Si Kecil Caca

160 6 1
                                    

"Pengalaman ada untuk mendewasakan."

- Salma Salsabil -

***

Gadis kecil itu duduk dipangkuan sang ibu sembari memakan kue soes cokelat, memerhatikan para sepupunya yang tengah bernyanyi riang di depan membuat binar kagum terpancar dari sorot matanya betapa serunya melihat mereka menikmati alunan lagu dengan sesekali diberi tepuk tangan oleh orang-orang disana.

"Wah," ucapnya tak henti-henti, matanya tak berbisa berbohong bahwa ia ingin sekali mencoba bernyanyi, lantas ia turun dari duduknya.

Merasa ada pergerakan, sang ibu menoleh. "Mau kemana Ca?"

Si pemilik panggilan nama itu memberhentikan langkahnya dan membalikkan badan, "Caca mau kesana," jawabnya sembari mengangkat telunjuk mungilnya.

"Temenin adikmu, Mas." suruhnya.

Sang kakak yang tengah menonton televisi mengangguk menurut, ia bangkit seraya menggandeng tangan adiknya. Suasana rumah yang ramai dengan sang ibu tengah fokus berbincang bersama keluarga besar membuatnya takut tidak bisa mengawasi Salma; anak bungsu yang sedang aktif-aktifnya.

Mereka berdua menghampiri gadis remaja berusia 17 tahun yang tengah istirahat dari acara karokeannya, tangan yang digandeng sang kakak; Kelvin kini dilepaskan oleh Salma.

"Mbak Put lagi apa?" dengan berani ia bertanya duluan sementara Kelvin hanya diam menyimak.

"Nyanyi, Caca mau ikutan gak?" ajaknya ramah.

Salma menggeleng lucu, "Caca gak bisa nyanyi,"

"Iso kok kalau Caca mau," katanya.

Perhatian Salma jatuh pada benda yang dipegang Putri, "Ini apa toh mbak?"

"Mic sayang," jawab Putri sembari memberikannya pada Salma yang langsung disambut.

"Aaa iiii ...." Salma mencoba memegang benda asing itu, ia mengetuk-ngetuk jarinya diatas mic sambil berbicara asal hingga suara miliknya terdengar menggema satu ruangan membuat si kecil Caca kaget lalu terkekeh gemas.

"Satu-satu aku sayang ibu ...." Salma tanpa perintah mulai mengeluarkan suara khas anak kecilnya membuat dirinya menjadi pusat perhatian terutama orang tuanya.

"Lho, itu Caca bisa nyanyi," ujar Putri.

Salma mendekat pada sepupunya dan menggoyang-goyangkan tangan Putri, "Mbak Put ajarin Caca nyanyi ya, nanti Caca kasih permen kaki," Salma mengeluarkan sebuah permen dari saku celana dan disodorkannya membuat Putri tergelak.

"Ora sopan Ca dikasih kaki," Kelvin mulai bersuara berniat mengusili Salma.

Adiknya menoleh dengan raut wajah kesal, "Ih! Ini bukan kaki tapi permen," jelasnya sambil menunjukkan makanan yang masih dipegangnya.

"Permennya bentuk apa?"

"Kaki," jawabnya polos.

"Tuh, berarti gak sopan. Jangan diajarin mbak,"

Salma cemberut lalu menatap sang ibu bersiap mengadu, "Mamah ini mas-nya gangguin Caca!" katanya dengan suara keras.

"Mas!" tegur Mamah.

Kelvin langsung kicep, "Enggeh Mah, maaf."

Meski Putri sedang duduk, Salma harus sedikit mengadahkan kepalanya, "Mbak Put mau kan?" tanya Salma sekali lagi.

Dengan tersenyum dan mencubit pipi Salma pelan, Putri mengangguk, "Iya Caca, mbak mau."

Salma bertepuk tangan gembira lalu menjulurkan lidahnya pada Kelvin.

***

Setelah menghabiskan waktu hampir seharian dirumah nenek kini Salma dan keluarga sudah kembali berada di rumahnya yang tak besar namun cukup nyaman ditempati. Salma langsung duduk disofa dan menghidupkan televisi, menonton kartun kesukaannya.

"Lagi nonton apa, dek?" tanya sang papah dengan logat Jawa yang melekat.

"Doraemon," jawab Salma sambil matanya tak lepas dari layar besar persegi empat itu.

Terdengar helaan napas kecewa ketika kartunnya sudah habis dan terganti dengan film, ketika soundtrack lagu dari film tersebut berputar, Salma mengkerutkan dahinya.

"Ini lagu opo toh?" gumamnya.

Lama kelamaan, tanpa sadar mulut kecil Salma ikut bernyanyi, meski tak tahu lirik, dirinya hanya bergumam asal mengikuti irama dengan kepalanya yang diangguk-anggukkan. Diam-diam sang papah yang mendengar hanya bisa tersenyum penuh arti.

"Adek suka nyanyi ya,"

Salma menoleh dan mengangguk tanpa ragu.

"Kalau gitu mau coba ikut lomba gak?"

Wajahnya sedikit murung, tak ada rasa percaya diri. "Tapi Caca takut,"

"Cobain dulu aja dek biar terbiasa,"

Papah sangat yakin bahwa Salma ada ketertarikan dalam dunia tarik suara karena bukan sekali dua kali ia melihat Salma bersenandung, ketika sang ibu memutar lagu dari mendiang Glenn Fredly anaknya yang berusia 5 tahun itu pasti ikut bernyanyi.

"Nanti kalau Caca kalah gimana?" Salma pesimis namun papah tetap mendorongnya supaya Salma tahu bahwa hal-hal baru tak semenakutkan yang dibayangkan.

"Papah beliin es cream,"

Mata Salma berbinar, ia mengangguk semangat, "Oke."

Salma SalsabilΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα