Bab 12B

1.8K 213 1
                                    

Happy reading, semoga suka.

Yang mau baca duluan dan yang lebih lengkap, bisa ke Karyakarsa ya, bab 46-48 sudah update, mengandung adegan 21+ ya.

Yang mau baca duluan dan yang lebih lengkap, bisa ke Karyakarsa ya, bab 46-48 sudah update, mengandung adegan 21+ ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Luv,

Carmen

______________________________________________________________________________

Saat tiba di rumah, aku tergoda untuk mandi berendam yang lama untuk merilekskan tubuhku yang tegang dan sakit tapi aku tahu kalau aku harus bersiap-siap untuk kelasku. Aku masih punya tugas yang belum kukerjakan karena aku menghabiskan malamku dalam kubangan dosa. Tubuhku bergetar ketika mengingat berapa banyak kali kami bercin... maksudku, berhubungan seks. Sebenarnya aku akan lebih senang jika tdak terus menerus memikirkan pria itu setelah tadi malam tapi rasanya aku belum sanggup. Well, tidak apa-apa, pelan-pelan saja. Aku baru saja melakukan hubungan satu malam, wajar jika aku masih memikirkannya karena malam tadi begitu hebat. Pria itu telah mewujudkan malam penuh mimpi bagiku dan aku tidak perlu menyesali apapun.

Aku lalu masuk ruang shower dan mulai membersihkan tubuhku dari sisa-sisa gairah kami. Pikiranku singgah pada percakapan kami sepanjang makan malam. Pria itu membuka dirinya dan menceritakan banyak hal tentang keluarganya, aku juga terkejut ketika mendapati bahwa aku melakukan hal yang sama. Pria itu dan aku sepertinya memiliki kecocokan dan aku yakin kalau kami menghabiskan waktu bersama, hubungan kami akan hebat. Terpikir olehku untuk memintanya minum kopi bersamaku atau mungkin pergi berkencan, tapi itu akan membuatku sama seperti wanita lain yang mengejarnya. Jadi lebih baik seperti ini, biarkan tadi malam menjadi kenangan yang akan selalu aku ingat di dalam hatiku, jangan merusaknya. Mungkin akan terasa berat karena aku akan sering melihat pria itu, apalagi dia adalah dosenku, tapi aku hanya perlu berfokus pada apa yang menjadi tujuan awalku dan semuanya pasti akan baik-baik saja.

Aku lalu keluar dari ruangan shower dengan tekad untuk menjadi produktif. Saat memilih pakaian, aku memutuskan untuk mengenakan gaun bunga-bunga berwarna kuning sependek lutut karena cuaca hari ini cukup hangat. Setelah selesai berpakaian, aku mulai mengerjakan tugas-tugas yang tidak bisa kukerjakan tadi malam. Aku bahkan membaca beberapa bab yang akan menjadi materi kuliah hari ini dan mencatat beberapa catatan yang kurasa penting. Setelah semuanya selesai, barulah aku memiliki keberanian untuk mengecek ponselku. Tadinya aku berpikir bahwa pria itu mungkin akan menghubungiku tapi aku baru ingat kalau dia bahkan tidak memiliki nomorku. Yang ada hanyalah lusinana panggilan tak terjawab dari ketiga sahabatku.

Aku menelepon Ingrid terlebih dulu lalu Fransisca dan memberitahu mereka bahwa aku baik-baik saja, bahwa aku minum obat tadi malam karena masuk angin dan tidur lebih cepat. Syukurnya, mereka sepertinya terdengar lebih peduli pada kesehatanku daripada sibuk bertanya tentang hubunganku dan Dale. Saat ini, aku benar-benar tidak nyaman mendiskusikan pria itu dengan siapapun, bahkan dengan sahabat-sahabat terbaikku sekalipun. Aku segera menyudahi percakapan dengan Fransisca karena dia mulai terobsesi dengan ramuan-ramuan herbal untuk menyembuhkan fluku.

Aku tidak menelepon Claire karena aku tahu kalau kami akan bertemu di kelas nanti. Lagipula, dia mungkin tidak akan begitu mudah diyakinkan dengan alasan sakitku, jadi aku mungkin harus memutar otak untuk mencari sesuatu yang lebih meyakinkan.

Aku dengan cepat mengumpulkan semua barang-barangku dan keluar dari unitku menuju elevator. Biasanya aku akan memilik tangga untuk menghindari Caleb tapi hari ini tubuhku tidak sanggup. Aku lalu masuk ke dalam elevator dan menutup mata, menekankan kepalaku ke dinding yang dingin itu. Lalu aku mendengar denting elevator dan pintu terbuka. Tebak siapa yang ada di hadapanku? Yap, itu Caleb, lengkap dengan senyum lebarnya.

"Selamat pagi," ujarnya dengan suara yang ceria dan tinggi, terdengar dan juga tampak bersemangat.

"Selamat pagi, Caleb," sapaku, jauh dari kata bersemangat.

"Aku tidak melihatmu naik tadi malam," ujarnya lalu bergerak masuk dan berdiri di sampingku.

"Oh, aku ada kelas malam," dustaku.

Sebenarnya aku tidak berutang penjelasan apapun pada pria itu. Aku tengah berpikir apa yang akan dikatakannya jika aku mengatakan alasan sebenarnya kenapa aku tidak pulang semalaman.

"Alanis?"

"Ya..." Aku mengerjap, keluar dari pikiranku sendiri. "Ya?"

Pintu elevator membuka dan aku bersiap keluar tapi ucapan pria itu menahanku.

"Aku... um... aku... kau ingin makan malam bersamaku minggu ini? Kapan saja, aku bisa mengikuti jadwalmu."

Lagi, aku sebenarnya akan kembali membuat alasan lain untuk menolak pria itu secara halus tapi kemudian aku merasa bahwa ini harus dihentikan. Aku sudah lelah membuat alasan, pria itu sepertinya tidak mau mengerti jadi satu-satunya cara adalah dengan berterus terang. Jadi aku memutuskan untuk memberitahu pria itu secara jelas apa yang aku rasakan untuknya.

"Um... Caleb, bolehkah aku jujur? Aku tidak tertarik padamu. Aku tidak ingin menyakiti perasaanmu ataupun membuang waktumu. Kau... usiamu hampir dua kali lipat aku dan aku biasanya hanya mengencani pria-pria yang usianya tidak terpaut jauh dariku."

"Oh... oh ya, ya... kurasa aku sendiri yang tolol... mengejar-ngejar seorang gadis yang bisa sebenarnya lebih cocok menjadi anakku," jawabnya lalu dia bergegas keluar, tubuhnya masih sempat menyapuku halus ketika dia keluar dari elevator dan berjalan menuju tempat parkir. Aku melihatnya masuk ke mobil dan melaju pergi. Sebenarnya aku tidak ingin membuat pria itu kecewa ataupun sedih, tapi dia sepertinya tidak mau memahami penolakan-penolakan halusku. Aku merasa tidak nyaman dikejar-kejar oleh seorang pria yang usianya mendekati ayahku. Perbedaan umur yang besar itu membuatku sangat tidak nyaman. Kuharap dia akan mengerti.

Scandalous Love with Professor - Skandal Cinta dengan Sang ProfesorWhere stories live. Discover now