BAGIAN EMPAT PULUH SATU

Start from the beginning
                                    

“Ck! Kangen aku. Atau yang lain, hm?” bisik Alya berhasil membuat Lorenza terkekeh kecil. Sebelum menghirup dalam aroma tubuh yang ia rindukan, masih sama. Tenang dan memabukan, aroma yang lebih candu dari alkohol.

“Masih sama kaya dulu, nakal.

“Oke stop! Lo berdua gak usah mesraan disini! Al. Lo jadi gak, tandingnya?” tanya Max jengah melihat tingkah Lorenza sahabatnya yang begitu dingin itu tiba-tiba berubah drastis.

“Jadi.” kata Alya melepaskan secara paksa pelukan Lorenza. “Gue tahurin lubang seseorang.”

“APA?!” kaget orang yang berada di arena. Tak mengira jika Alya sangat nekat walau mereka tahu jika gadis itu begitu tak terduga. Tapi kali ini? Sungguh! Di luar ekspektasi mereka.

“Ck! Gak usah lebay. Lagian, kalian udah sering, kan dapat tahuran kaya gini?” tanya Alya bersedekap dada. “Terutama kamu!” sinis Alya menunjuk wajah Lorenza dengan telunjuknya tanpa rasa takut. Sedangkan orang di sekitarnya hanya bisa menahan nafas mereka, karena tak ada yang berani pada sosok lelaki tegap yang penuh misteri itu.

Terkekeh pelan, Lorenza mengecup jari milik Alya yang menunjuk wajahnya. Hah, Walaupun berpisah dengan sang gadis. Ia tak akan bisa menyembunyikan apapun dari Alya, cucu kesayangan keluarga Xivanya.

Memutar bola matanya malas. Alya memilih kembali naik pada mobilnya, menatap sejenak pada wanita di sampingnya. Sebelum berkata, “Lo harus rasain. Gimana menderitanya sepupu gue dan Queen, jadi. Ayo kalah, dan buat lo kembali merasakan nikmat bersetubuh dengan lelaki perkasa disini.” setelahnya, Alya terkekeh sebelum melajukan mobil untuk berada di garis star.

“SIAP?”

Mengacungkan jempol mereka. Alya dapat melihat lawannya yaitu Max sendiri, lelaki yang merupakan salah satu pembunuh bayaran yang paling di takuti di negara mereka.

DOAR!

Setelah peluru berhasil di lepaskan ke atas, Alya segera menginjak pedal. Melajukan mobil dengan kecepatan penuh, bahkan ketika di tikungan, bukannya menginjak pedal rem. Alya malah menambah kecepatan mobilnya, membanting stir mobil dengan kepala wanita itu yang ikut terbanting ke samping. Hingga dimana, kala putaran kelima, yaitu putaran terakhir. Alya malah menghentikan laju mobilnya, yang berhasil membuat wanita itu terpental ke depan.

Membuka bungkus permen balon yang berada di saku jaket kulit yang ia pakai. Alya menoleh sejenak, menatap remeh pada wanita di sampingnya yang terlihat begitu gelisah. Alya cukup terhibur dengan wajah memelas itu, seakan menyuruh ia untuk melajukan mobil untuk mencapai garis finis. “Lo takut? Tenang. Ini, kan bukan pertama kalinya, benar?”

Tak ada jawaban.

Alya sudah biasa di acuhkan oleh wanita bisu ini. Sudah terlalu malas untuk bicara, tapi. Jika tak bicara dan menganggu wanita di sampingnya, Alya akan merasa hampa. “Selamat bersenang-senang.” kata Alya kala matanya menatap mobil Max yang melewati garis finis. Baru setelahnya, mobil Alya segera melaju. Ini adalah hukuman pertama Alya, ia tahu jika wanita di sampingnya ini tak pernah terjamah oleh siapapun. Maka dari itu, hukuman ini akan sangat di kenang dan mungkin menjadi awal kehancurannya, karena berani bermain-main dengan keturunan Xivanya.

Keluar dari mobil hanya untuk memberikan selamat pada Max. “Selamat, Max. Gue yakin lo gak bakal rugi,” bisik Alya dengan lengan yang hendak memeluk Max, ucapan selamat yang memang sering di berikan dan sudah lumrah disini, sebelum tubuhnya berhasil di tarik oleh seseorang. “Jangan, nakal.” bisik Lorenza, berhasil membuat Alya berdecak malas.

“Hm.”

“Thanks, Alya.” bisik Max, berjalan menuju mobil milik Alya, sesuai kesepakatan ia dan Alya. Max akan memakai barangnya disini, di depan banyak orang.

Bersedekap dada dengan tubuh yang bersandar pada mobil milik Max. Dapat dirinya dengan Max yang menggeram marah, entahlah. Kaca mobil Alya tidak transparan, maka dari itu. Mereka hanya bisa mendengar suara geraman Max, sebelum suara wanita itu yang berteriak untuk di lepaskan.

“Kamu senang?” tanya Lorenza berhasil membuat Alya tersenyum, sebelum kemudian Alya mengecup rahang tegas milik Lorenza penuh kelembutan. “Iya, tapi. Belum sepenuhnya, karna mereka harus merasakan penderitaan sebenarnya. Kamu tau, kan. Gimana aku di culik dan di sekap dalam ruangan yang gelap karna gadis itu? Dia harus merasakan bagaimana berhadapan dengan keturunan Xivanya sesungguhnya.” seringai Alya terbit kala mobil miliknya bergoyang dengan suara lenguhan dan erangan milik wanita itu.

“Murahan.” cibir Alya tat kala, suara tamparan keras yang Alya yakini di berikan Max pada wanita itu.

—TBC—

Gimana sama ceritanya? Makin bingung gak kalian sama part ini? Kalian bakal paham di part 42 nanti. Jadi, terus pantengin karena ini bakal jadi part flashback kejadian ketika Alya kabur waktu itu, atau sebenarnya bukan Alya yang kabur dan jatuh dari jurang. Kikiki

Oh iya, besok mau puasa, kan ya? Minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin ya semuanya. Aku harap kita semua bisa melaksanakan puasa pul hingga idul Fitri ya, teman-teman🤗

LORENZA MORELLI LEONARD

MAX

Vote 700+700 komen untuk lanjut part berikutnya♡♡

Jangan lupa follow akun Ig di bawah ini:
-Elzazlnp
-Cleo_abigael
-Queenby_Xivanya
-Devan_rulo
-Varren_abraham

Selamat menunggu part selanjutnya♡

Obsesi Devil'sWhere stories live. Discover now