak bisa dihentikan.

"Ada apa?" tanya Ingrid penasaran.

"Lana might have a crush on Professor Eckert."

Begitu kata-kata itu keluar, semua orang terkesiap. Aku menggerung kesal pada Claire yang hanya tertawa pelan. Aku seharusnya membunuh Claire atau setidaknya membocorkan beberapa rahasia kotornya.

"Benarkah itu?" tanya Fransisca.

"Dia mengajar di kelas Tata Kelola Pemerintahan dan mereka sempat berbicara sebentar setelah kelas selesai dan sepertinya mereka berdua... saling tertarik."

Aku mendengus dan memutar bola mataku. "Jangan berlebihan, Claire."

"Tapi dia memang sangat tampan," komentar Ingrid.

"Tapi juga mata keranjang," tambah Fransisca. "Kau tidak perlu meladeninya, Lana."

"Aku tidak tertarik padanya," yakinku walaupun rasanya aku memerah malu karena kata-kata itu sendiri.

"Tentu saja kau tidak," ucap Claire penuh arti.

"Pertama-tama, aku tahu tipe seperti apa dia dan aku sama sekali tidak ingin berurusan dengan pria seperti itu. Yang kedua, bukannya seperti dia tertarik padaku, kami hanya berbincang sejenak. Yang ketiga, aku hanya tertarik untuk berfokus pada satu hal – aku akan lulus tahun ini."

"Oh, kalian berdua saling tertarik, jangan menyangkalnya," ujar Claire sambil terkikik. "Lagipula apa yang salah dengan bersenang-senang sebelum kelulusan?"

"Betul apa yang dikatakan oleh Claire. Lihat aku, aku juga bersenang-senang dulu, begitu juga sekarang," ucap Ingrid menambahkan.

"Kau harus menghindari pria seperti itu, Lana." Hanya Fransisca satu-satunya sahabatku yang masih waras.

"Bagaimana dia bisa menghindar? Eckert adalah profesornya, Fransisca," komentar Claire dengan seringai licik.

"Ya, tapi percayalah, jika ada opsi lain, aku akan mengambilnya, siapa tahu akan ada profesor baru untuk subjek ini," kataku kemudian.

"Terima saja apa yang terjadi sekarang, Lana. Ride out the situation and ride him in the process," goda Ingrid dan seketika meja mereka meledak oleh tawa.

"Kalian tidak perlu terlalu berlebihan dan mengada-ada. Dia tidak tertarik padaku seperti aku tidak tertarik padanya. Aku yakin Profesor Eckert memiliki ratusan wanita cantik yang bisa dipilihnya dengan mudah dan sudah pasti aku tidak akan menjadi salah satunya. Sekarang, lupakan pria itu, kita sarapan saja. Aku masih punya kelas jam 10 nanti," omelku.

Claire dan Ingrid masih menatapku dengan seringaian di wajah. Hanya Fransisca yang tampak serius.

Setelah selesai sarapan, aku mengantarkan Claire pulang sebelum pergi ke kampus. Aku memutuskan untuk berbelanja bahan makanan nanti karena kelas pagiku sudah hampir dimulai.

Scandalous Love with Professor - Skandal Cinta dengan Sang ProfesorWhere stories live. Discover now