Pernyataan Cinta

1K 27 2
                                    

Kondisi Alessia sudah sepenuhnya pulih. Kini, ia bingung harus melakukan apa. Mau membantu Zarvan mengenai kerajaannya, tapi ia belum siap bertemu lelaki itu. Felicia sedang tidak ikut ke istana. Ia berhenti di depan sebuah ruangan.

"Perpustakaan?" Alessia membaca nama ruangan itu. Akhirnya ia memutuskan untuk memasukinya. Toh ia juga rindu membaca buku di perpustakaan kerajaan.

"Sepi sekali," gumam Alessia saat melihat tidak ada seorang makhluk pun di dalam ruangan itu. "Apakah ruangan ini jarang dimasuki? Atau vampir memang tidak suka membaca?"

Ruangan perpustakaan itu sangatlah luas dan besar. Terdapat banyak rak-rak yang menjulang tinggi. Buku-bukunya pun kebanyakan berukuran besar. Ada beberapa rak berkaca yang menyimpan buku-buku tebal yang bergembok. Itu pasti tidak sembarang orang boleh membacanya. Alessia melewati rak itu begitu saja, toh ia juga tidak ingin tahu apa isi buku-buku itu.

"Cantik sekali," gumam Alessia setelah menarik salah satu buku. Terdapat ukiran bunga mawar di sampul dan punggung buku itu. "Sejarah kerajaan vampir," katanya membaca judul buku itu.

Alessia membawa buku itu ke meja untuk dibacanya. Ia duduk di kursi dan mulai membuka buku itu. Seperempat buku itu telah dibacanya dan isinya umum tentang riwayat leluhur vampir. Pembahasan di tengah-tengah buku menarik perhatiannya.

"Bunga mawar merah adalah simbol keabadian bagi kaum vampir," baca Alessia menyusuri bait pertama. "Durinya melambangkan taring vampir yang tajam dan warna merah melambangkan warna darah yang menjadi kebutuhan utama serta kemolekannya melambangkan hasrat yang harus dipenuhi. Mawar merupakan tanda keagungan bagi vampir murni. Indah, namun tak tersentuh."

Semakin Alessia membaca bait demi bait mengenai pentingnya bunga mawar bagi kaum vampir, ikatan simpul di kepalanya mulai terurai. Ia mencoba mencerna informasi yang ia dapatkan.

"Jadi maksudnya, hidup vampir murni begitu bergantung pada bunga mawar merah?" ucap Alessia menyuarakan pikirannya. "Itu sebabnya mendiang ibu Zarvan sangat merawat taman mawar di istana ini?"

"Itu benar, Princess Alessia," sahut suara yang mengagetkan Alessia. "Maafkan aku telah mengagetkanmu. Aku Marius, penasehat kerajaan Skydrum."

Alessia segera berdiri, "Aku Alessia. Maafkan aku. Aku belum mengenal dan melihatmu selama di sini. Maafkan aku juga karena telah lancang masuk kemari."

Penasehat yang sudah sepuh itu tersenyum lembut, "Tak apa. Perpustakaan ini memang sangat jarang dimasuki. Mengenai kita yang belum pernah bertemu sebelumnya, ya, memang Lord Zarvan begitu posesif melindungimu, Princess." Perkataan penasehat Marius sukses membuat Alessia tersipu. Seperti itukah yang terlihat oleh mereka tentang hubungannya dengan Zarvan?

"Bisa kita bicara sebentar?"

"Oh, boleh," jawab Alessia sembari mempersilakan penasehat Marius untuk duduk. Kemudian disusul dirinya.

"Sudah kuduga, selain cantik, kau adalah perempuan yang pandai. Terlihat dari cara kau menyimpulkan literasi mengenai kami."

"Tidak, aku tidak sepandai itu. Aku hanya mencoba menghubungkannya saja," ucap Alessia.

Apakah Zarvan sudah mengetahui mengenai pentingnya mawar merah bagi kaum mereka? Ah, dia pasti sudah tahu. Tidak mungkin dia tidak tahu. Dia seorang vampir yang cerdas dan dia merawat taman mawar ibunya selama ini. Pasti ibunya juga sudah menjelaskan.

Tanpa diminta, penasehat Marius menjelaskan secara lebih rinci tentang pentingnya mawar merah bagi kaum vampir. "Akan ada saatnya sang mawar merah datang sebagai pasangan seorang vampir murni, dimana ia akan sangat bergantung padanya."

"Mungkin sekarang Lord Zarvan sudah menemukan sang mawar merah itu," lanjutnya.

Siapa? Pikir Alessia. Entah mengapa ada perasaan sesak saat ia mengetahui kalau Zarvan sudah menemukan pasangannya. Apakah ia akan dibuang atau diusir karena tidak dibutuhkan lagi?

A Red RoseOnde histórias criam vida. Descubra agora