9 - Penjaga Hatiku

19 3 0
                                    

Tak sadar ku temukan.
Temukan wanita rupawan yang sadarkan.
Dia seorang tiada lain tiada bukan.
Hanya dia.

Ku resapi lirik itu lalu ku amati di dalam hati. Dibayangkan ku, muncul Nessa. Ya, dia adalah seorang wanita yang tak sadar ku temukan dan tak ku sangka dia kini ada di dalam hatiku. Hanya dia.

Dia buat ku nyaman.
Dalam hangat pelukan.
Dia perasaan yang mengerti yang ku rasa.
Hanya dia.

Lagi-lagi dalam beberapa lirik itu "Hanya dia" yang ku bayangkan. Seorang yang membuat ku nyaman tanpa sentuhan atau pelukan darinya.

Layaknya hanya sebuah sinyal keberadaannya di sekitar ku bisa membuat hatiku nyaman. Aku berterima kasih kepada takdir telah mempertemukan dia dengan ku.Walaupun hubungan kami tidak terlalu dekat, tapi hanya dengan adanya dia di sisiku itu sudah cukup.

Seperti sekarang. Aku bersamanya di gudang yang terkunci dari sore hingga malam. Di ruang ini hanya ada aku dan dia. Tampak dia cemas, namun ku tidak.

Ada dua faktor yang membuat ku tidak terlalu cemas. Pertama, aku sudah terbiasa terkurung dan yang kedua, ada dia di sampingku.

Tak sadar tatapan ku hanya mengarah kepadanya. Untungnya dia tak menatap ku balik karena sibuk menggedor-gedor pintu yang tak ada jawaban sama sekali dari luar sedari tadi.

Karena lelah, dia duduk di samping ku. Seketika aura canggung mulai menyelimuti ku. Dia yang sadar karena dia duduk terlalu dekat dengan ku menjauhi ku sedikit.

"Sorry," ucapnya singkat.

Lagu yang berjudul "Penjaga hati" masih terus bernyanyi di Headphones yang ku pasang di telingaku.

"Rendra." Ku lepaskan Headphones dari telingaku karena dia memanggilku. Lalu ku tatap dia dengan wajah tanda tanya.

"HP lo gak bisa berfungsi apa? Cuma di pakai buat dengerin musik doang." Nadanya seperti kesal.

Aku menggeleng. "Sinyal di sini buruk."

"Haduh..." Ku lihat tangannya yang menepuk pada dahi. "HP gue di loker. Sampai pagi kita di sini entar. Emang anjing tu Shera."

Dia sebelumnya pernah bercerita kepadaku kalau dia berkelahi dengan Shera dan berakhir di kurung oleh Shera di sini. Dan aku ikut terkurung.

Aku sudah tau dari awal jika Shera mempunyai sifat yang tak baik seperti ini. Aku tak suka itu. Jadi aku tak heran ketika tahu ini adalah ulah dari Shera.

Dan aku juga salah satu orang yang tak suka kepadanya karena sifatnya dan tingkahnya apalagi sampai merundung orang yang lemah. Dan dia malah menyukaiku. Menyebalkan. Aku masih diam tak menanggapi ucapannya tadi. Lalu dia berkata. "Lu kok santai sih? Kagak panik."

Lagi-lagi aku diam seperti orang lugu. Apa yang harus ku jawab. Kali ini aku tak mau bersikap acuh kepadanya, titik!!! Akan ku lawan sifat ku.

"Emm.... Aku sudah terbiasa."

Dia terlihat sedikit melongo mendengar ucapan ku. Entah apa yang terbayang di benaknya ketika aku bilang seperti itu.

"Maksudnya, lo terbiasa di kurung gitu?"

Aku mengangguk.

"Kok bisa?" matanya mendelik.

Ku tarik nafas ku lalu ku buang dengan berat. Oke, Narendra. Hal yang berat ini akan kau ceritakan kepadanya. Tapi, rasanya berat membuka mulut untuk menceritakannya.

Namun hatiku berkata, dia adalah orang yang tepat untuk menceritakan semua penderitaanku.








* * *





Dear Rendra Where stories live. Discover now