13. Tanpa Alasan

58 7 5
                                    

"Mau ke mana? Dari tadi ngeliatin jam terus?" Nesya duduk di samping Shaka, gadis itu membawa dua gelas orange jus. 

Sore ini merupakan acara makan bersama anak-anak club Potografi dan Penyiaran. Letaknya di cafe Akasia, remaja-remaja itu duduk membundar lonjong mengikuti meja yang besar. Jika kemarin di ruang potografi diadakan serah dan terima jabatan secara formal, maka sekarang merupakan acara nonformal. Akasia identik dengan nuansa garden yang di dalamnya terdapat tanaman hias sebagai dekorasi, bagian tengah cafenya diberikan atap kaca transparan dan area pintu yang diberikan tanaman gantung anggrek hias, Akasia tempat biasa anak club potografi dan penyiaran mengadakan acara. Terdapat Live music di sudut cafe yang diisi oleh ketua angakatan baru, Davi. Cowok itu tengah menyanyikan lagu Those Eyes.

"Makasih." Shaka menerima gelas yang Nesya berikan. "Kayaknya gue gak bisa ikut acaranya sampe selesai."

"Kenapa?"

"Mau ke rumah sakit."

Wajah Nesya sedikit serius. "Siapa yang sakit?"

"Shakira."

Nesya menghela napas pelan-pelan. "Ooh.. dia."

"Lo punya hubungan spesial sama dia?" tanya Nesya.

Shaka menggeleng. "Belum, tapi gue suka sama dia," jawabnya tersenyum.

Nesya hanya balas ikut memaksakan senyum.

"Karena gue udah nyanyi, gimana kalo sekarang giliran mantan ketua dan wakil kita yang nyanyi?" Ketua angakatan—Davi di panggung kecil di depan sana meminta Shaka dan Nesya maju untuk menyanyi.

Shaka menggeleng, menyilangkan tangan di depan dada. "Gak bisa nyanyi gue."

"Ayo dong bang," kata Davi di depan sana. "Persembahkan satu lagu."

"Shaka! Shaka! Shaka!" Davi menyoraki nama Shaka sambil menepuk tangan, kemudian ditiru oleh seluruh anak lainnya di dalam cafe itu. 

"Ayo!" Nesya tersenyum bersemangat, menarik tangan Shaka, membawa paksa cowok itu ke atas panggung. 

"Naa, gitu dong." Davi menyerahkan dua mic, untuk Shaka dan Nesya. "Mau lagu apa?"

"Hivi! Hivi! Remaja! Lagi ngehits sekarang." Nesya menyahut penuh semangat. "Gimana Shaka? Setuju, ya? Setuju dong! Kalo gak hapal liriknya googling aja."

"Baiklah.." Shaka mengangguk. 

Jawaban Shaka membuat Nesya berjingkrak girang.

Intro musik mulai dimainkan, mengundang riuh tepukan tangan.

"Kita remaja yang sedang dimabuk asmara.."

Tepuk tangan kembali riuh setelah Shaka dan Nesya menyanyikan bait pertama bersamaan.

Keduanya saling bertatapan, melanjutkan bait selanjutnya.

"Mengikat janji bersama selamanya
Hati telah terikat, sepasang mata memikat
Melambungkan asmara
Yang selalu meminta
Mengulur senja menanti datang
Sang pemilik hati..
"

"Rela menanti sejak terbit mentari
Tak sabar 'tuk berbagi
Segala isi di hati
Ceriakan sanubari dan bercumbu di ujung hari.."

"Nyanyi sama-sama semuanya," ajak Shaka.

"Indahnya kisah-kasih kita di masa remaja
Di bawah rayu senja kita di madu bermanja
Tiada masa-masa yang lebih indah dari masa remaja
Seakan dunia, milik berdua...
"

Lagu itu diselesaikan dengan baik, kembali mendapat tepuk tangan dari penonton.

"Terima kasih semuanya..." ucap Shaka. "Terima kasih buat acara yang berkesannya hari ini, gue senang banget pernah menjadi bagian dari club potografi dan penyiaran. Semoga kedepannya bakal lebih baik lagi. Dav, titip yaa."

Rewrite The StarsWhere stories live. Discover now