Piala Pertama

91 6 0
                                    

"Orang tua adalah support system utama."

- Salma Salsabil -

***

"Aku terlalu cinta dia ...."

Terlalu Cinta dari Rossa telah berhasil Salma nyanyikan hingga selesai, lagu yang pernah didengarnya di televisi menjadi lagu favorite-nya dan kini ia bawakan ditempat lomba dengan penuh penghayatan.

Lomba yang pernah dibicarakan sang ayah baru terwujud hari ini, meski gugup namun penampilannya mendapat tepuk tangan tak terkecuali papah yang setia menemani, ia tersenyum lalu turun dari panggung menghampiri papah dan memeluknya.

"Kamu hebat dek!" ucapnya membuat Salma semakin melebarkan senyuman, anaknya kini sudah duduk dibangku sekolah dasar dan semakin memperlihatkan kebolehannya dalam dunia musik.

"Nih, minum dulu," Salma mengambil botol yang diberikan sang ayah lalu meneguknya hingga setengah, bernyanyi membuat tenggorokannya kering.

Jam demi jam Salma lewati, semua peserta lomba sudah tampil dan waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Jantung Salma berdebar kencang, panitia akan segera mengumumkan nama pemenang.

Ini pengalaman pertama Salma, rasanya ia akan kalah karena masih ada suara yang lebih bagus dari padanya. Papah yang duduk disebelahnya merasakan ketakutan sang anak, ia mengusap bahu Salma agar tenang.

"Dek, apapun hasilnya papah tetep bangga sama kamu." bisiknya ditengah bising yang saling bersahutan.

"Baik, anak-anak ibu akan umumkan juara lomba menyanyi antar SD,"

Tepuk tangan meriah mengawali pembukaan yang menegangkan bagi mereka semua, guru itu mulai menarik napas seraya melihat secarik kertas yang ada ditangannya.

"Langsung saja, juara 3 diraih oleh ... Gian Maheswara,"

Anak lelaki bertubuh tinggi itu berdiri sementara Salma mulai menghela napas kecewa, dirinya kembali pesimis.

"Selanjutnya ada juara 2 oleh ... Salma Azzahra."

Salma yang ingin bangkit dari duduk mengurungkan niatnya ketika nama belakang itu bukan miliknya. Gadis berseragam merah putih itu merenggut kesal, ia menatap sang papah.

"Pah, ayo pulang aja," ajaknya, karena Salma tahu bahwa ia merasa takkan juara.

Papah mengusap kepala anaknya, "Ndak boleh gitu lho dek, sek toh, ibu gurunya belum selesai," ucapnya lembut, Salma menurut dengan mood yang sudah berantakan.

"Juara 1 selamat untuk ... Salma," mendengar nama yang serupa tak membuat dirinya kembali bergembira, ia takut bukan namanya yang dimaksud.

"Salsabil." lanjut guru muda tersebut dengan bersemangat.

Salma tercengang, mengedipkan matanya berulang kali, memastikan telinganya tak salah dengar. "Hah? Caca menang Pah?"

"Wah kembaran ya namanya, silahkan para juara untuk naik ke atas panggung," kata guru selaku panitia.

"Alhamdulillah, ayo sana ke panggung nak," titahnya, Salma mengangguk lalu melangkahkan kaki dengan hati senang.

Salma menerima piala pertamanya, bersalaman dengan guru lalu diambil foto untuk dokumentasi. Matanya begitu berbinar tatkala mendapat piala, ia mengangkat piala tersebut tinggi-tinggi ingin menunjukkan pada sang papah yang sudah berdiri di depan sana bertepuk tangan seraya menatapnya bangga.

Lelahnya sudah terbayarkan, kekesalannya pudar dan hari ini adalah hari bersejarah bagi Salma.

Semenjak kemenangan hari itu, setiap ada lomba menyanyi ia pasti akan ikut andil dan yang pasti Salma akan membawakan lagu Terlalu Cinta lagi sebagai lagu gacoannya.

***

"Mah, kayaknya Caca ada bakat nyanyi,"

Diteras rumah terdapat orang tua Salma yang tengah menikmati sore hari ditemani secangkir teh hangat, sementara Salma sedang ikut bermain bersama Kelvin dan teman-temannya ke sawah dekat rumah.

Sang istri mengangguk menyetujui, "Mamah lihat juga kayak gitu,"

"Opo kita perlu asah bakatnya yo?"

Dahi Mamah mengkerut, "Asah bakat? Maksudnya apa toh Pah?" tanyanya pada Papah yang sedang menyeruput secangkir teh.

"Kita ikutin dia lomba tapi yang lebih dari kemarin,"

"Contohnya?"

"Audisi menyanyi yang suka kita lihat di TV,"

Mamah sedikit khawatir, "Tapi usia dia masih kecil Pah," ujarnya.

"Ya rak popo to Mah, biar dia juga punya pengalaman, siapa tau ada rezeki Caca disana."

Ada benarnya juga, pikir Mamah.

"Mamah setuju tah?"

"Selagi buat Caca seneng, Mamah ikut aja,"

Papah mengangguk senang, "Biar semuanya nanti aku yang atur." katanya.

Salma SalsabilWhere stories live. Discover now