4 - Nessa Bar Bar

15 2 0
                                    

Bug...

"Aww shhiittt!!" Nessa terpeleset karena ulahnya sendiri. Ia tak sadar menjatuhkan susu di lantai. Entah apa yang dipikirkan Nessa hingga susu yang ia bawa tumpah hingga akhirnya terpeleset.

Clara yang sedang menonton TV hanya tertawa melihat Nessa. "Makanya, jangan banyak tingkah."

"Nolongin kagak lu," cetus Nessa. Dia berusaha bangkit sendiri sambil mengelus bokongnya yang sakit.

Sudah dua kali dia jatuh-dua kali juga dia cuma di lihatin enggak di tolongin. Eh, dua kali juga bokongnya sakit karena jatuh.

"Hedeh.... Sial amat idup gue hari ini," ucapnya seraya menghempas diri di sofa tepatnya di samping Clara hingga cemilan yang ada di tangan sepupunya tumpah.

"Nessa!!!! Kalo duduk yang bener dong ah!!!! Tumpah kan cemilan gue!!!" marahnya, memang ketika ada Nessa di sampingnya harus perbanyak sabar.

Untung saja Clara sabar, terkadang. Jika kesabaran Clara sudah habis, ia tak segan-segan mencabik-cabik sepupunya sampai meminta ampun.

"Biarin, biar sama-sama sial kita. Kasiaalan harus di bagi sesama sepupu." Nessa nyengir dengan kata-katanya.

Clara pun jadinya yang awalnya kesal tambah kesal. Kesabaran Clara yang setebal buku fisika, kini sudah menipis. Clara mulai mengambil ancang-ancang untuk mencabik-cabik Nessa.

Nessa menghindar ketika sepupunya ingin menjambak rambutnya. Clara tak menyerah, ia mengejar Nessa di seluruh sudut ruang apartemen.

Usai sekian lama kejar-kejaran, Nessa akhirnya berhenti . "Dah... cukup..." Nessa kewalahan. Nafasnya tak teratur. Ia mengambil Inheler asma di kantong celananya.

Ya, Nessa punya asma. Sejak kecil. Setiap hari ia selalu membawa Inheler asma punyanya itu di kantong. Jika tidak, nyawanya mungkin akan melayang.

Nessa sangat sensitif terhadap berbagai jenis bunga. Asma-nya akan Kambuh jika ia mencium bunga. Tak hanya itu, debu juga bisa membuat asma kambuh.

Walaupun ia memiliki asma, ia tidak peduli. Tak peduli jika memiliki asma adalah masalah yang besar. Toh, asma yang ia derita tak akan kambuh jika menghindar dari suatu hal yang membuatnya kambuh.

"Sialan. Awas aja kalo besok adalah hari gue yang paling sial," ucap Clara dengan nafasnya yang masih terengah-engah.

"Biarin... Wlee...." olok Nessa yang bikin Clara lagi dan lagi kesal.

Clara memutar bola matanya. Menghela nafas lalu angkat kaki dari hadapan Nessa. Nessa hanya tersenyum menampilkan deretan giginya. Misinya sukses mengganggu Clara.

Tak usah heran memang itu salah satu sifat Nessa, suka jail sama orang. Andai saja Clara bisa mengusir Nessa, mungkin belum satu hari Nessa sudah angkat kaki dari apartemen itu.

Nessa tidak hanya numpang ya, apartemen yang sedang mereka tempati sekarang bayarnya patungan dari orang tua mereka.

Apartemennya tak terlalu besar tapi tak terlalu kecil juga. Apartemennya juga bagus, minimalis. Dipadu dengan warna cream, putih dan coklat.

Di bagian depan sampingnya ada dapur langsung lengkap dengan meja makannya, dan di belakangnya terhubung dengan ruang TV.

Di sebelah Ruang TV ada satu kamar. Mereka tidur satu kamar tapi beda ranjang, beda lemari, dan meja belajar masing-masing.

Ada balkon di kamar yang langsung terhubung dengan ruang TV. Tak lupa toilet yang ada di sebelah kamar dekat dapur.

Sekarang Nessa sedang berada di balkon. Menyeruput secangkir milk tea yang di berikan oleh Clara yang kini ada di sampingnya. Apartemen mereka ada di lantai dua puluh, cukup tinggi untuk bisa melihat pemandangan sore hari di kota yang cantik.

Dear Rendra Where stories live. Discover now