Edseg

536 22 3
                                    

Zarvan, Alessia, dan rombongan menuju perbatasan bagian utara wilayah Zkydrum, yaitu Edseg. Mereka melewati hutan sehingga berulangkali Zarvan harus menepis ranting-ranting pohon yang sekiranya akan melukai Alessia. Alessia pun harus menunduk dan menutupi wajahnya.

Jarak dari kerajaan ke perbatasan utara memang tak jauh sehingga Zarvan mengizinkan Alessia untuk ikut berkuda. Tak lama kemudian, mereka sampai di Edseg dan segera disambut oleh penduduk dengan sukacita. Mereka mengelu-elukan Zarvan.

"Hidup, Lord Zarvan! Hidup Lord Zarvan! Hidup Lord Zarvan!"

Zarvan membantu Alessia untuk turun dari kuda dan menggenggam tangan istrinya untuk maju ke depan. Zarvan mengangkat tangan kanannya untuk memberikan reaksi atas para warganya. Sementara Alessia hanya tersenyum ramah menatap mereka satu persatu.

Para penduduk menundukkan kepalanya saat Zarvan melewati mereka. Tak sedikit yang mencuri pandang ke Alessia karena memang baru pertama kali mereka melihatnya.

"Itu Queen Alessia?" bisik seorang penduduk laki-laki.

"Iya. Princess Alessia dari kerajaan Zephora."

"Cantik sekali!"

"Dia memang dinobatkan sebagai wanita tercantik abad ini."

"Salam Lord Zarvan," kata seorang wanita paruh baya seraya menundukkan kepalanya. "Selamat datang di Edseg."

Selain daerah perbatasan utara Zkydurm, Edseg adalah daerah yang memiliki penduduk manusia paling banyak di Zkydurm. Tak sedikit yang menikah dengan kaum vampir.

"Aaaa itu Lord Zarvan!" teriak segerombolan anak kecil berlari dengan riang dari kejauhan. Mereka mengerumuni dan memeluk Zarvan.

Natasha tergelak melihat pemandangan itu. Rupanya suaminya itu sangat diidolakan oleh anak-anak, membuat Natasha diam-diam menatap kagum suaminya.

Apakah ia punya sisi lembut ke anak-anak? batin Alessia.

"Kau Queen Alessia?" tanya seorang anak perempuan menatap Alessia.

Alessia mengangguk dan tersenyum. "Namamu siapa, Manis?"

"Arlin. Ini untukmu!" serunya seraya memberikan setangkai mawar merah untuk Alessia.

"Ah, terima kasih," Natasha terharu menerima bunga itu.

"Kau cantik sekali," puji Arlin.

"Kau lebih cantik," jawab Alessia sembari mencubit pelan pipi Arlin.

Seoranh anak laki-laki menyerobot Arlin dan berdiri di depan anak perempuan itu. "Kau Queen Alessia?" tanya anak laki-laki seraya tersenyum lebar.

"Iya," jawab Alessia tersenyum. Tangannya terulur membelai puncak kepala anak laki-laki itu.

Tiba-tiba anak laki-laki itu menangkap tangan Natasha dan menggigit pergelangan tangannya. Ia hisap darah Alessia dengan beringas.

"Ah!" Alessia meringis kesakitan.

Zarvan mengerjap dan segera menarik Alessia, sedangkan Nourvry menarik anak laki-laki itu. Zarvan menggerakkan tangannya di atas tangan Alessia untuk menutupi luka itu. Sayangnya, bau darah Alessia yang begitu kuat sudah memancing datangnya penduduk vampir. Zarvan menggenggam tangan Alessia dan menyembunyikan Alessia di belakang tubuhnya.

"Kembali ke urusan masing-masing!" titah Zarvan menggelegar.

"Ma-maafkan kelancangan anak saya, Lord Zarvan," kata seorang perempuan yang bersujud di depan Zarvan.

Zarvan menatap tajam anak laki-laki itu dan beranjak maju, tangannya sudah siap untuk memberikannya pelajaran karena sudah menyakiti Alessia. "Jangan, Zarvan. Dia hanya anak kecil yang masih polos," tahan Alessia.

A Red RoseWhere stories live. Discover now